Kapan Rakyat dan yang Lemah Menang?

sby_20170120_170847Oleh: Umar Syarifudin – Syabab Hizbut Tahrir Indonesia

@SBYudhoyono 20 Jan Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar “hoax” berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY* (akun twitter SBY)

 

Sekarang Atau Nanti?

Kapan rakyat dan yang lemah menang? Ini bukan masalah ‘seandainya’ tetapi adalah ‘kapan’. Maka lihatlah, frustrasi, kemarahan kepada demokrasi memuncak dan kegelisahan rakyat saat ini adalah perasaan kerinduan kepada tegaknya keadilan Islam. Oleh karena itu, hal yang menjijikan dan membuat marah kaum muslim adalah sikap mengabdi rezim yang terang-terangan melakukan kezaliman kepada rakyatnya. Sementara kita selama bertahun-tahun mencari kepemimpinan yang mukhlis yang tanggungjawabnya membebaskan dari perbudakan Amerika dan sistemnya.

Ini adalah wajah asli demokrasi tanpa polesan pemanis propaganda, yang mengorbankan masyarakat umum demi sekelompok kecil orang berpengaruh.  Kondisi ini terjadi di Barat dan yang ada di Timur.  Krisis rasa aman, politik dan ekonomi di negeri yang memiliki beragam sumber energi, tidak mungkin terjadi kecuali telah direncana penjajah dan pekerjaan para penguasa komprador yang terus dinobatkan untuk menerapkan rencana itu. Jadi para penguasa zalim inilah justru menciptakan krisis yang datang susul menyusul di Indonesia!

Anda mengharapkan penerapan Islam, sementara para penguasa itu bangga menerapkan kebatilan. Lalu apa persamaan Anda dengan mereka? Tidak ada. Mereka para penguasa itu penjaga kepentingan penjajah. Sedangkan Anda mencintai Allah dan Rasul-Nya. Karena sebab itulah, Anda tidak layak diperintah oleh mereka para penguasa itu. Kediktatoran dan demokrasi adalah dua sisi mata uang yang sama yang digunakan Amerika menurut kemauannya di negeri-negeri kita. Melalui krisis buatan ini penjajah, pemerintah menyibukkan masyarakat dengan persoalan keseharian mereka untuk memalingkan perhatian masyarakat dari ketundukkang penguasa kepada kaum kapitalis. Disamping itu, menyertakan umat dalam drama politik juga merupakan bagian dari skenario ini.

Negara-negara barat imperialis telah memperbudak kaum Muslim melalui para penguasa diktator dan dengan memperalat para penguasa demokratis. Kaum Muslim telah merasakan pahitnya penguasa, baik yang diktator maupun demokratis. Kaum Muslim mengetahui bahwa permainan judi politik skenario umum demokrasi yang dipertahankan para penjajah, maka tidak ada yang bisa mendapat manfaat kecuali penjajah. Itulah salah satu sebab munculnya keinginan kaum Muslim terhadap perubahan menyeluruh yang bukan hanya pergantian wajah, tetapi perubahan rezim secara total. Dan itu berarti kekalahan bagi penjajah.

Kita melihat umat Islam di seluruh negeri berjalan ke arah perubahan, para pemuda muslim turun ke jalan-jalan menentang penguasa khianat, hingga singgasana para penguasa itu terguncang karena derap langkah rakyat. Hal itu terjadi setelah rakyat bertekad mengubur sikap diamnya. Itulah yang membuat para penguasa khianat tidak bisa tidur nyenyak. Sebab, para penjajah mengetahui dengan baik bahwa jika pergerakan itu mengarah ke arah yang benar, maka tidak seorang pun yang akan mampu menghentikan laju kemunduran hegemoni imperialisme atas dunia Islam.

Kaum Muslim di Indonesia harus berdiri dalam satu barisan, meneriakkan suara mereka dan menguatkan persatuan. Semua pihak diseru untuk berpartisipasi dalam agenda perjuangan membebaskan negeri ini dari cengkraman kapitalisme baik individu, partai, ataupun ulama, untuk menghentikan kerusakan brutal yang tidak memperhatikan hak Islam dan kaum Muslim. Eksistensi pressure, pengaruh politik, hegemoni ekonomi dan intelijen Asing di Indonesia harus dilenyapkan, supaya kita bisa terbebas dari kejahatan-kejahatannya yang menciptakan kekacauan dan keguncangan di negeri kita.

Maka ini harus memotivasi semua lini masyarakat termasuk kaum intelektual dan para analis politik untuk memikirkan kembali anggapan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik dan bahwa mereka punya harapan dalam partai politik yang demokratis. Media dan para ulama selayaknya tidak terbawa hanyut membenarkan apa yang digambarkan oleh rezim neolib. Mereka wajib menentang kebijakan-kebijakan yang menindas rakyat itu. Cara untuk memberikan pelajaran bukanlah melalui pembelaan atau permohonan, melainkan dengan membongkar pengkhianatan penguasa yang rusak yang tunduk dan mengekor pada Amerika, diganti penguasa mukmin yang menerapkan hukum-hukum syariah secara kaffah.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*