Kekerasan adalah Ruh Masyarakat Berideologi Kapitalisme
Berita:
Dunia pendidikan di Kota Pelajar Yogyakarta kembali tercoreng dengan kasus dugaan kekerasan yang terjadi di lingkungan civitas Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Tiga mahasiswa UII Yogyakarta meninggal setelah mengikuti pendidikan dasar masuk Mapala UII Yogyakarta. (okezone.com, 24/01/2017). Sementara itu, para siswa di Kota dan Kabupaten Cirebon melalui akun Facebook, para siswa membuat janji untuk lakukan aksi tawuran. (okezone.com, 29/01/2017)
Komentar:
Kekerasan adalah ruh masyarakat berideologi kapitalisme. Bisa dilihat bagaimana masyarakat AS, kekerasan terjadi begitu massif dan mengerikan. Demikian pula di kampus. Penembakan massal dilakukan oleh mahasiswa, kasusnya berulang kali terjadi di AS. Karena stress yang luar biasa dalam kehidupan akibat penerapan sistem ekonomi, sosial dan nihilnya dunia pendidikan dari nilai kebaikan, moralitas apalagi sandaran kebenaran yang menjadi rujukan kurikulum dan sistem pendidikan.
Di Indonesia beberapa kasus kekerasan berujung maut terjadi dari kegiatan kampus, ini tentu sangat memprihatinkan. Arogansi senior terhadap junior, dibalut slogan penanaman disiplin SEMESTINYA tidak pernah terjadi di negeri yang mayoritas diisi anak-anak umat Islam.
Islam mengajarkan yang lebih berpengalaman mengajarkan dan membimbing juniornya untuk menularkan kebaikan. Dalam kasus-kasus sejenis ini seringkali terjadi kasus kekerasan secara cyclic, pelaku balas dendam karena sebelumnya juga menjadi korban kekerasan seniornya.
Bagaimana bisa terjadi hal buruk ini di dunia pendidikan? Bukankah kampus adalah tempat berkembangnya nilai-nilai yang ditanamkan secara sistemik melalui kurikulum pendidikan dan lingkungan kampus?
Seharusnya kita lakukan koreksi total atas nilai-nilai sekuler yang ditanamkan dalam kurikulum, yang menjadikan pelajaran agama sekedar pengetahuan bukan pijakan perilaku. Juga perlu perubahan sistem kehidupan kapitalis menuju Islam dengan sistem Khilafah, agar individu tidak gampang stress dan melampiaskan dengan mencari korban pihak yang lebih lemah, juga agar kekerasan tidak menjadi cara menyelesaikan persoalan.[]
Iffah Ainur Rochmah
Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia