Pelecehan, stigma negatif hingga kriminalisasi ulama merupakan salah satu cara yang dilakukan kelompok tertentu yang tak ingin ulama memimpin.
“Saya kira bukan negara yang melakukan ini, tapi kelompok-kelompok tertentu yang tidak ingin umat Islam itu kembali bangkit, tidak ingin para alim ulama memimpin,” ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Didin Hafiduddin seperti dipublikasikan Tabloid Media Umat Edisi 190: Kekuatan Besar di Balik Kriminalisasi Ulama dan Ormas Islam, 6 – 19 Jumadil Awal 1438 H/ 3 – 16 Februari 2017.
Katakanlah Habib Rizieq yang melakukan secara istiqamah amar ma’ruf nahi munkar, padahal itu kan untuk kebaikan negara juga, untuk keselamatan masyarakat secara keseluruhan. “Akan tetapi mereka malah dicari-cari kesalahannya, diupayakan untuk dihukum, sehingga membentuk kesan terhadap masyarakat bahwa negara sedang melakukan kriminalisasi,” bebernya.
Menurutnya, bila kesan ini terus terjadi, akan rugi semuanya, masyarakat, bahkan polisi bisa tidak mendapatkan lagi kepercayaan. “Polisi ini harus kita jaga, jangan sampai mereka melakukan upaya yang seolah-olah sedang melakukan kriminalisasi,” kata Didin.
Ia juga menyatakan umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, setiap ada upaya pemecah belah NKRI, kebangkitan komunis, bahaya ekonomi Cina. Itu kan mengkhawatirkan keselamatan bangsa. Nah yang berani melawan itu semua hanyalah para ulama. Ulama itu hanya takut pada Allah, landasan mereka kan akidah.
“Nah oleh karena itu jangan sampai ulama yang membela bangsa secara sungguh-sungguh dianggap pemecah belah oleh negara itu sendiri. Saya kira itu tidak benar. Umat Islam harus bersatu menghadapi ini, suasananya kan sudah terasa persatuan itu. Ketika bersatu kekuatan umat Islam ini akan tampak,” pungkasnya. (mediaumat.com, 6/2/2017)