Kondisi umat Islam sekarang memang sangat memprihatinkan. Persis seperti yang pernah diingatkan Rasulullah SAW kepada umatnya,“Akan datang kepada kalian masa yang penuh dengan tipu daya; ketika orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Mereka mempercayai para pengkhianat dan tidak mempercayai para pembawa kebenaran. Pada masa itu, ruwaibidhah akan berbicara.” Mereka bertanya, “Apakah itu ruwaibidhah?” Rasulullah berkata, “Ruwaibidhah adalah orang-orang bodoh (yang berbicara) tentang urusan umat.” (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra).
Inilah zaman penuh tipu daya. Berbagai makar dilakukan untuk menyerang umat Islam. Umat yang bersatu atas dasar keimanan mereka dalam Aksi Bela Islam dituduh mengancam negara, menggerus kebhinnekaan, berpotensi radikal yang berujung teroris dan tudingan-tudingan keji lainnya. Ulama dan tokoh-tokoh umat yang berada di garis depan dalam Aksi Bela Islam dikriminalisasi, disasar satu-satu. Dicari-cari kesalahannya hingga sampai ke lubang semut pun.
Dalam kondisi seperti ini, para pengkhianat yang sesungguhnya menghancurkan negara, tampak bagaikan pahlawan pembela tanah air. Padahal merekalah para koruptor yang telah merugikan rakyat trilyunan rupiah. Dengan kekuasaan yang mereka miliki, bekerja sama dengan asing menjual kekayaan alam negara ini atas nama perdagangan bebas, investasi asing, dan keterbukaan ekonomi. Atas nama membangun infrastruktur, menumpuk utang, yang jelas-jelas menjerat bangsa ini. Sebagai bentuk ketertundukan kepada asing, mereka pun demikian patuh membuat kebijakan-kebijakan liberal yang menambah derita rakyat.
Elite-elite politik dan aparat negara liberal ini demikian arogan dan gagah beraninya bersikap represif di depan umat Islam, saat umat Islam membela kemuliaan Islam, membela Alquran, menyampaikan solusi syariah Islam untuk bangsa ini. Umat Islam pun dituding teroris, militan, radikal, ekstrimis. Mereka bicara atas nama keselamatan negara dan keutuhan negara. Namun mereka tampak lemah dan menghiba ketika berhadapan gerakan separatis Papua yang dikendalikan Barat. Padahal gerakan ini menyatakan terbuka makar mereka, memisahkan diri dari Indonesia, mereka juga banyak melakukan aksi bersenjata membunuh banyak aparat.
Melalui sistem demokrasi liberal, mereka mengeluarkan berbagai undang-undang atas nama rakyat yang justru merugikan rakyat dan negara. Kebijakan yang justru melegalkan penjajahan.
Mereka pun sangat terancam, saat umat Islam bersatu atas dasar Islam. Terancam dengan para ulama yang menyerukan syariah Islam. Pola pikir mereka sama persis dengan pola pikir penjajah. Seperti Belanda yang menganggap yang menyerukan syariah Islam dan khilafah adalah musuh negara. Pejuang-pejuang kemerdekaan pun yang sebagian besar mereka adalah ulama dan para santri, dituding ekstrimis, fanatik, radikal dan lain-lain.
Dalam kondisi seperti ini tidak ada jalan lain kecuali umat Islam bersatu dan membangun kekuatan politik Islam yang independen. Apa yang terjadi saat ini, tidak lain karena terpecah belahnya umat Islam dan ketiadaan kekuatan politik. Kekuatan politik ini penting, karena bagaimana pun tanpa kekuasaan, umat Islam tidak akan bisa menerapkan syariah Islam secara totalitas untuk mengatur masyarakat. Tanpa kekuasaan ini umat Islam lemah untuk melindungi dan mempertahankan diri mereka sendiri. Umat Islam membutuhkan ‘sulthanan nashira’, kekuasaan yang menolong.
Inilah kekuasaan yang diminta oleh Rosulullah SAW kepada Allah SWT untuk menolong Islam, mengurus umat Islam dengan baik dan melindunginya. sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Isra’ ayat 80: “ Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Mu kekuasaan yang menolong”.
Tafsir Ibnu Katsir, mengutip penjelasan Imam Qatadah mengemukakan: “Sesungguhnya Nabi Allah SAW mengetahui bahwa dirinya tidak sanggup melakukan perintah tersebut kecuali dengan kekuasaan yang dapat menolong kitab Allah, hukum-hukum-Nya dan semua kewajiban yang ditentukan-Nya serta untuk menegakkan agama-Nya. Sesungguhnya kekuasaan itu merupakan rahmat dari Allah SWT yang Dia tegakkan di tengah-tengah semua hamba-Nya. Kalau bukan karena kekuasaan tersebut, niscaya sebagian orang akan dengki kepada sebagian lainnya, sehingga yang kuat dari mereka akan memakan yang lemah.”
Kekuasaan yang menolong ini adalah khilafah ala minhajin nubuwah. Dengan kekuasaan khilafah terwujudlah apa yang disebutkan Imam al-Hasan al-Bashri tentang sulthanan nashira ini , “Rabb-nya menjanjikan kepadanya (Muhammad) untuk menaklukkan kekuasaan bangsa Persia beserta kemuliaannya dan Dia akan menyerahkannya kepada beliau. Juga kekuasaan bangsa Romawi beserta kemuliaannya dan Dia menjadikannya untuk beliau.” Allahu Akbar! [] Farid Wadjdi
Sumber: mediaumat.com (7/2/2017)