Pilar-Pilar Ketahanan Keluarga
HTI Press. Pasuruan. Lajnah Fa’aliyah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Kota Pasuruan menyelenggarakan Forum Muslimah untuk Peradaban (Formuda) dengan tema “ Pilar-Pilar Ketahanan Keluarga” di Rumah Hj Eni, Tembokrejo Pasuruan pada Sabtu (11/02/2017). Acara ini adalah acara rutin untuk menjalin silaturahmi para tokoh dalam berbagi informasi serta penyatuan langkah untuk menyikapi persoalan yang menimpa umat saat ini. Hadir tokoh-tokoh muslimah di Kota Pasuruan.
Ustadzah Siti Siyami, S,Pd selaku Ketua MHTI Pasuruan Raya mengawali materinya dengan memaparkan bagaimana kondisi keluarga Indonesia saat ini. Beliau menyampaikan bahwa secara data angka perceraian kian meningkat, pelecehan terhadap perempuan meningkat, kenakalan anak pun makin meluas, dan fungsi keluarga tidak berjalan ideal sebagaimana mestinya.
Hal ini, lanjutnya, dikarenakan adanya liberalisasi yang diaruskan oleh sistem kapitalisme yang menjadi penyebab kerapuhan dan kehancuran keluarga. Padahal dengan ketahanan keluarga yang kuat menjadi asas kekuatan suatu bangsa.
“Islam telah mengatur agar keluarga berfungsi sebagaimana pembentukannya, negara terlibat langsung dalam melayani dan mengurus rakyat,” terangnya.
Menurutnya, negara berposisi sebagai ro’in (pengayom dan pelindung). Bertanggung jawab dalam memenuhi semua kebutuhan individu rakyat atas semua kebutuhan pokok pribadi (sandang, pangan, papan) dan kebutuhan massal (pendidikan, kesehatan, keamanan). Inilah ukuran kesejahteraan dalam sistem Islam.
Selain itu, hukum Islam memiliki mekanisme pengontrolan yang kokoh bagi ketahanan keluarga, yang berfungsi sebagai pencegah (zawajir) dan penebus dosa (zawabir) sehingga akan membuat jera pelaku kejahatan dan mencegah masyarakat untuk melakukan tindakan kriminal yang serupa.
Dengan demikian, harus sesegera mungkin untuk mengadopsi serta menerapkan seluruh syariat di semua aspek kehidupan dalam institusi Khilafah Islamiyah. Satu-satunya solusi untuk menghentikan kehancuran keluarga dan untuk mewujudkan ketahanan keluarga dan kesejahteraan bangsa.
Puncak diskusi adalah ketika salah satu tokoh mengekspresikan besarnya keingintahuannya akan konsep dan metode praktis Hizbut Tahrir yang sudah dilakukan, bagaimana agar negara mau kembali kepada syari’at Islam, dan perannya dalam mewujudkan tegaknya Khilafah.[]