Presiden AS Trump menegaskan pada 15 Februari 2017 bahwa solusi dua negara bukanlah cara untuk mengakhiri konflik antara entitas Yahudi dan Palestina. Bahkan sehari sebelumnya, Gedung Putih telah mengumumkan bahwa “Washington tidak akan bersikeras lagi dengan solusi dua negara, yang oleh masyarakat internasional dianggap sebagai prinsip dasar penyelesaian. Sehingga AS tidak akan lagi mendiktekan syarat-syarat perdamaian apapun antara entitas Yahudi dan Palestina.
Dikatakan bahwa AS “pada saatnya nanti akan dilakukan kajian terhadap solusi dua negara dan solusi satu negara.” Padahal semua tahu bahwa bahwa proyek solusi dua negara adalah proyek Amerika sejak tahun 1959, era Presiden Republik Eisenhower yang membuat masyarakat internasional menerimanya, dan mematahkan solusi satu negara yang diusulkan oleh Inggris dengan mendirikan sebuah negara demokratis sekuler yang mencakup orang Yahudi, Muslim dan Kristen seperti model Lebanon. Semua ini menunjukkan kegagalan Amerika dalam kasus Timur Tengah, di mana Amerika tidak mampu menerapkan proyeknya, padahal sudah berjalan lebih dari setengah abad.
Yang jelas adalah, bahwa semua proyek mereka akan senantiasa gagal, in syaa Allah, sebab Rasulullah saw telah menyampaikan kabar gembira bahwa Allah SWT akan mendatangkan para hamba Muslim yang ikhlas kepada-Nya karena semata-mata menjalankan agama, dengan dipimpin oleh Khalifah mereka, yang akan mendirikan shalat di Masjid al-Aqsha, yang akan mencabut hantu kaum Yahudi dan entitasnya, juga yang akan mengembalikan tanah yang diberkati ke asalnya di bawah naungan Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah (kantor berita HT, 20/2/2017).