Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg pada 16 Februari 2017 mengumumkan bahwa dirinya telah menerima pesan dari Perdana Menteri Libya Fayez al-Sarraj yang meminta bantuan NATO dalam pembentukan pasukan keamanan negaranya. Jens berkata: “Kemarin, saya telah menerima pesan dari Perdana Menteri Libya Fayez al-Sarraj, yang isinya meminta bantuan NATO untuk mengirim para ahli di bidang pembangunan lembaga pertahanan.”
Sebelumnya, al-Sarraj mengatakan bahwa pemerintahnya “tengah berusaha untuk memperdalam kerjasama dengan NATO guna menciptakan stabilitas, serta mengatasi tantangan keamanan dan militer yang sedang dihadapi oleh lembaga militer.”
Padahal semua tahu, bahwa intervensi NATO di Libya adalah bencana bagi mereka, bahkan berbagai akibat buruk dari intervensi destruktif ini masih terus berlanjut, namun demikian, al-Sarraj masih meminta NATO untuk membangun pasukan keamanan dan militer, serta memperdalam kerjasama dengan NATO yang tidak lain adalah bagian kekuatan negara-negara Barat kafir penjajah!
Italia sebagai anggota NATO telah menjajah Libya dan membunuh banyak kaum Muslim, kemudian Inggris datang dan mulai menjajah Libya, serta mengangkat Gaddafi untuk membunuh rakyat Libya yang memberontak terhadapnya pada 17 Pebruari 2011, yang berhasil menjatuhkannya dan menghabisinya. Negara-negara NATO masih bergulat di Libya, di mana sedang terjadi konflik antara Amerika yang mendukung anteknya, Haftar dengan Eropa yang mendukung anteknya, al Sarraj, namun semuanya sepakat untuk mencegah munculnya Islam dalam kekuasaan, sehingga negara-negara tersebut terus memerangi kembalinya Islam ke Libya, dan berusaha keras untuk memperkuat pengaruhnya di sana melalui para boneka lokalnya seperti al-Sarraj dan Haftar. Padahal agama dengan tegas dan jelas mengatakan bahwa Allah mengharamkan setia pada kaum kafir, dan memperingatkan kaum Muslim dari kelicikannya, sebab mereka tidak akan menghentikan perang mereka untuk melawan kaum Muslim hingga kaum Muslim keluar dari agamanya jika mereka mampu (kantor berita HT, 20/2/2017).