Kunci Sukses Khilafah Membangun Infrastruktur Pendidikan Berkualitas untuk Semua
Oleh: Dr. Rini Syafri (Ketua Lajnah Mashlahiyyah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagaimana diberitakan Kompas, 2 Februari 2017 dalam berita bertajuk “Anggaran Pendidikan Digugat”, mempersoalkan efektivitas anggaran fungsi pendidikan. Ia mengatakan, pada 2006, anggaran pendidikan adalah Rp 175 triliun. Tahun 2016, alokasinya melambung jadi sekitar Rp 400 triliun. Namun, ia mempertanyakan apakah Indonesia menikmati mutu pendidikan yang lebih baik atau lebih buruk. Apakah tidak menyedihkan, ketika sekarang anggaran pendidikan sudah sedemikian besar tetapi masih ada saja pemberitaan tentang bangunan sekolah tak beratap atau anak-anak bersekolah di kelas yang sama sekali tidak representatif.
Tulisan ini tidak bermaksud merespon persoalan efektivitas anggaran secara khusus akan tetapi mencoba meneropong keseluruhan aspek yang mengakibatkan munculnya persoalan serius infrastruktur pendidikan, karena bagaimanapun infrastruktur pendidikan yang memadai secara jumlah lagi berkualitas seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dengan segala kelengkapannya penting bagi terwujudnya akses pendidikan yang bermutu untuk semua.
Bercermin Pada Kesuksesan Khilafah
Ambruknya SDN Pakuan Kota Bogor yang hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari pusat pemerintahan Kota Bogor hanyalah satu bukti bahwa persoalan buruknya infrastruktur pendidikan tidak hanya di pelosok namun juga di perkotaan, sedangkan di pedesaan dan pelosok apa lagi, sekolah berlantai tanah, tidak ada MCK sudah hal biasa. Pengakuan serupa juga datang dari Menteri Pendidikan dan Kebudaya Muhajir Effendi bahwa sebagian besar bangunan SD Inpres di seluruh Indonesia sudah rusak. Seharusnya, sudah sejak 30 tahun lalu dilakukan pembenahan dan perbaikan.[1] Akibatnya proses pendidikan sering terganggu, membahayakan kesehatan,[2] bahkan mengakibatkan jiwa melayang.[3] Keprihatinan semakin dalam karena semua itu terjadi di tengah-tengah banyaknya ahli dan kemajuan teknologi bangunan serta sumber daya alam berlimpah termasuk untuk bahan bangunan, disamping anggaran yang tidak sedikit pula.
Bandingkan dengan capaian pembangunan infrastruktur pendidikan khilafah, ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, tempat tinggal berikut makan dan minum, uang saku dan transportasi tersedia secara memadai, di perkotaan maupun pelosok negeri, dari sekolah dasar hingga tingkat pendidikan tinggi, semua diberikan negara secara cuma-cuma. Prof. Dr. Raghib As Sirjani mengungkapkan semua fakta mengagumkan itu melalui sebuah kajian brilian yang dituangkan dalam tulisan berjudul “Madza Qaddamal Muslimuna lil’alam” (Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia).[4] Merujuk pada tulisan ini penulis mencoba meringkaskan kondisi infrastruktur pendidikan era keemasan khilafah pada dua alinea berikut.
Di antara fakta yang menakjubkan tentang kepedulian dan penuh tanggungjawabnya negara tentang urusan pendidikan bahwa penguasa muslim tidak membangun untuk dirinya sebuah rumah, kecuali telah mendahuluinya dengan pembangunan sekolah dan menguatkannya. Pada setiap kota di Irak dan Khurasan pasti ada satu sekolah hingga sampai tempat yang terpencil, sekolah dilengkapi perpustakaan dan para murid belajar gratis. Di Baghdad ada sekitar 30 sekolah, semuanya dibangun megah seperti istana, sementara itu lebih dari 70 sekolah tersebar di negeri Mesir, dan di Suez Maroko kota-kota dan lembah dipenuhi sekolah yang jumlahnya hingga ratusan, demikian pula di Andalusia sekolah-sekolah dasar sangat banyak. Pendidikan tinggi pun jumlahnya berlimpah di samping mutunya yang sangat baik, misal Baitul Hikmah di Baghdad, Universitas Cordova di Andalusia. Perkuliahan tidak hanya berlangsung di universitas-universitas tersebut, tetapi juga di berbagai lembaga pendidikan tinggi yang jumlahnya tidak sedikit. Andalusia misalnya, perkuliahan juga berlangsung di Granada, Tortoise, Sevilla, Murcia, America, Valencia, dan Cadiz. Pendidikan tinggi dilengkapi labotaratorim yang sangat baik. Pada sekolah kedokteran di lengkapi dengan sejumlah rumah sakit pendidikan.
Sekolah-sekolah tersebut selain berkualitas dari segi bangunan fisik dan mudah diakses siapa saja karena sarana dan prasarana yang memadai termasuk untuk transportasi namun juga menerapkan kurikulum pendidikan yang mencerdaskan akal, menyalakan cahaya qalbu, serta para guru yang kompeten lagi memadai.
Perpustakaan sebagai unsur penting sarana pendidikan di dapati pada semua sekolah dengan berbagai tingkatannya, sekolah dasar hingga pendidikan tinggi, di kota maupun di pelosok dan desa-desa terpencil, masing masing perpustakaan dipenuhi hingga ratusan ribu jilid buku bahkan tidak terhitung jumlahnya. Banyak di antaranya berupa bangunan sangat megah dan tidak tertandangi keelokannya, pintu-pintunya terbuka untuk semua kalangan, misal perpustakaan Baitul Hikmah di Baghdad sebuah tempat yang sangat luas dan megah, pusat akademi ilmiah yang paling terkenal dalam sejarahnya, perbendaharaan koleksinya mencerminkan peranan ilmu di dunia tanpa dapat diketahui batasnya, ia menjadi tempat tujuan penuntut ilmu dari timur dan barat berbagai macam bidang ilmu dan berbagai macam bahasa, cahayanya menerangi dan menaungi jalan manusia hingga kurang lebih lima abad, sampai hancur lebur di tangan orang-orang Tartar.
Penting dicatat semua itu terjadi pada pertengahan abad ke 10 Masehi, yang menunjukkan bahwa lamanya waktu berlalu menjadi batu ujian bahwa hanya konsep-konsep Islam yang diterapkan dalam sistem politik Islam – khilafah Islam sajalah yang layak mengatur kehidupan umat manusia, sebaliknya ideologi sekuler berikut konsep-konsep batilnya seperti sekulerisasi, komersialisasi dan pengabaian peran negara begitu telanjang kegagalannya baik pada negara-negara di timur maupun di barat, sehingga cukuplah keberadaan konsep-konsep batil ini menjadi manuskrip pengisi catatan kelam peradaban manusia.
Sungguh Allah Swt. mengingatkan dalam QS Ali Imran: 137, قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ Artinya, “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.
Apa Kunci Kesuksesan Khilafah?
Penerapan sistem kehidupan Islam yang menyatukan materi dan ruh adalah kunci kesuksesan khilafah dalam membangun peradaban mulia berikut infrastruktur berkualitas khususnya dalam hal pendidikan. Penguasa beserta aparat negara yang amanah lagi capable dan keseluruhan struktur sistem pemerintahan Islam benar-benar mampu menghadirkan atmofsir ketaqwaan dalam urusan pemenuhan hajat hidup publik termasuk pembangunan infrastruktur pendidikan, yang dimanivestasikan dalam wujud penerapan prinsip-prinsip yang benar, di antaranya adalah: Pertama, pembangunan pendidikan termasuk infrastrukturnya dijiwai sudut pandang yang tidak sedikitpun persinggungan dengan sudut pandang barat bahwa ilmu sebatas jasa untuk dikomersialkan, akan tetapi dijiwai sudut pandang bahwa ilmu adalah saudara kembar iman, karena Allah swt telah memerintahkan dalam banyak ayat al- Quran agar berilmu dalam segala perkara termasuk perintah memikirkan ciptaan-Nya sebagai jalan memperoleh ilmu agar beriman kepada eksistensi-Nya. Ini di satu sisi, di sisi lain dijiwai oleh pandangan bahwa ilmu adalah ruh kehidupan yang diibaratkan Rasulullah saw dalam tuturnya yang mulia sebagai air hujan,
إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا, artinya ”Perumpamaan apa yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepadaku berupa petunjuk dan ilmu itu adalah seperti air hujan yang jatuh ke bumi” (HR. Muslim).[5] Sudut pandang cemerlang ini terwujud dalam tujuan pendidikan yang direalisasikan dalam sistem pendidikan berbasis aqidah Islam.[6]
Kedua: pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab langsung dan sepenuhnya dalam urusan penyelenggaraan pendidikan berkualitas terbaik bagi setiap individu masyarakat. Ini di dasarkan pada perbuatan Rasulullah saw yang mengurusi secara langsung urusan pemenuhan hajat publik dan menugasi tawanan perang Badar satu orangnya mengajarkan 10 anak kaum muslimin baca tulis sebagai tebusan.[7] Artinya apapun alasannya negara tidak dibenarkan sebagai regulator bagi kepentingan korporasi, juga tidak dibenarkan menggunakan konsep kemitraan pemerintah dan swasta (KPS) dalam pembangunan karena semua ini bertentangan dengan pandangan Islam.
Ketiga, bukan konsep anggaran berbasis kinerja tetapi anggaran bersifat mutlak, yakni ada atau tidak ada kekayaan negara yang dialokasikan untuk pembiayaan pendidikan wajib diadakan negara, manakala ketiadaannya mengabaikan hak masyarakat dan membahayakannya meski hanya pada satu orang, karena Islam telah mengharamkan perbuatan membahayakan, ditegaskan Rasulullah saw لا ضرر ولا ضر. Artinya, “Tidak boleh membahayakan dan tidak boleh dibahayakan” (HR Imam Ahmad,Ibnu Majah). Apa lagi bagi negara yang berkedudukan sebagai pihak terdepan dalam mencegah kemudaratan.[8] Dari mana negara memperoleh biaya sebanyak itu? Pengelolaan kekayaan negara yang sesuai syariat termasuk harta milik umum yang jumlahnya berlimpah di negeri-negeri kaum muslimin seperti gas,minyak bumi, emas, meniscayakan negara memiliki kemampuan finansial yang cukup.
Keempat, satuan pendidikan berikut segala kelengkapangan mulai dari ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, asrama dan segala kelengkapannya merupakan bagian dari fungsi pelayanan, sehingga tidak dibenarkan di BLU-kan atau pengelolaan lain yang berkarakter liberal. Rasulullah saw bersabda yang artinya, ”Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al- Bukhari); dan Kelima, sistem pemerintahan bersifat sentralisasi dan administarsi bersifat desentralisasi.
Inilah di antara konsep-konsep sohih pembangunan infrastruktur pendidikan yang penerapannya menyeluruh dalam bingkai sistem kehidupan Islam, khilafah Islam meniscayakan semua potensi baik kemajuan sains dan teknologi beserta para pakar infrastruktur pendidikan dan sumber daya alam yang berlimpah bisa dimobilisasi secara maksimal untuk mengatasi persoalan infrastruktur pendidikan di negeri ini secara cepat sehingga terjamin akses setiap orang terhadap infrastruktur pendidikan berkualitas kapanpun dan dimanapun.
Allah Swt. telah mengingatkan kita semua terutama para penguasa dan aparanya tentang pentingnya menerapkan konsep yang benar dalam mengurusi urusan publik, yakni dalam QS Ibrahim ayat 25-26, artinya, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (penulis: konsep yang benar) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,(25). pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.(26).” Allahu A’lam.[]
[1] . Harian Umum Republika 27 Januari 2017, SD Inpres Perlu Perhatian.
[2] . http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2017/02/28/atap-sman-1-muaragembong-ambruk-20-siswa-tertimpa-394757.
[3] . https://daerah.sindonews.com/read/1074576/192/murid-sd-tewas-tertimpa-tembok-kantin-sekolah-1451984734.
[4] . As Sirjani,R. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia. Pustaka AlKautsar. Jakarta. 2009
[5] . Al Maliki, A. Politik Ekonomi Islam. Al Izzah. Bangil-Jatim. 2001. Hal. 187-188.
[6] . Hizbut Tahrir. Muqaddimah Dustuur. Qismu Tsaani. Darul Ummah. Beirut. 2010.
[7] . Hizbut Tahrir. Ajhizatu Daulatul Khilafah. Darul Ummah. Beirut. 2005. Hal. 128.
[8] . An Nabhani, T. An Nidzomul Iqtishody fil Islam. Darul Ummah. Beirut. 2005. Hal 236.