(Oleh : Detty Arianti Shareh, S.E.I)
Para ibu menjadi korban dampak korosif nilai-nilai yang demokrasi dimiliki Barat untuk dipraktekkan di Indonesia terhadap masyarakat, mulai dari kemiskinan yang telah diciptakan Kapitalisme secara nasional dan internasional hingga pengaruh destruktif yang dimiliki oleh kebebasan Barat terhadap kehidupan individu dan keluarga. Hari ini Indonesia terancam menderita sebuah epidemi kehancuran keluarga, kriminalitas, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, pengabaian terhadap orangtua, depresi, kejahatan terhadap anak dan aborsi.
Sehubungan dengan status perempuan, banyak perempuan menghadapi kekerasan domestik, perempuan mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya atau partnernya, tingginya pelecehan seksual di tempat kerja, dan diskriminasi terhadap perempuan masih mewabah dalam kehidupan publik meski sedemikian banyak tagihan kesetaraan. Masalah-masalah ini telah dimunculkan oleh nilai-nilai sekuler dan liberal yang mempromosikan agar individu hidup sebagaimana keinginannya, menjalin hubungan apapun sesuai kemauannya, melakukan apapun yang diinginkan dan memperlakukan siapapun seperti yang dimaui tanpa akuntabilitas terhadap apapun selain keinginan dan kemauannya.
Islam menjawab kebrutalan kapitalisme dengan konsep yang sempurna, Islam merupakan agama sempurna yang memuliakan dan mengagungkan kedudukan wanita dengan menyamakan mereka dengan kaum laki-laki dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, menjalankan hukum-hukum syariat, dalam perkara pahala dan siksaan serta terhadap hukum-hukum Islam. Sebagaimana Islam juga sangat memperhatikan hak-hak kaum perempuan dan mensyariatkan hukum-hukum yang agung untuk menjaga dan melindungi mereka. Wanita muslimah memiliki kedudukan yang mulia dalam Islam. Secara fisik, perempuan berbeda dengan laki-laki, wanita diberi kelebihan oleh Allah dengan fitrah melahirkan dan menyusui, sehingga disandarkan kepadanya banyak tugas.
Ibu merupakan sosok wanita yang sangat berjasa dalam mendidik keluarga. Peran wanita sebagai ibu dan pengatur rumah tangga bukanlah pekerjaan yang ringan. Mengurus suami, pekerjaan rumah, hingga mengurus buah hatinya dibutuhkan keahlian, kecerdasan, ketekunan dan kesabaran yang lebih. Tak salah jika ada ungkapan bahwa dibalik pria yang agung ada wanita agung di belakangnya. Jika ada lelaki yang menjadi ulama, tokoh cendekia, atau tokoh ternama, lihatlah siapa wanita dibalik kesuksesannya. Kesuksesannya tidak bisa dilepaskan dari peran ibu atau istrinya. Begitu juga dalam mendidik anak, karakter anak sangat ditentukan oleh didikan yang diberikan oleh orang tua, khususnya ibu yang hampir 24 jam membersamai buah hatinya. Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Sejak dalam kandungan, bagaimana perlakuan ibu yang diberikan kepada buah hatinya. Hingga sampai melahirkan, peran ibulah yang mendominasi bagi perkembangan anak nantinya. Generasi adalah penerus bangsa, kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas dari generasi-generasinya. Rusaknya suatu bangsa disebabkan rusaknya generasi. “Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya.” [Dinukil oleh Syekh Shaleh Al-Fauzan dalam kitab Makanatul Mar’ati fii Islam, hlm. 5]
Sebagaimana krusialnya peran ibu, dibutuhkan bekal dan pola pendidikan yang baik. Sehingga perempuan dapat berperan sebagaimana mestinya. Islam memiliki seperangkat konsep pengaturan peran wanita dalam mencetak generasi cemerlang. Peran utama perempuan adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Kewajiban ibu dalam mendidik anak-anaknya yaitu dengan membekali mereka aqidah Islam. Dengan bekal aqidah Islam, maka nantinya akan lahir generasi-generasi cemerlang. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang wanita agar mampu mengemban tugasnya, diantaranya :
Pertama, berusaha memperbaiki diri. Jika ingin mencetak generasi yang cemerlang, maka dimulai dari dirinya sendiri seorang wanita senantiasa berusaha memperbaiki diri. Baiknya wanita inilah nantinya dapat mengarahkan anak-anaknya ke arah yang baik. Senantiasa membimbing dirinya sesuai dengan Islam. Menjadikan Islam sebagai pedoman segala perbuatan. Kita bisa jadikan contoh para shahabiyah yang selalu membimbing dirinya dengan Islam, sehingga lahirlah orang-orang besar pembela Islam. Zubair Bin Awwam, pemimpin dakwah Islam dalam usia 15 tahun, Sa’ad bin Abi Waqash, seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani saat usianya menginjak 17 tahun, Thalhah bin Ubaidillah, singa podium yang handal, pelindung Nabi saat perang Uhud berkecamuk dengan tujuh puluh luka tusuk tombak, Zaid bin Tsabit, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, juga Usamah bin Zaid, menjadi panglima perang diusia ke-20 dan memimpin armada perang menggempur Negara adikuasa Romawi di perbatasan Syiria dengan kemenangan gemilang, selain itu ilmuan-ilmuan muslim seperti Ibnu Sina, al-Khawarizmi dan masih banyak lagi lainnya. Mereka adalah para generasi yang dididik dengan Islam, kemuliaan di dunia didapatkan juga pahala yang besar di sisi Allah swt.
Kedua, menjadi teladan yang baik. Menampilkan teladan yang baik dan dalam sikap dan tingkah laku di depan anak didik termasuk metode pendidikan yang paling baik dan utama. Bahkan, pengaruh yang ditimbulkan dari perbuatan dan tingkah laku yang langsung terlihat terkadang lebih besar daripada pengaruh ucapan. Biasanya, anak lebih suka dan mudah meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Sehingga dengan karakter anak yang suka meniru, maka orangtua harus selalu memberikan teladan yang baik, agar anak selalu terbiasa melakukan hal-hal baik sebagaimana yang diperintahkan oleh Islam. Jika seorang ibu tidak memakai hijab ketika keluar rumah, senang bergaul dengan laki-laki bukan mahram, sering berkata yang tidak baik dan lain sebaginya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktek (nyata) bagi anaknya.
Ketiga, memilih metode pendidikan yang bagi anak. Keberhasilan dalam pembinaan, susah mudahnya adalah kemudahan dari Allah swt., sebagaimana firman Allah swt. “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya.” (TQS. Ath-Thalaq: 4). Sudah menjadi kewajiban seorang ibu muslimah untuk mendidik anaknya sesuai dengan syariat Islam, dengan demikian maka Allah akan memudahkan segala urusan (mendidik anak) agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah calon penghuni surga. Metode yang benar dalam mendidik anak yaitu dengan mengajarkannya sejak dini untuk menaati perintah Allah dan menjauhi larangannya. Kewajiban yang pertama yaitu dengan menanamkan ideologi tentang iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, hari akhirat, dan mengimani takdir Allah yang baik dan buruk, juga memperkokoh pemahaman tauhid yang murni agar menyatu dalam relung hatinya.
Kemudian mengajarkan rukun-rukun Islam, kewajiban melaksanakan shalat, mengajarkan anak dengan ayat-ayat al-Qur’an, melatih untuk menutup aurat, mengenalkan hal-hal dan perbuatan yang harus dijauhinya dan lain sebagainya. Penanaman nilai-nilai Islam sejak dini akan selalu melekat dalam diri mereka hingga dirinya menjadi dewasa nanti. Berakhlak mulia, memiliki kepribadian Islam, bersikap ramah kepada sesama merupakan sosok anak yang berkarakter mulia yang nantinya akan menjadi penentu kemajuan masyarakat, Negara bahkan dunia. Kemajuan dan kemunduran suatu peradaban ditentukan oleh generasinya.
Keempat, kesungguhan dan keseriusan dalam mendidik anak. Anak merupakan amanah dari Allah yang dititipkan kepada orangtua. Titipan dari Allah tentunya harus dijaga sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Sehingga nantinya ketika di akhirat, orangtua bisa mempertanggungjawabkan semua yang telah dilakukannya dalam mendidik anaknya di hadapan Allah. Mendidik anak agar memiliki kepribadian Islam adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Sikap mental anak yang masih labil, belum bisa membedakan baik dan buruk, membutuhkan pengawasan yang penuh dari orangtua. Dibutuhkan bekal ilmu yang cukup bagi orangtua agar dalam melakukan proses pendidikan dilakukan dengan niat dan cara yang benar. Sehingga dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan dalam mendidik anak. Dari kesungguhan dan keseriusan itulah nantinya akan berbuah manis, kenikmatan tidak hanya didapatkan di dunia namun di akhirat juga akan didapatkan. Orangtua yang berusaha mendidik anaknya sesuai dengan Islam, maka orangtua telah berusaha sebaik mungkin dalam menjaga amanah Allah. Semoga para orangtua dimudahkan dalam mendidik putra putrinya agar menjadi generasi cemerlang, unggul dan berkepribadian Islam.[]