Umat Islam diimbau untuk tidak menggunakan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) dalam Pilkada 2017. Nyatanya, sebagian Muslim mengikuti itu dengan mengatakan, “Gak usah ngeliat agama atau etnisnya-lah”.
Tapi di lapangan, kaum non Muslim dan beberapa etnis justru menggunakan isu SARA ini untuk memenangkan calon mereka. Inilah yang terindikasi kuat dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 ini.
Di TPS 15, Blok L dan K Perumahan Puri Indah, Kelurahan Kembangan Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, pasangan Ahok-Djarot menang hampir 100 persen. Seperti dilansir Republika.co.id (16/2), M Abdul Aziz, satpam setempat, membenarkan bahwa pasangan nomor urut 2 itu menang mutlak di komplek perumahan mewah tersebut. Pasangan nomor urut 1 tak dapat suara, sedangkan pasangan nomor urut 3 hanya meraih tiga suara.
Menurutnya, kemenangan Ahok dikomplek tersebut dapat dimaklumi lantaran penghuninya banyak keturunan Cina dan merupakan orang-orang kaya. “Maklum di sini semuanya kan Cina. Cuma tiga yang pribumi,” kata Aziz.
Hal yang sama terjadi di kawasan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di TPS 17 tempat Habib Rizieq Shihab tinggal, pasangan Ahok-Djarot juga unggul. Ini bahkan menjadi berita viral di media sosial. Ternyata, di TPS tersebut, justru mayoritas pemilih adalah kalangan Kristen. Mereka semuanya memberikan suaranya kepada orang yang seagama dengan mereka.
Sebuah sumber menyebut, telah terjadi konsolidasi secara internal di kalangan non Muslim—Kristen khususnya—untuk memenangkan pasangan nomor urut 2.
Walhasil, isu SARA memang digunakan untuk menghantam siapapun yang menghalangi non Muslim untuk berkuasa. Apakah belum sadar juga? []Mujiyanto