Ditulis oleh: Umar Syarifudin (pengamat Politik Internasional)
Pemerintah wilayah Xinjiang yang tengah bergejolak mengerahkan ribuan pasukan bersenjata di kota Hotan dalam aksi kejutan dan mendadak demi meredam peningkatan ketegangan dan separatisme etnis. Dalam parade skala besar di Hotan, sebuah titik pusat ketegangan etnis Muslim Uighur di selatan Xinjiang itu, pemerintah lokal melibatkan ribuan polisi bersenjata dan perwira militer, serta dirancang untuk menunjukkan kekuatan dan intimidasi, menurut laporan di halaman depan di Harian Xinjiang, Jumat, lapor Reuters. “Kewaspadaan yang berlanjut dan tekanan terhadap teroris telah memaksa mereka untuk mengakhiri aksi mereka,” kata Wakil Sekretaris Partai Xinjiang, Zhu Hailun. http://www.antaranews.com/berita/613101/china-gelar-kampanye-antiterorisme-di-pemukiman-uighur-xinjiang?utm_source=related_news&utm_medium=related&utm_campaign=news
Xinjiang dalam Data
Rakyat asli Turkistan Timur adalah rakyat Turki yang mayoritasnya beragama Islam. Menurut laporan Amnesti Internasional, terjadi suatu imigrasi besar-besaran suku Han (suku terbesar yang mendominasi populasi Cina) yang memasuki Xinjiang atau Turkestan Timur yang mengakibatkan berkurangnya proporsi rakyat asli di sana. Lebih jauh lagi, Al-Jazeera juga melaporkan bahwa imigran yang bersuku Han di Turkestan Timur melonjak dari di bawah setengah juta penduduk pada tahun 1953 hingga mencapai 7,5 juta penduduk pada tahun 2000 dan masih terus bertambah. Dari data yang ada, penduduk imigran Han membentuk 42% dari Turkestan Timur dengan jumlah total populasi sejumlah 18 juta penduduk
Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang ini memiliki kekayaan alam luar biasa, mulai dari minyak, gas, dan batu bara. Pemerintah Komunis China menjadikan Xinjiang sebagai pusat strategi keamanan energi nasional. Kabinet China menerbitkan dokumen berjudul ”Proposals of the State Council on Promoting Economic and Social Development in Xinjiang” yang secara jelas mengungkapkan bahwa pada 2020, Xinjiang akan menjadi basis pengolahan dan produksi migas terbesar di China.
Wilayah Xinjiang menguasai 20 persen cadangan potensial minyak China. Cadangan minyak mencapai antara 20-40 miliar ton minyak mentah. Cadangan gas sedikitnya 12,4 triliun kaki kubik. China National Petroleum Corp, perusahaan minyak milik negara terbesar, memiliki hak monopoli pengelolaan dan eksplorasi migas di Xinjiang. Penemuan minyak yang besar di cekungan Sungai Tarim dan gurun Taklamakan telah menarik perhatian global. China membangun pipa sepanjang 2.600 mil yang mengaliri migas ke sebagian besar kota besar seperti Shanghai hingga ke Beijing. Meski berada di daerah emas hitam dengan kekayaan melimpah, namun Xinjiang sangat berbeda dengan provinsi-provinsi China lainnya. Tak ada industrialisasi di sana. Penduduk sebagian besar hidup dalam kemiskinan.
Siapa Mampu Menghentikan Itu…
Perang yang dilakukan Barat atas gagasan politik Islam adalah narasi nyaman bagi Cina untuk mengejar tujuan regional: melemahkan konsentrasi etnis Muslim. Cina telah mengadopsi bahasa politik “perang melawan teror” dengan menggunakan istilah-istilah seperti “ekstremisme” untuk mengembangkan ancaman keamanan nasional. Cina mengatakan, ia menghadapi “ancaman teroris” di Xinjiang.
Cina mengeksploitasi ketakutan terorisme untuk membenarkan penindasan terhadap warga Muslim Uighur. Pemerintah Cina yang telah melakukan pembantaian secara sistematis terhadap kaum Muslim Uighur di Xinjiang. Inilah Cina, yang telah lama mengklaim sebagai bangsa yang beradab, selalu menabur teror kepada minoritas musim. Ini memperlihatkan hakikat diri yang sebenarnya, yaitu sebagai penguasa psikopat di wilayah tersebut. Meskipun Cina memiliki sikap pragmatis yang cukup untuk mempertahankan hubungan perdagangan, Cina memperlakukan tetangganya dengan arogansi dan kesewenang-wenangan yang sama seperti yang dilakukan terhadap rakyatnya. Dengan teror seperti ini, Cina mengobok-obok rakyat Turkestan Timur.
Dari racun komunisme, Cina bergegas ke mereguk racun Kapitalisme, yang didasarkan pada arahan Partai Komunis yang mendominasi pemerintahan. Tampaknya para penguasa tiran sengaja untuk melenyapkan semua ideologi yang konsisten, dan bahkan sistem nilai atau rasa terkait benar dan salah. Kemudian menggantikannya dengan kompas dua indikator: yaitu keegoisan dan sikap berlebihan terhadap materi pada rakyat Cina. Ini yang membuat pekerjaan apapun, terlepas dari apakah itu melibatkan kekerasan dan ketidakadilan, adalah dibenarkan asalkan sesuai dengan dua indikator tersebut. Kaum Muslim Turkistan Timur masih menjadi orang asing dan pengemis di negeri dan di rumah mereka sendiri. Turkestan Timur adalah wilayah yang kaya dengan sumber-sumber mineral seperti hidrokarbon, emas dan uranium. Namun, standar hidup kaum Muslim Uighur berada pada tingkat terendah di Cina.
Problem muslim Cina adalah problem kita juga, pemerintah Cina harus menghentikan hegemoni terhadap kaum muslim. Kita juga mengecam pemerintah Indonesia yang tidak peduli terhadap urusan kebiadaban diktator terhadap kaum muslim khususnya di Cina. Sudah selayaknya pemerintah Indonesia untuk menghentikan kerja sama, ekonomi, politik, maupun militer terhadap Cina karena Cina merupakan negara penjajah yang telah menjajah umat Islam di Xinjiang.
Kenyataan ini makin menegaskan bahwa di dunia ini pada akhirnya hanya ada dua ideologi yang saling bersaing dan bertarung: Islam dan kekufuran (yang saat ini direpresentasikan baik oleh Kapitalisme-sekular maupun Sosialisme-komunis). Sayangnya, pertarungan antar ideologi ini sangat tidak seimbang. Pasalnya, hanya ideologi Islam yang saat ini tidak diemban oleh institusi negara sejak Khilafah Islam sebagai pengembannya diruntuhkan oleh Inggris tahun 1924. Karena itu menegakkan kembali Khilafah adalah hal yang niscata bagi kaum Muslim sedunia untuk memenangkan pertarunagn melawan ideologi Kapitalisme-sekular maupun Sosialisme-komunis. Hanya dengan itu kekuatan kekufuran yang melakukan berbagai kezaliman terhadap umat Islam di seluruh dunia, termasuk Xinjiang, bisa dihentikan.[]