Mahasiswi Yogya Nobar Konferensi Perempuan Internasional
HTI Press. Yogyakarta. Animo mahasiswi kota pelajar untuk mengikuti Konferensi Perempuan Internasional (KPI) bertajuk “Khilafah dan Pendidikan: Mengembalikan Masa Keemasan” begitu tinggi. Namun, tak semua dapat turut hadir di Balai Sudirman tempat terselenggaranya acara. Melihat itu, Lajnah Khusus Mahasiswi (LKM) Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD I DIY menggelar Talk Show dan Nonton Bareng (Nobar) Live Streaming KPI di Rumah Warna Café, Sabtu (11/3/ 2017). Acara yang digelar pukul 07.30-12.00 WIB dihadiri oleh ratusan aktivis mahasiswi dari berbagai kampus di Yogyakarta.
Ustadzah Ryang Adisti Farahsita., M.A sebagai narasumber Talk Show memaparkan bahwa KPI adalah bentuk keprihatinan MHTI atas terpuruknya dunia pendidikan saat ini dan upaya untuk mengembalikan kejayaan pendidikan seperti pada era Khilafah.
Menurutnya, keunikan pendidikan Islam adalah sifatnya yang kompresnsif: membentuk kepribadian Islam sekaligus menumbuhkan ketrampilan dan keahlian pada peserta didik.
Selanjutnya, peserta diajak menyimak secara live streaming orasi Ustadzah Fika Komara tentang urgensi pendidikan dalam menjaga ideologi dan identitas umat. Ketika bimbingan wahyu disingkirkan dari ilmu dan sains sebagaimana dalam pendidikan sekular saat ini, maka hancurlah identitas umat Islam, bahkan terjadi dehumanisasi massal.
Orator kedua, Ustadzah Nida Sa’adah menyoroti fenomena brain drain yang membuat negeri–negeri Muslim semakin terbelakang. Beliau juga memaparkan bagaimana strategi Khilafah mencegah brain drain dan mendorong kaum cendikia mempersembahkan ilmunya untuk sebesar–besarnya kesejahteraan masyarakat.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi. Sangat terasa antusiasme para peserta dari banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada Ustadzah Ryang. Beberapa di antaranya menanyakan tentang bagaimana menyikapi sekularisasi pendidikan saat ini dan melepaskan diri dari pengaruh sekularisasi pendidikan.
Ustadzah Ryang mengajak peserta untuk mengkaji bersama MHTI untuk membekali dengan tsaqafah Islam sehingga memiliki kepekaan mendeteksi pengaruh sekularisme dan terbiasa menimbang segala sesuatu berdasarkan syariat Islam.[]