Pertemuan Megawati dan Rosmah : Cermin Gagalnya Upaya Stop Wabah Kekerasan Seksual pada Anak

kekerasan seksual pada anak

Berita:

Mantan Presiden Indonesia Megawati  Soekarnoputri memuji inisiatif Malaysia menyelenggarakan sebuah seminar tentang kejahatan seksual terhadap anak. Megawati hadir di seminar yang digagas istri Perdana Menteri Malaysia, yakni Datin Seri Rosmah Mansor yang melihat problem ini mewabah di dunia saat ini. Rosmah juga mengatakan kehadiran Megawati di seminar akan menjadi langkah awal kerjasama antara kaum perempuan di dua negara, khususnya dalam menangani kejahatan seksual terhadap anak.

Mengutip data UNICEF tahun 2009, Megawati mengatakan bahwa perdagangan manusia sangat merajalela di negara-negara ASEAN. Anak perempuan diperdagangkan untuk tujuan seksual dan anaklaki-laki diperdagangkan menjadi buruh kasar melalui perahu di Thailand. “Dalam pidato pembukasaya (di seminar), saya akan menekankan bahwa sudah banyak hukum dan UU sudah dibuat oleh PBB dan sebagainya, namun yang lebih penting adalah implementasinya,” tegasnya saat konferensi pers sebelum makan malam di Seri Perdana. Megawati dijadwalkan mennyampaikan keynote speech berjudul ‘ASEAN Cooperation in Combating Child Sexual Crimes‘ di seminar yang bertempat di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur pada Selasa 14 Maret kemarin. – Bernama

 

Komentar:

Bertemunya dua tokoh perempuan dari dua negeri Muslim terbesar di ASEAN sangat menarik untuk dikaji, apalagi topiknya krusial yakni darurat kekerasan terhadap anak yang tidak kunjung selesai, bahkan tumpukan kasus terus menggunung di banyak negara termasuk Indonesia dan Malaysia. Persis seperti pernyataan Megawati sendiri, sudah sangat banyak UU dan kebijakan yang dibuat PBB namun implementasinya lemah.

Kalau kita lihat bahkan juga sudah banyak kebijakan pembangunan dan program strategis di dua negara sebagai turunan dari UU, seperti di Indonesia sudah ada seperangkat program seperti Presidential Instruction No. 5 in Year 2014 on National Movement on Anti Sexual Crime against Children dan National Strategy to Eliminate Violence in Childhood (2016-2020). Begitupun di Malaysia sudah terdapat National Child Protection Policy and its Plan of Action (2009-2015) dan Plan of Action on Child Online Protection.

Dalam skala internasional, Indonesia dan Malaysia juga merupakan dua negara yang menandatangani dan meratifikasi konvensi hak-hak anak PBB atau dikenal sebagai CRC (Convention on the Rights of the Child) 1989, menandatangani Optional Protocol to the CRC on the sale of children, child prostitution and child pornography, termasuk menjadi bagian dari International Labour Organization (ILO) Worst Forms of Child Labour Convention.

Namun semua seruan, pertemuan, dan narasi dari berbagai konvensi, UU, dan strategi ini dalam semua level seperti kehilangan gigi dalam menghentikan kekerasan terhadap anak yang kian hari terus mewabah. Megawati dan Rosmah serta seluruh tokoh pengambil kebijakan di dunia Islam perlu menyadari bahwa ada kondisi-kondisi yang melingkupi dan menjadikan upaya-upaya ini sia-sia, yakni :

1. Masifnya kerjasama ekonomi multilateral AEC yang diterjemahkan semata dalam bahasa ekonomi namun minus bahasa kemanusiaan, dalam bentuk kerjasama ekonomi kapitalistik dan perdagangan bebas di ASEAN

2. Mandulnya hukum-hukum internasional yang hanya bersifat formalitas dan seremonial

3. Derasnya gaya hidup liberal materialistik yang dipromosikan industri media, internet dan entertainment

4. Rusaknya tujuan sistem Pendidikan yang lebih membentuk anak menjadi pekerja, sebaliknya melemahkan anak dalam memiliki adab dan kepribadian

5. Dipinggirkannya agama dalam semua ranah kehidupan, termasuk ideologi Islam di negeri-negeri Muslim. Islam hanya pemanis dan pelengkap. Aqidah dan Syariah Islam bukanlah sumber hukum pengambilan kebijakan baik di Indonesia maupun Malaysia.

Kelima faktor di atas adalah pemicu utama wabah dehumanisasi dan kriminalitas terhadap anak yang semuanya bersumber dari eksisnya ideologisekuler kapitalistik di dunia hari ini. Penguasa Muslim Malaysia dan Indonesia perlu belajar dari jejak-jejak kerusakan negara-negara kapitalis sekuler di Barat maupun Timur, dimana pertumbuhan ekonomi telah membunuh anak-anak dan merusak peradaban mereka, sekaligus telah menghasilkan dehumanisasi massal dan eksploitasi terhadap jutaan anak dan perempuan di negeri mereka. Wahai penguasa Muslim Indonesia dan Malaysia, Ingatlah firman Allah Swt:

((قُلْ هَلْ مِن شُرَكَائِكُم مَّن يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ ۚ قُلِ اللَّـهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ ۗ أَفَمَن يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَن يُتَّبَعَ أَمَّن لَّا يَهِدِّي إِلَّا أَن يُهْدَىٰ ۖ فَمَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ ))

“Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki kepada kebenaran?” Katakanlah “Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran”. Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?”

[TMQ Yunus: 35]

 

Ditulis untuk Kantor Media PusatHizbutTahriroleh

FikaKomara

Anggota Kantor Media PusatHizbutTahrir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*