Mengkritisi Pernyataan ‘Politik Kalau Dicampurkan Dengan Agama Akan Galak…’

sekuler vs islamOleh: Umar Syarifudin (pengasuh Majelis Taklim al Ukhuwah)

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma’ruf Amin, berbeda pendapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait politik dan agama. Menurutnya, politik dan agama tidak bisa dipisahkan harus saling menopang agar kehidupan berbangsa menjadi kuat.

Pernyataan Ma’ruf Amin ternyata berbeda dengan pemikiran Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj. Dia justru sependapat dengan Jokowi jika agama tidak boleh disatukan dengan politik. “Itu pendapat saya kok, tidak ada agama dalam politik dan tidak ada politik dalam agama. Itu pendapat saya,” kata Said usai menghadiri acara pelantikan dan peringatan Harlah Muslimat NU ke-71 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (28/3).

“Politik kalau dicampurkan dengan agama akan galak, akan radikal, akan mudah mengkafirkan, akan mudah menganggap oposan menjadi kafir,” pungkas Said. (https://www.merdeka.com/peristiwa/ketua-pbnu-politik-kalau-dicampur-dengan-agama-akan-galak-radikal.html)

Berhati-Hatilah dalam Berujar

Mari kita renungi pelajaran dari kitab Adab ad-Dunyā wa ad-Dīn, karya Imam al-Mawardi, Umar bin Abdul Aziz berkata: “Siapa saja yang tidak mengalkulasi perkataan dari perbuatannya, maka banyak kesalahannya.” Sebagian ahli hikmah berkata: “Akal seseorang bersembunyi di bawah lisannya.” Sebagian ahli balaghah berkata: “Penjaralah lisanmu, sebelum kamu dipenjara dalam waktu yang lama, atau jiwamu binasa. Tidak ada sesuatu yang lebih utama dari memenjara dalam waktu yang lama terhadap lisan yang sedikit benar, namun banyak bicara.” Abu Tammam ath-Tha’iy berkata: Di antara ahli hikmah mengatakan bahwa lisan seseorang termasuk bayangan hati. Sehingga sebagian ahli hikmah mengurangi kesempatan berbicara, dan berkata: “Apabila Anda duduk bersama orang-orang bodoh (dalam satu forum), maka diamlah. Dan apabila Anda duduk bersama para ulama (dalam satu forum), maka diamlah. Sesungguhnya diammu ketika bersama orang-orang bodoh, maka itu akan menambah kesabaran. Sementara diammu ketika bersama para ulama, maka itu akan menambah pengetahuan (ilmu).

Betapa banyak penguasa yang bekerja dengan hawa nafsu dan pandangannya, bukan dengan ilmu. Lalu mereka sebut itu sebagai politik. Padahal, politik itu adalah syariah. (al-Maqdisi, al-Furu’, juz VI/425)

Masyarakat memilih tokoh-tokohnya karena Islam, yang hari ini Islam telah Anda angkat sebagai slogan. Umat Islam musti tetap waspada dan mawas atas apa yang sedang direncanakan atas musuh-musuh Islam dan agen-agen mereka. Tokoh-tokoh muslim hendaknya menjadi suara umat yang tertindas. Mengungkap kebohongan mereka dan menunjukkan penerapan Islam dalam seluruh sendi kehidupan sebagai satu-satunya solusi, bukan malah sebaliknya. Hendaknya tokoh-tokoh kaum muslimin loyal untuk memperjuangkan Islam dalam segala lini kehidupan, menentang sekulerisasi yang memisahkan agama dari kehidupan, termasuk politik, serta tidak terjebak dalam permainan demokrasi berbahaya untuk mencapai kekuasaan dengan mengendarai sistem yang korup saat ini, sebagaimana halnya Nabi SAW yang menolak berpartisipasi dan menggunakan sistem yang korup di Mekkah.

Dengan mengkritik ‘politik kalau dicampurkan dengan agama akan galak, akan radikal, akan mudah mengkafirkan, akan mudah menganggap oposan menjadi kafir‘, ini termasuk ungkapan pengabaian sejarah peradaban Islam, dimana di bawah Khilafah keadaan menjadi stabil dan memiliki sistem pemerintahan yang memiliki legitimasi di mata rakyatnya. Khilafah merupakan bagian integral dari Islam normatif, dan telah mendapat tempat yang mapan dalam hukum Islam klasik, dan bukan beberapa penyimpangan zaman modern. Penerapan syariah dalam bingkai khilafah bukanlah seperti apa yang kita lihat di Irak, Arab Saudi, Turki, Pakistan dan Suriah pada hari ini.

Maka sangat penting bahwa umat Islam tidak tertipu – berbagai upaya monsterisasi penerapan syariah secara kaffah – dan tidak buta oleh rencana adu domba dalam tubuh umat. Kita semua perlu memahami apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia.  Juga penting bagi umat Islam menyadari bagaimana Asing akan menggunakan krisis politik dan ekonomi untuk memperkuat program menghambat ekspresi Islam masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, mendorong untuk saling curiga sesama Muslim. Yang ingin mereka tanamkan pada masyarakat pada saat sekarang adalah bahwa mengembalikan penerapan syariah Islam dalam konteks bernegara adalah masalah besar di dalam masyarakat, padahal Islam sebagai jalan hidup kaum muslim.

Kita harus mampu melawan makar yang dijalankan oleh pemerintah Barat dan agen-agennya kepada kita, untuk meninggalkan landasan  dan praktek Islam dan keyakinan yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai liberal sekuler atau yang menentang kezaliman penguasa.

Bangunlah dari kelalaian Anda! Kita, umat Islam harus menyadari kekalahan, hendaknya segera berikhtiar serius mewujudkan kebangkitan, daripada terus berduka karena tekanan musuh-musuh terhadap Islam. Kita harus memiliki kepercayaan diri dan membuat kita proaktif dalam menghadapi serangan terhadap Islam yang tampaknya tidak kenal lelah ini.

Semoga Allah SWT menjadikan kita untuk istiqomah berpegang teguh, menerapkan dan memperkuat Islam dalam diri kita dan mampu mewujudkan dalam penerapan Negara sebagaimana yang diwahyukan kepada kita kepada Nabi kita tercinta Nabi Muhammad (Saw).

Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka dengan hukum yang diturunkan oleh Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian yang Allah turunkan kepadamu. Ketahuilah, sesungguhnya Allah menghendaki menimpakan musibah kepada mereka, karena dosa-dosa mereka. Sesungguhnya kebanyakan manusia itu fasik (Q.s. al-Maidah: 49). []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*