Meski tidak bersalah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Timur memilih mengalah ketika kelompok tertentu berulah sehingga bentrok sesama umat Islampun dapat dicegah.
“Bentrok itu dapat dicegah, karena kita lebih memilih mengalah. Pawai ditiadakan, acara difokuskan di masjid. Saya bilang kepada teman-teman: ‘Kita doakan saja, agar mereka segera sadar, setuju bahkan jadi pejuang syariah dan khilafah sebelum nyawanya dicabut,’” ujar Umar Syahid, penanggung jawab lapangan kegiatan Masirah Panji Rasulullah SAW Jawa Timur Umar, kepada mediaumat.com, Ahad, 2 April 2017.
Tadinya, ungkap Umar, selain tabligh akbar di Masjid Al Akbar Surabaya, kegiatan pun akan dirangkai dengan pawai (masirah) sembari mengibar-ngibarkan panji Rasulullah SAW. “Aksi damai ini dilakukan untuk mengenalkan kepada publik panji Rasulullah, yakni bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid dan liwa (bendera) putih dengan lafadz yang sama. Lambang persatuan umat dan eksistensi al Khilafah, pelaksana syariah secara kaffah untuk terwujudnya rahmatan lil alamin,” ungkapnya.
Usai shalat tahajud kemudian diteruskan dengan shalat shubuh berjamaah di Masjid Al-Akbar, sekitar 25 ribu kaum Muslimin dari berbagai daerah di Jawa Timur kembali ke rumahnya masing-masing, mereka mengurungkan rencana pawai di sepanjang jalan protokol Surabaya.
Mereka mengalah lantaran tidak mau bentrok dengan sesama Muslim. Pasalnya, kelompok tertentu sesumbar mengerahkan sekitar 1500 anggotanya yang notabene Muslim juga untuk menghadang masirah. (mediaumat.com, 2/4/2017)