Kemenangan Besar di Balik “Kegagalan” Nabi

Mapara surabaya 3Oleh: KH Hafidz Abdurrahman

Melihat jamaah shalat tahajud malam ini di Masjid Akbar Surabaya sungguh luar biasa. Mereka datang dari berbagai pelosok daerah di Jawa Timur, yang semula hendak mengikuti kegiatan Masirah Panji Rasulullah (Mapara), yang diselenggarakan DPD I HTI Jawa Timur, di Surabaya.

Inilah Tahajud Akbar dengan jamaah terbesar, yang permah diselenggarakan di masjid ini. Jamaah yang datang dari berbagai daerah untuk mengikuti kegiatan Mapara itu diperkirakan mencapai 25,000 orang.

Sejak jam 02.00 dini hari mereka berdatangan dan mengikuti shalat tahajud, shalat hajat, witir hingga shalat Subuh dengan khidmad. Meski akhirnya agenda Mapara terpaksa dibatalkan karena tidak diizinkan aparat, tetapi tetap tidak ada yang sia-sia dari perjuangan mereka. Mengapa, bukankah mereka sudah datang jauh-jauh untuk mengikuti Mapara, ternyata sampai di tempat dibatalkan?

Pertama, karena seluruh jerih payah mereka untuk melakukan ketaatan sejak dari rumah, waktu, tenaga dan jerih payah mereka sudah dicatat oleh Allah sebagai amal shalih.

Kedua, rangkaian ibadah yang mereka lakukan dengan ikhlas dan tulus lillahi ta’ala, juga doa dan munajat mereka, insya Allah telah dicatat oleh Allah dalam catatan amal shalih mereka. Karena itu, tidak sia-sia.

Ketiga, mereka telah menunjukkan akhlak dan watak Islam yang luar biasa. Islam rahmatan lil alamin, yang selama ini mereka usung dan perjuangkan benar-benar mereka buktikan dalam tindakan. Bukan sekedar slogan dan retorika.

Justru semuanya ini menunjukkan kemenangan yang luar biasa. Memang secara kasat mata boleh saja jamaah kecewa, sebagaimana para sahabat yang jauh-jauh dari Madinah ke Makkah, sepanjang 410 KM untuk melaksanakan Umrah Hudaibiyyah tahun 6 H gagal mewujudkan niatnya.

Kekecewaan demi kekecewaan itu tampak dari sikap para sahabat yang diwakili oleh Umar bin Khatthab. Dari nada pertanyaan Umar sudah tampak, “Apakah beliau itu utusan Allah?” Pertanyaan yang diulanginya lagi di hadapan Nabi, meski sebelumnya sudah dijawab oleh Abu Bakar.

Begitulah perasaan Umar dan kaum Muslim saat itu. Jauh-jauh dari Madinah untuk menunaikan umrah, akhirnya batal, karena dihadang pasukan Khalid bin Walid, yang saat itu belum masuk Islam. Tapi, ternyata di balik kegagalan rencana awal itu, Allah mempunyai rencana lain. Justru kegagalan ini menjadi pintu kemenangan besar yang datang 2 tahun kemudian.

Iya, di balik kegagalan itu, Allah mempunyai rencana yang tidak diketahui oleh para sahabat, termasuk Umar. Mereka pun kembali ke Madinah, dengan memendam rasa kecewa, sampai akhirnya Allah menurunkan Q.s. al-Fath saat mereka meninggalkan Makkah menuju Madinah.

Ketika Allah menyatakan:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا، لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا، وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عزيزا

Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus,
dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). (Q.s. al-Fath: 1-3)

Ketika ayat-ayat ini turun, Umar pun lega. Ternyata kekhawatirannya salah. Kekecewaan yang dipendamnya pun segera sirna, berganti dengan suka cita, karena kemenangan di depan mata. Meski apa yang dijanjikan-Nya itu tidak datang serta merta.

Iya, setelah peristiwa gagalnya Umrah Hudaibiyah, Nabi dan para sahabat tahun berikutnya menunaikan umrah yang gagal dilaksanakan tahun sebelumnya. Iya, tahun 7 H, Nabi bersama para sahabat melakukan Umrah Qadha’.

Tepat, tahun 8 H, tepatnya tanggal 20 Ramadhan 8 H, apa yang dijanjikan Allah pun menjadi kenyataan. Kota Makkah yang menjadi simbol adidaya di Jazirah Arab kala itu jatuh ke tangan kaum Muslim nyaris tanpa pertumpahan darah. Itulah kemenangan besar umat Islam. Kemenangan yang didahului dengan skenario kegagalan, tetapi berbuah manis.

Maka, “kegagalan” hari ini sesungguhnya merupakan bisyarah kemenangan besar yang segera akan datang, dengan izin dan pertolongan Allah.

Surabaya, 2 April 2017 M
5 Rajab 1438 H

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*