Aktivitas Pengembangan Rudal di Semenanjung India

بسم الله الرحمن الرحيم

Jawab Soal

Aktivitas Pengembangan Rudal di Semenanjung India

 

Soal:

“Pada waktu belakangan ini, ada serangkaian aktivitas peluncuran rudal di semenanjung India. Pada awal Maret 2017, India melakukan percobaan sistem rudal pencegat modern di pulau Abdul Kalam –dulunya bernama pulau Wheeler-(berseberangan dengan pantai Odisha di teluk Bengali). Pada tahun lalu, Pakistan melakukan percobaan sistem rudal (Ababil) yang jangkauannya mencapai 2.200 km, yang mampu membawa berbagai jenis hulu ledak. Apakah berbagai percobaan rudal ini merupakan bagian dari perlombaan senjata baru antara India dan Pakistan? Dan sejauh mana dampak regional percobaan-percobaan ini?” Semoga Allah memberi balasan yang lebih baik kepada Anda.

 

Jawab:

Percobaan rudal di India dan Pakistan merupakan kelanjutan upaya kedua negara dalam meraih eksistensi nuklir melalui pengembangan kemampuan melakukan serangan kedua (second strike). Dan untuk memahami perkara ini secara lebih baik maka penting dipahami ringkasan perlombaan senjata nuklir di semenanjung India.

  1. Negara-negara berusaha memiliki senjata nuklir dikarenakan dua sebab: Pertama, melipatgandakan keunggulan terhadap militer konvensional. Sebagai contoh, Korea Utara menegaskan orientasi ini. Korea Utara menganggap senjata nuklir itu bersifat mendasar untuk mengatasi keunggulan militer konvensional Korea Selatan dan kegarangan Amerika yang memiliki ribuan tentara yang bermarkas di wilayah Korea yang menjadi wilayah demiliterisasi… Kedua, untuk menghadapi negara-negara bersenjata nuklir. Misalnya, ketika Uni Soviet gagal memperluas payung nuklir agar bisa mencakup Cina selama perang Korea, Cina sengaja berusaha untuk mencapai senjata nuklirnya. Hal itu mendorong India melanjutkan program nuklirnya. Satu perkara yang tentu saja menyebabkan upaya Pakistan untuk meluncurkan program nuklirnya. Begitulah, tiga negara berusaha mencapai kondisi kesetaraan nuklir satu sama lain untuk menghalangi terjadinya serangan nuklir yang mungkin diantara mereka (Waltz, K. (1981). The Spread of Nuclear Weapons: More May Be Better: Introduction, The Adelphi Papers, 21 (171), pp. 383-425).
  2. Meski demikian, kepemilikan hulu ledak nuklir saja tidak cukup untuk mencegah musuh nuklir dari melakukan aksi-aksi serangan. Supaya tercapai pencegahan nuklir maksimal maka negara-negara yang memiliki hulu ledak nuklir wajib memiliki kemampuan melindungi arsenal nuklir dari serangan apapun yang mungkin. Kemampuan meluncurkan hulu ledak nuklir dan menyasar target-target nuklir musuh disebut serangan pertama (first strike), dan kemampuan merespon serangan pertama (first strike) dan meluncurkan serangan nuklir balasan disebut serangan kedua (second strike). Artinya bahwa negara-negara itu mampu tetap bertahan hidup akibat serangan pertama (first strike) dan negara itu memiliki hulu ledak nuklir yang cukup untuk menghadapi serangan-serangan. Ini yang disebut tiga kemampuan nuklir. Hal itu ada ketika negara memiliki kapal selam yang mampu meluncurkan rudal-rudal nuklir, di mana kapal selam itu sulit diungkap (dideteksi), dan memiliki kemampuan serangan balasan yang melumpuhkan kemampuan pesawat.
  3. Pencegahan nuklir diantara negara-negara nuklir itu bekerja dengan baik ketika masing-masing dari kedua negara memiliki kemampuan melakukan serangan kedua (second strike). Ini menjamin penghancuran total di kedua pihak. Ketakutan dari hal ini mencegah kedua pihak melancarkan serangan pertama (first strike). Para ahli strategi nuklir menyebut ini sebagai Mutually Assured Destruction (MAD). Dengan begitu, berbeda dari senjata kovensional, nilai hakiki senjata nulir adalah mencegah (menghalangi) musuh dari menggunakan senjata nuklir.
  4. Sejak India dan Pakistan memulai percobaan nuklir tahun 1998, para ilmuwan nuklir, para ahli strategi dan para politisi berusaha menerapkan teori pencegahan nuklir yang disebutkan di atas secara praktis. Disebabkan Mutually Assured Destruktion (MAD), masing-masing pihak berkeyakinan bahwa perdamaian nuklir ada di semenanjung. Ini adalah penggerak utama di belakang pengembangan cepat teknologi rudal dan upaya mengecilkan ukuran hulu ledak nuklir agar bisa diusung oleh rudal dan upaya pengembangan peluncur rudal. Pada waktu yang sama, pemahaman pencegahan nuklir harus dipakai untuk memahami percobaan rudal paling akhir antara India dan Pakistan. Sepanjang satu dekade lalu ada kemajuan teknologi rudal dan seputar pengamanan opsi serangan pertama pada kedua pihak. Meski demikian, pengembangan paling akhir menunjukkan adanya pengerahan upaya lebih besar untuk menjaga opsi serangan kedua. Lihat conoth-contoh berikut:
    1. Kapal selam peluncur rudal balistik (SLBM –Submarine Launched Ballistic Missile): pada 9 Januari 2017, Pakistan melakukan percobaan yang berhasil untuk rudal Babur 3 dari tempat yang tidak diketahui di lautan India. Dimana rudal jelajah diluncurkan di bawah air yang jangkauannya 450 km. Percobaannya dilakukan di laut untuk tidak terungkap. Militer Pakistan mengatakan bahwa percobaan rudal Babur 3 memberi Islamabad kemampuan menyelesaikan “serangan kedua (second strike)” (https://www.wsws.org/en/articles/2017/02/28/inpk-f28.html). Meski demikian, Pakistan tidak memiliki kapal selam nuklir dan terpaksa mengusung Babur 3 di kapal selam disel listrik yang memiliki kemampuan terbatas untuk tetap berada di bawah air. Rudal Babur 3 Pakistan merupakan respon terhadap sistem rudal India K4 yang diluncurkan oleh kapal selam nuklir India (SLBM) yang diluncurkan pada bulan Mei 2014 dan memiliki jangkauan 3.000 km, yang bisa mencapai Pakistan dan Cina. Begitulah, India dan Pakistan memiliki kemampuan melakukan serangan kedua (second strike).
    2. MIRV – Multiple Independently Targetable Reentry Vehicle: India melakukan percobaan dua rudal yang memiliki kemampuan nuklir pada Desember 2016 dan Januari 2017. Pertama rudal Agni-V, rudal balistik darat ke darat yang merupakan pengembangan cepat untuk arsenal nuklir. Kedua, rudal Agni-V yang mengusung hulu ledak nuklir multi target yang bisa mencapai jangkauan 5.000 km. Disamping itu, pada Januari 2017 New Delhi melakukan percobaan rudal Agni-IV, yaitu sistem rudal yang bisa mencapai jangkauan 4.000 km. Rudal Agni-V memberi kemungkinan melakukan serangan target nuklir yang ada di Cina… Pada tahun ini, Pakistan melakukan percobaan sistem rudal Ababil yang memiliki kemampuan MIRV. Dalam keterangan yag dikeluarkan militer Pakistan disebutkan sebagai berikut: “untuk pertama kali berhasil dilakukan percobaan rudal Ababil, balistik darat ke darat yang mencapai jangkauan 2.200 km dan mampu mengusung hulu ledak multi target. Hal itu dengan memanfaatkan teknologi MIRV, dan mampu menyasar berbagai target dengan sangat akurat dan mengalahkan radar musuh (https://www.dawn.com/news/1310630). Desain rudal Ababil Pakistan dilakukan untuk mengalahkan pertahanan rudal balistik India untuk perisai nuklir. Sebagaimana India melakukan percobaan rudal pencegat (intersep) semisal Ashvin untuk menjatuhkan rudal-rudal nuklir Pakistan yang mungkin. Melalui penyebaran teknologi MIRV, memungkinkan satu rudal nuklir berubah menjadi beberapa rudal nuklir, yang membuat membatalkan kemampuan rudal pencegat.
  5. Tidak diragukan lagi bahwa perlombaan senjata nuklir antara India dan Pakistan adalah untuk menyiapkan opsi serangan kedua yang akan membalik neraca nuklir terhadap pesaing India (yakni Cina). Sementara itu, Cina melakukan hanya sampai batas minimal pencegahan nuklir. Pengembangan cepat oleh India untuk teknologi MIRV dan kapal selam yang mengusung rudal telah mendorong keberanian para pemimpinnya. Panglima militer India Jenderal Bipin Rawat menyatakan bahwa negaranya “siap untuk terjun ke medan perang terhadap dua pihak sekaligus” dengan Pakistan dan Cina pada waktu yang bersamaan (http://www.ibtimes.co.uk/india-preparedtwo-front-war-pakistan-china-says-new-army-chief-1599031).

    Percobaan rudal Agni V India telah membuat marah Cina. Juru bicara kementerian luar negeri Cina Chunying mengatakan, “Dewan Keamanan PBB memiliki daftar yang jelas tentang jika India mungkin mengembangkan rudal balistik yang mampu mengusung senjata nuklir”. Kementerian luar negeri Cina mengatakan bahwa ambisi India dengan Agni V telah dimaksudkan untuk menargetkan Cina (http://www.upi.com/Defense-News/2016/12/27/India-tests-Agni-V-ballistic-missile-tensions-with-China-rise/9001482862013/.).

  1. India tidak mungkin mengadopsi politik provokatif ini tanpa dukungan Amerika melalui Perjanjian 123 yang ditandatangani pada tahun 2005 yang memungkinkan India mendapatkan suplai tetap bahan bakar nuklir untuk reaktor sipil. Berikutnya bahan bakar nuklir itu digunakan di program nuklir India. Pemerintahan Trump mengisyaratkan dengan jelas bahwa ingin membangun kemajuan yang telah dicapai oleh pemerintahan Amerika sebelumnya untuk India. Pada 8 Februari 2017, menteri pertahanan Amerika Jenderal James Matis dalam kontak telepon dengan sejawatnya Menteri Pertahanan India Manohar Parrikar, ia memuji “kemajuan besar” yang dicapai India dalam “tahun-tahun terakhir”. Ia menunjuk kepada “kerjasama bersama antara Amerika dan India dalam bidang pertahanan”. Ia mengatakan bahwa pemerintahan baru konsern untuk “menjaga momentum dan membangun di atasnya” (https://www.wsws.org/en/articles/2017/02/15/inus-f15.html).

    Bisa diprediksi bahwa Amerika akan melanjutkan pemanfaatan perlombaan senjata nuklir di semenanjung India untuk menjerumuskan Cina dalam persaingan senjata nuklir. Tujuan Amerika dari hal itu adalah menjauhkan Cina dari aktivitas ekonomi ke aktivitas militer untuk memudahkan kehancuran Cina, sama persis seperti yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Uni Soviet. Pada waktu kontemporer, Cina terus menjaga pada batas minimal untuk pencegahan nuklir dan menolak provokasi ke arah perlombaan senjata nuklir.

 

12 Jumaduts Tsaniyah 1438 H

11 Maret 2017 M

 

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/42699.html#sthash.NGrikXJX.dpuf

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*