Felix Siauw Kritik Seruan Jokowi untuk Pisahkan Agama dan Politik

felix siauw politik dan agamaSeruan Presiden Jokowi untuk memisahkan agama dan politik terus menuai kritik, salah satunya dari Islamic Inspirator Felix Siauw.  “Jangan bawa agama dalam politik, jangan bawa politik dalam agama. Ini jelas-jelas pernyataan sekuler yang jauh dari dalil agama juga kenyataan,” ungkapnya dalam status yang berjudul “Politik dan Agama” pada fanspage Ustadz Felix Siauw, Sabtu, 1 April 2017.

Ia menuliskan, nyatanya, seseorang pasti punya cara pandang khas yang berdasar prinsip hidup, dan ini menjadi sumber dan referensinya dalam mengambil keputusan. Misal, bagi orang yang tidak beriman jika makan ya pertimbangannya enak dan murah, bukan halal dan thayib, itu normal, karena dia bukanlah orang beriman. Dalam level kebijakan publik, jika orang tak beriman jadi penguasa, maka dia juga akan bertindak sama, misal membolehkan miras, juga prostitusi, itu misalnya.

“Yang ingin saya sampaikan, politik hanya salah satu ranah dalam kehidupan yang dipengaruhi cara pandang atau prinsip hidup, dalam Islam ini namanya akidah,” tulisanya.

Maka, lanjut Felix, jika seorang Muslim teguh dan mantap akidah, dia pasti akan berusaha selalu menyesuaikan tiap aktivitasnya dengan Islam, termasuk saat berpolitik. Karenanya dalam Islam, agama justru mutlak jadi dasar dalam politik, dan politik harus sesuai dengan agama, toh semua amal akan dipertanggungkan.

“Lha masak kamu kira Allah tidak menghisab saat kita berpolitik? Padahal politik maknanya adalah mengurus urusan umat, itu dalam kamus bahasa arab,” ungkapnya.

Felix juga menyatakan, karenanya politik adalah salah satu jalan ibadah, yang ditempuh Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Muawiyah, Amru bin Ash Muhammad Al-Fatih dan banyak lagi. “Dan siapa politisi paling hebat? Dialah Rasulullah yang mengajari mereka semua, kepala negara paling berhasil sepanjang masa, begitu ujar Michael H. Hart,” bebernya.

Ia juga menyatakan, bahkan sufi sekelas Imam Ghazali menulis, “Agama dan kekuasaan seperti saudara kembar, bagi agama dasarnya, bagi kekuasaan pelindungnya. Tanpa agama pastilah runtuh kekuasaan, tak ada kekuasaan maka hilang agama.”

“Maka kalau sekarang ada yang bicara jangan campur agama dan politik, mungkin justru ini cara politisnya meluluskan kekuasaan yang tak islami, siapapun dia,” pungkasnya. (mediaumat.com, 2/4/2017)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*