Enam puluh satu persen dari penduduk dewasa di Perancis percaya bahwa Islam tidak cocok dengan masyarakat mereka, menurut sebuah jajak pendapat baru.
Angka itu menurun secara tajam hingga serangan Charlie Hebdo pada bulan Januari 2015, dan telah terus naik sejak peristiwa itu, menurut survei dari Ipsos.
Hal itu berbanding dengan 6 % orang yang percaya bahwa agama Katolik tidak cocok dan 17 % yang percaya bahwa Yudaisme tidak cocok.
Lebih dari 79 % orang Perancis mendukung pelarangan jilbab di kampus-kampus, sementara 77 % lainnya ingin melihat pelarangan burkini.
Perancis sudah memiliki UU nasional yang melarang siapa pun untuk memakai cadar, sementara beberapa kota di Riviera Prancis berusaha untuk melarang ‘burkini’ pada tahun 2016, tetapi UU itu dibatalkan.
Ipsos menyurvei 1.000 orang dewasa melalui internet antara tanggal 16-17 Maret, dan menerbitkan hasilnya pada hari Rabu pekan lalu.
Survei ini menunjukkan bahwa sikap penduduk Prancis terhadap agama sangat konservatif, dimana 90 persen percaya bahwa sekularisme sangat penting bagi Republik itu.
Tiga seperempat dari mereka yang disurvei juga menganggap terlalu banyak diskusi tentang peran agama dalam politik, dan 72 % merasa politisi seharusnya tidak secara terbuka menampilkan afiliasi keagamaan mereka.
Sementara hanya 39 persen dari mereka yang percaya bahwa Islam cocok dengan masyarakat Prancis, jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari pada di tahun 2013, dimana saat itu hanya 26 % dari mereka yang setuju dengan pernyataan tersebut.
Jumlah tersebut naik mencapai puncaknya menjadi 47 % pada bulan Januari 2015, pada waktu serangan Charlie Hebdo, dan telah terus turun sejak itu, menurut Ipsos. [Sumber: Daily Mail]
Komentar :
Apa yang jelas ditunjukkan oleh polling itu adalah bahwa sekularisme Prancis tidak menolerir agama, khususnya Islam. Sekularisme tidak layak untuk memimpin umat manusia dan klaim universalitasnya adalah salah. (khilafiah.com, 31/3/2017)