Kantor berita Russia Today (RT), edisi 1/4/2017 melaporkan bahwa “Ruang Operasi Militer” yang dioperasikan oleh Central Intelligence Agency (CIA) mengumpulkan semua faksi oposisi Suriah yang dianggap “moderat” dan mengharuskan berintegrasi dalam satu entitas hingga menjadi satu kesatuan.
Surat kabar Alhayat mengutip dari seseorang yang disebutnya sebagai “pemimpin oposisi” mengatakan bahwa para pejabat di “Ruang Operasi Militer” yang berada di wilayah selatan Turki menyampaikan kepada para pemimpin faksi yang masuk dalam daftar Washington untuk mendapat dukungan keuangan dan militer “harus berintegrasi dalam satu entitas hingga menjadi satu kesatuan yang dipimpin oleh Fadlullah Haji Komandan Korps Syam sebagai pemimpin militer bagi entitas yang baru, agar dicairkan kembali gaji bulanan bagi semua anggota faksi dan pemberian persenjataan, termasuk kemungkinan penyerahan rudal anti tank TOW Amerika.”
Surat kabar itu menambahkan bahwa keputusan itu mencakup antara 30 hingga 35 ribu anggota faksi yang tersebar di daerah pedesaan Aleppo, Hama, Latakia dan provinsi Idlib, termasuk faksi “Jaisy al-Nasr”, “Jaisy al-Izzah”, “Jaisy Idlib al-Hur”, “Jaisy al-Mujahidin”, “Tajammu’ Fastaqim” dan dua faksi yang beroperasi di tepi pantai, bahwa langkah ini bertujuan untuk melawan “Dewan Pembebasan Syam, Haiah Tahrir al-Syam” yang terdiri dari sejumlah organisasi termasuk di antaranya “Fath al-Syam” yang sebelumnya bernama al-Nushrah.
Menurut surat kabar itu, setelah pemerintahan Presiden Donald Trump “Ruang Operasi Militer” membekukan dukungan pada faksi-faksi hingga semuanya bersatu dalam satu faksi atau membentuk ruang operasi bersama untuk mengkoordinasikan pertempuran di masa depan, setelah “Fath al-Syam” pada awal 2017 mendeklarasikan pembentukan entitas yang terdiri dari “kelompok-kelompok ekstremis”, termasuk sayap di “Ahrar al-Syam” yang dipimpin oleh Hasyim Jaber, dengan nama “Dewan Pembebasan Syam, Haiah Tahrir al-Syam”.
Seorang pemimpin, yang tidak disebutkan namanya oleh surat kabar mengatakan: “CIA mengharuskan berintegrasi bagi semua anggota faksi, sehingga tidak ada lagi selain satu komando yang diterima.” Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa ini adalah awal untuk memasuki pertempuran melawan “kelompok teroris”, seperti yang dijelaskannya, dimana telah bergabung lebih dari 30 ribu anggota faksi yang tersebar di pedesaan Idlib dan Hama.
Sungguh, jika ini tidak dikatakan pengkhianatan, lalu dikatakan apa?! Amerika yang menunjuk pemimpin, yang memiliki ruang operasi bersama, yang membayar gaji, lalu mengapa ujung-ujungnya mereka mengatakan bahwa mereka pejuang revolusi di Suriah?! Apakah masuk akal pejuang revolusi yang keluar untuk menggulingkan rezim, kemudian berpaling dan membunuh saudaranya karena Amerika meminta itu?! Allahu Akbar, untuk itukah tujuan yang hendak dicapai oleh para penghamba dolar?! Dan bagaimana mereka menerima untuk menjadi antek murahan hingga harus kehilangan agama dan duniawi mereka?! Seharusnya mereka menolak Amerika dan membuang jauh-jauh dolarnya, kemudian kembali kepada Tuhan dan tujuan revolusinya (kantor berita HT, 4/4/2017).