Menurut laporan Reuters (31/3): “Gedung Putih menyatakan dukungannya atas komentar sejumlah ajudan senior bahwa Amerika saat ini tidak fokus pada penyingkiran Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaan. Sedang fokus Amerika sekarang adalah mengalahkan pasukan organisasi negara Islam (ISIS).
Masing-masing dari Menteri Luar Negeri AS Rex Wayne Tillerson dan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley merespon sejumlah kritikan karena berkurangnya perhatian terhadap tujuan Amerika jangka panjang, yaitu upaya membujuk Assad untuk meninggalkan kekuasaan guna membantu mengakhiri perang sipil Suriah yang telah berlangsung selama enam tahun.
Tillerson mengatakan bawa masa depan Assad terserah rakyat Suriah untuk membuat keputusan. Sementara Haley mengatakan: “Prioritas kami adalah tidak lagi duduk di sana dan fokus pada penyingkiran Assad.”
Dalam konferensi pers harian, juru bicara Gedung Putih Sean Spicer mengatakan sehubungan dengan Assad bahwa “Ada realitas politik yang harus diterima, yaitu di mana kita harus bersikap sekarang.” Spicer menyalahkan ketidakmampuan pendahulu Trump—Barack Obama dari Demokrat—untuk membujuk Assad supaya mundur.
Pemerintahan Obama, dalam tahun-tahun akhir, difokuskan pada tercapainya kesepakatan dengan Rusia, yang tujuan akhirnya adalah lengsernya Assad, di samping juga mengalihkan fokusnya untuk memerangi organisasi negara Islam, yang mengambil alih sejumlah daerah di Irak dan Suriah pada tahun 2014.
“Kami telah memiliki kesempatan dan sekarang kami harus fokus untuk mengalahkan organisasi negara,” kata Spicer. Dia menambahkan: “Prioritas utama Amerika di Suriah dan Irak telah membuat jelas kita bahwa perang melawan (terorisme), khususnya mengalahkan organisasi negara merupakan hal yang paling utama dari prioritas-prioritas ini.”
Dan yang sebenarnya bahwa tujuan Amerika sejak dari awal adalah untuk menghancurkan kekuatan revolusi di Suriah, seperti yang sebelumnya dilakukan Amerika untuk memandulkan semua revolusi Musim Semi Arab di kawasan Timur Tengah (kantor berita HT, 6/4/2017).