Panji Rasulullah SAW. Al-liwa’ dan Ar-Royah kini semakin dikenal oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia. Hizbut Tahrir terus mensosialisasikan panji tersebut agar semakin dicintai oleh kaum muslimin dan sebagai pemersatu. Agar semakin dikenal dan dicintai maka selama bulan Rajab 1438 H/ April 2017 HTI menggelar Masirah Panji Rasulullah Mapara disejumlah kota di Indonesia. Berbagai dukungan dari para ulama, tokoh, intelektual dan cendikiawan Muslim terus berdatangan terhadap penyelenggaraan Mapara. Kali ini dukungan datang dari Cendikiawan Muda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang juga pengamat sosial, budaya politik, kolumnis sejumlah media dan penulis buku Ahmadi Sofyan, Selasa/4/April/2017. Berikut petikan wawancara oleh M Benny AF dari Infokom HTI DPD I Babel.
Apa pendapat bapak tentang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ?
HTI dalam pandangan saya adalah Harokah Islam yang bertujuan mengembalikan kaum muslim untuk kembali taat kepada hukum-hukum Allah SWT yakni hukum Islam, memperbaiki sistem perundang-undangan dan hukum negara yang dinilai tidak Islami agar sesuai dengan tuntutan syari’at Islam. Ada tiga poin dari HTI yang populer yaitu, Pertama: Penegakan syariat Islam. Kedua: Penegakan Khilafah Islamiyah. Ketiga: Menentang kapitalisme global.
HTI selama bulan Rajab 1438 H akan menggelar Masirah Panji Rasulullah SAW. Dan di Babel pada Ahad/16April/2017. Apakah bapak mendukung agenda tersebut?
Secara pribadi saya mendukung dan mengapresiasi usaha HTI babel memberikan pemahaman dan mensosialisasikan Masirah Panji Rasulullah SAW.
Apakah Bapak mengenal Panji Rasulullah SAW?
Sekilas saja saya mengenal, karena walaupun belasan tahun hidup di pesantren, saya ini agak mbeling, jadi apa yang saya tidak ketahui jauh lebih banyak dari yang saya ketahui. Saya meyakini saja bahwa itu bendera Tauhid dan saya pun memilikinya.
Sosialisasi Panji Rasulullah SAW. dalam bentuk kegiatan Masirah Panji Rasulullah SAW adalah untuk menumbuhkan kecintaan umat kepada Baginda Rasulullah, simbol persatuan dan perjuangan umat Islam. Bagaimana tanggapan Bapak?
Ini bagian dari syiar dan sosialisasi agar umat dan bangsa ini tidak gagal paham tentang bendera yang bertuliskan tauhid, tidak alergi dengan tulisan Arab. Janganlah sedikit-sedikit dianggap tidak Pancasilais, tidak toleransi, tidak Bhenika Tunggal Ika. Wong Islam itu ajarannya wajib toleransi kok, diatas Pancasila dan jauh sebelum Bhenika Tunggal Ika ada, Islam sudah lebih dahulu mengajarkan kebhenikaan. Jadi jangan gagal paham saja tentang Panji Rasulullah SAW bagi yang nggak sreg.
Bagaimana perasaan Bapak ketika melihat panji tersebut berkibar?
Bangga, bahagia, terharu, senang karena kalimat Tauhid berkibar walaupun masih dalam batasan tulisan di atas kain. Insha Allah diawali dengan ini, kita bisa mengenalkan dan menumbuhkan tauhid yang kokoh pada generasi Islam sekarang maupun generasi penerus kita. Insha Allah.
Saat ini konsep Syariah dan Khilafah terus diperjuangkan berbagai elemen Umat Islam di seluruh dunia termasuk HTI, apa pendapat Bapak?
Sebagai Muslim yang dididik belasan tahun di Pesantren, saya setuju dan semua sistem bisa terjadi di negeri yang sedang carut marut ini. Sekuler, kafir, kapitalis, sosialis, bahkan komunis saja berusaha menjadikan negeri ini dengan kemauan mereka. Agama mau dipisahkan dari politik. Lho, ketika ada tawaran sistem Islam kok nggak boleh, kok ngambek, kok takut, kok memble, padahal ngakunya Muslim. Karena saya muslim yang insha Allah sehat wal afiat, maka lahir bathin insha Allah saya setuju dan siap.
Apa pendapat bapak terhadap adanya kelompok kecil pihak tertentu yang menghalangi Masirah Panji Rasulullah SAW?
Menurut saya hal tersebut tidak boleh terjadi sama sekali kalau paham tentang perbedaan dan mengaku-aku Bhenika Tunggal Ika serta hidup di negeri berfalsafah Pancasila. HTI bukan organisasi terlarang dan apa yang dilakukan HTI selama ini sangat akademik, ilmiah, santun dan saya belum pernah melihat dan membaca adanya kekerasan yang dilakukan oleh kawan-kawan HTI.
Apakah bapak ikut hadir dalam acara tersebut?
Insha Allah, jika tidak ada halangan saya akan hadir dan ikut serta bersama keluarga. (*)