Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sulawesi Selatan mengundang kaum muslimin dan muslimat se-Sulawesi Selatan untuk meramaikan Masirah Panji Rasulullah, Minggu (16/4/2017). Acara itu dijadwalkan berlangsung di Lapangan Karebosi, Makassar.
Humas HTI Sulsel, Dirwan Abdul Jalil mengatakan, calon peserta dapat mendaftar secara manual atau secara online. Bisa menghubungi panitia 085242472593 (Amrullah) atau mendaftar di: https://goo.gl/vFJSHg.
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto mengatakan, salah satu persoalan besar yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini adalah rendahnya pemahaman atau pengetahuan umat akan Islam. Hal ini membuat terdapat jarak sangat lebar antara Islam di satu sisi dengan umat di sisi lain.
Akibatnya, tidak sedikit umat Islam yang tidak mengenal, tidak paham bahkan merasa asing terhadap ajaran agamanya sendiri. Salah satunya terhadap simbol-simbol Islam seperti al Liwa dan ar Raya.
“Rendahnya pemahaman umat akan ajaran Islam tentu berdampak sangat serius. Bagaimana umat akan mengamalkan ajaran agamanya bila ia sendiri tidak paham? Dan bagaimana kerahmatan Islam akan bisa dirasakan bila ajarannya tidak diamalkan? Bagaimana pula umat bisa diharap untuk berjuang bersama bila mereka tak paham apa yang harus diperjuangkan? Alih-alih mau berjuang bersama, yang terjadi sikap umat justru sebaliknya. Terhadap hal yang mestinya dijauhi malah didekati, mestinya ditinggalkan malah dikerjakan. Atau mestinya dibela malah dicerca. Mestinya dicinta, termasuk terhadap panji Rasulullah, malah dihina, dan seterusnya,” urainya.
Masirah Panji Rasulullah diadakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia di 36 kota besar di seluruh Indonesia di sepanjang bulan April 2017, bertepatan dengan bulan Rajab 1438 H. Kegiatan ini diharapkan lebih mengenalkan simbol-simbol Islam, dalam hal ini al Liwa dan ar-Raya atau Panji Rasulullah, bersama dengan ide besar syariah dan khilafah.
Menurut Ismail, antara al Liwa dan ar Raya dengan syariah dan khilafah tidaklah dapat dipisahkan. Al Liwa dan ar Raya di masa lalu menjadi symbol keberadaan atau eksistensi khilafah dan persatuan umat. Tujuan kegiatan ini tak lain agar simbol-simbol dan ide-ide utama itu semakin dikenal secara luas oleh masyarakat. Selanjutnya bisa dipahami, diterima dan diamalkan serta diperjuangkan sebagai jalan kebangkitan umat menuju terwujudnya Islam rahmatan lil alamin.
Selain Masirah Panji Rasulullah dalam bentuk masirah (long march atau pawai) yang diakhiri dengan tabligh akbar, Hizbut Tahrir Indonesia juga mengadakan acara yang diberi nama International/Indonesia Khilafah Forum.
Forum ini merupakan sarana pertemuan antara keluarga besar HTI dengan tokoh masyarakat dari berbagai kalangan untuk membangun kesehatian dan kesamaan persepsi tentang pentingnya merajut langkah bersama membangkitkan umat dan melakukan perubahan menuju kehidupan Islami yang dicita-citakan bersama.
Ar Raya dalah Panji Rasulullah, berwarna hitam, bertuliskan “Lailaha Illallah Muhammad Rasulullah” dengan warna putih. Sedangkan benderanya (liwanya) berwarna putih dengan tulisan warna hitam.
Liwa dan Ar Raya adalah simbol eksistensi Islam baik di saat damai maupun perang. Sedemikian penting simbol itu, sehingga para shahabat mempertahankannya dengan taruhan nyawa, sebagaimana terjadi dalam perang Mutah, sebuah perang besar yang memperhadapkan antara pasukan Islam dan Romawi. Dalam perang itu, tiga sahabat yang mulia gugur.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ketika berbelasungkawa atas Zaid, Ja’far dan Ibn Rawahah:
«أَخَذَ الرَّايَةَ زَيْدٌ فَأُصِيْبَ، ثُمَّ أَخَذَ جَعْفَرٌ فَأُصِيْبَ، ثُمَّ أَخَذَ اِبْنُ رَوَاحَةٍ فَأُصِيْبَ»
“Zaid mengambil ar-Rayah lalu ia gugur, kemudian Ja’far mengambil (ar-Rayah) lalu ia gugur, kemudian Ibn Rawahah mengambil (ar-Rayah) lalu ia gugur.” (fajaronline.com, 11/4/2017))