Pengurus DPD Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sulsel menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya Masirah Panji Rasulullah, Minggu (16/4/2017). Terlepas dari insiden kecil, acara itu dianggap berjalan lancar.
Ketua DPD HTI Sulsel Ustaz Kemal Shodiq mengatakan, kegiatan tersebut berhasil dilaksanakan setelah melewati berbagai rintangan dalam persiapannya dan upaya untuk menggembosi kehadiran peserta yang telah ditarget sebesar 50.000 orang. “Namun atas izin dan pertolongan Allah subhanahu wata’ala, semua bisa dilalui dan keluar dari berbagai kesulitan,” ujarnya dalam rilis kepada FAJARONLINE.COM, Selasa (18/4/2017).
Dia menambahkan, Masirah Panji Rasulullah yang bertema utama “Khilafah Kewajiban Syar’i, Jalan Kebangkitan Umat”, sedianya dilaksanakan mulai pukul 07.30 hingga 10.30 di Lapangan Karebosi. Namun, agenda berubah secara mendadak karena upaya untuk menggagalkannya sangat kuat yang melibatkan banyak pihak.
“Dan yang lebih tajam adalah adanya penangguhan izin penggunaan Lapangan Karebosi H-2 dengan surat berkop Dinas Pemuda dan Olahraga yang diterima pada hari Jumat 14 April 2017. Padahal, sebelumnya sudah mendapat izin atas nama wali kota Makassar yang diteken sekretaris kota Makassar tertanggal 9 April 2017,” urai Ustaz Kemal, sapaannya.
Setelah menghubungi pihak-pihak terkait atas penangguhan tersebut, DPD HTI Sulsel tetap melaksanakan kegiatan tersebut karena semua adalah bagian dari aspirasi umat yang diatur UU yang tidak boleh dihambat. Pada saat pelaksanaannya kegiatan diatur dengan meminta peserta hadir salat subuh berjemaah di Masjid Al-Markaz Al-Islami dan dilanjutkan tablik akbar Masirah Panji Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di tempat yang sama hingga pukul 07.10.
Tablik akbar diisi KH Rochmat S Labib (DPP HTI), Ustaz Agus Suryana (DPP HTI), Arman Kamaruddin, Ph.D, dan ditutup doa oleh KH Dr Syahrir Nuhun, Lc, M.Th.I.
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan longmarch menuju Karebosi. Namun karena terjadi pengadangan oleh ratusan personel kepolisian dari berbagai satuan, maka aksi dilanjutkan dengan orasi-orasi sembari melakukan komunikasi yang baik dan terus menyampaikan orasi dan tausiyah akibat dari menghalangi dakwah di jalan Allah. Setelah negosiasi sekitar dua jam, barikade puluhan mobil Brimob dan barakuda yang menutup pintu Al-Markaz akhirnya bisa diberikan jalan untuk longmarch.
Ribuan peserta Masirah Panji Rasulullah melantunkan shalawat badar yang memenuhi jalan protokol Jalan Masjid Raya dan Jalan Gunung Bawakaraeng berjalan menuju Karebosi dengan mengusung panji-panji Rasulullah, Liwa dan Rayah. Liwa (bendera) berwarna putih bertuliskan kalimat “Laa Ilaha Illallah” dan Rayah (panji) berwarna hitam bertuliskan kalimat “Laa ilaha Illallah”. Kegiatan ini mendapat perhatian masyarakat Kota Makassar.
Sementara itu ribuan peserta yang tidak sampai informasi dengan perubahan tersebut datang ke Karebosi namun karena ada acara yang didesain dengan persiapan hanya dua hari yakni acara seni dan budaya yang menggeser kegiatan Masirah Panji Rasulullah dan dijaga ketat oleh aparat.
“Padahal, tempat belum ada pembatalan hanya penangguhan. Sehingga peserta Masirah memenuhi Kalan Jenderal Sudirman Karebosi yang tumpah sambil melantunkan shalawat badar meski harus bersabar menunggu sekitar tiga jam dari datangnya peserta yang longmarch dari Al-Markaz,” tambahnya.
Bagaikan kaum Anshar menyambut Muhajirin dengan lantunan shalawat mengharu biru dengan lautan manusia puluhan ribu menyatu memenuhi jalan Jenderal Sudirman. “Allahu Akbar semua telah diatur oleh Yang Maha Kuasa dan justru kegiatan memberi kesan yang mendalam dengan situasi seperti itu,” lanjutnya.
Acara dilanjutkan dengan orasi-orasi oleh para orator tentang pentingnya mengenal Panji Rasulullah dan pentingnya khilafah bagi persatuan umat. Acara berjalan lancar dan aman dengan pengawalan oleh aparat keamanan yang turut menjadi peserta Masirah Panji Rasulullah hingga acara selesai dan bubar.
“Adapun insiden yang terjadi ketika pasukan Banser GP Ansor yang berjumlah sekitar tiga puluhan orang datang setelah acara selesai bermaksud menggagalkan acara dan merebut panji dari tangan peserta yang berasal dari ormas tertentu sehingga tarik-menarik terjadi namun akhirnya diamankan oleh pihak kepolisian. Dari laporan peserta yang menyaksikan peristiwa tersebut mengatakan bahwa pihak kepolisian memarahi mereka yang mencoba mengganggu jalan acara yang notabene sudah bubar,” urainya. (fajaronline.com, 18/4/2017)