Islam Memuliakan Perempuan
HTI Press. Sampang. Di momen Hari Kartini, 21 April 2017 Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Sampang menyelenggarakan acara Diskusi Terbatas Tokoh Perempuan di Rumah Makan Menara Fried Chikend (MFC) Jalan Jamaluddin sebelah Kantor Pemkab Sampang pada pukul 15.00 WIB dengan tema “Islam Memuliakan Perempuan”. Dihadiri puluhan peserta dari beberapa kalangan (aktivis mahasiswi, tokoh pendidikan, kesehatan, pengusaha, dan Pemkab Sampang).
Ustadzah Ir. Musyarofah Manshur sebagai pemateri memaparkan bahwa perempuan dalam pandangan masyarakat di alam kapitalisme ini adalah sebagai kaum terbelakang, tertindas (sering menjadi korban KDRT), dinomorduakan, cenderung mengalah, dan dikalahkan. Sehingga solusi untuk meyelesaikan persoalan itu menurut kapitalisme, kaum perempuan haruslah produktif, berkarir, dan berkarya agar mandiri, tidak tergantung pada kaum laki-laki, dan tidak lagi ditindas.
Maka mulailah dilakukan program kesetaraan gender melalui system. Maka disusunlah RUU KKG yang notabenenya disusun berdasarkan sekulerisme. Dengannya (sekulerisme) akan mampu menghilangkan peran syariat islam yang selama ini dianggap telah menindas perempuan. Alhasil, rusaklah tatanan keluarga islami, hancurlah keluarga muslim tak terkecuali anak-anak menjadi korban karena broken home.
Padahal menurutnya, Islam punya cara bagaimana memuliakan perempuan. Islam punya seperangkat aturan yang berlaku bagi perempuan yang jika ia terikat dengannya akan dapat menjaga kehormatannya dan menjamin kesejahteraannya.
Ada banyak peran yang harus diambil oleh muslimah dalam upaya mengembalikan kemuliaan perempuan dan islam. Diantaranya adalah memahami dan menyadari bersama bahwa musuh utama ummat Islam saat ini kaum kafir yang ingin menghancurkan ummat Islam dan mencegah kembalinya sistem Islam, menyatukan pemikiran bahwa solusi atas persoalan perempuan adalah dengan mengembalikan sistem Islam, menyatukan langkah dalam barisan dakwah untuk mengembalikan kemuliaan perempuan dengan mengembalikan sistem Islam yakni sistem khilafah, memahami dan menyadari bersama bahwa sistem Islam/khilafah bukan sesuatu yang buruk sebagaimana digambarkan oleh ISIS (yang notabene adalah boneka kaum kafir untuk memberikan citra buruk terhadap Islam dan khilafah).
Di akhir pemaparannya, beliau memperkenalkan panji dan bendera Rasulullah saw., Ar-royah dan Al-liwa’ dan menyampaikan bahwa khilafah yang berdiri di bawah panji Rasulullah adalah pemersatu umat Islam di seluruh dunia.
Sebelum acara berakhir, di sesi diskusi banyak pertanyaan yang sampaikan peserta terkait persoalan-persoalan perempuan dan bagaimana menjaga kemuliaan perempuan. Dan dari hasil survey kuisioner yang diberikan kepada peserta, lebih dari 50 persen peserta menyatakan bersedia ikut kajian yang ditawarkan panitia. Acara ini ditutup dengan doa oleh Ustadzah Dwi Kusumawati, S.Pd. []