Isra’ Mi’raj sebagai Momentum Persatuan Umat
HTI Press. Surakarta. Isra’ Mi’raj sebagai Momentum Persatuan Umat. Inilah judul agenda yang digelar Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Kota Surakarta, pada Ahad (23/4/2017). Agenda ini merupakan agenda forum silaturahmi muslimah se-Soloraya. Ratusan muslimah dari berbagai kalangan hadir memenuhi Ballroom Hotel Aziza Surakarta. Acara dibuka oleh ibu Thohiroh Diniyah selaku pembawa acara dan dilanjutkan pembacaan tilawah oleh ibu Fattiyaturrohmah.
Dalam sambutannya, Ibu Darma Wahyuni Ketua MHTI DPD II Kota Surakarta menyampaikan bahwa Allah Swt. memerintahkan untuk masuk Islam secara kaffah sehingga membawa rahmat, namun saat ini kerahmatan tidak dapat kita rasakan. Maka dalam momentum Isra Mi`raj ini persatuan umat harus diwujudkan.
Sapaan hangat oleh Ibu Nawang Ratri Anggraini selaku host membuka acara inti. Ibu Nawang mengatakan umat Islam saat ini dipecah belah dengan politik belah bambu. Umat Islam saling dihadapkan untuk bermusuhan. Maka perlu menyatukan seluruh umat Islam.
Ibu Muri Endrawati Handayani, S.Pd narasumber pertama memperkenalkan panji Rasulullaah. Kedua panji Rasulullah mempunyai kedudukan dan fungsi. Al Liwa sebagai benderanya kepala negara sementara ar Rayaah sebagai panji pimpinan pasukan jihad. Penggunaannya tidak berhenti di masa Rasulullaah saja namun berlangsung hingga para shahabat dan bahkan dalam kesultanan di Indonesia.
Bendera ini bukan bendera kelompok tertertu, ormas tertentu, bukan benderanya HTI, bukan benderanya ISIS serta bukan benderanya teroris namun bendera umat Islam.
Sementara itu, Ibu Betti Salimah, S.Farm, narasumber kedua menjelaskan bahwa negeri ini dalam cengkeraman neoliberlisme dan neoimperialisme. Negara tidak lagi menjadi pelindung dan pengayom rakyat, justru menguntungkan negara kapitalis saja.
Narasumber ketiga, Ibu Renny Sulistyowati, ST. menyebut solusi dari semua ini yaitu kembali kepada syariah Islam secara kaffah dalam bingkai daulah Khilafah Islamiyyah.
Khilafah adalah janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah. Khilafah merupakan kewajiban sebagaimana wajibnya sholat, puasa ramadhan, menuntut ilmu dan jihad.
“Mari kita bersama berjuang menerapkan syariah Islam dalam bingkai daulah Khilafah Islamiyyah,” serunya.
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Agenda ditutup dengan pembacaan doa.[]