Gempita ‘Mapara’ Sukses Di 35 Kota


Panji berwarna hitam (ar-rayah) dan bendera putih (al-liwa’) diarak mengelilingi Jazirah Sulawesi Tenggara, menyeberangi lautan dan melintasi sedikitnya 12 kabupaten. Di antaranya Wakatobi, Kolaka, Kolaka Utara, Kolaka Timur, Konawe, Buton, Buton Selatan, Buton Utara, Muna, Bombana dan Konawe Selatan. Panji dan bendera bertuliskan dua kalimat syahadat itu dikibarkan sepanjang jalan dengan konvoi ratusan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat, menuju jantung Kota Kendari, Ahad (2/4/2017).
Pada hari yang sama kegiatan Masirah Panji Rasulullah saw. (Mapara) diselenggarakan pula di lima kota lainnya. Di Aceh, pawai dimulai dari  12 titik kota/kabupaten, kemudian mereka membaur menjadi tiga kelompok massa yang terkonsentrasi di Lhok Nga, Lambaro dan Darussalam. Lalu ketiga kelompok peserta ini berkonvoi dan berparade untuk berkumpul di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.Melalui pengeras suara di mobil komando, di sepanjang jalan protokol Kota Gorontalo, orator mengatakan masyarakat tidak perlu takut dengan bendera hitam dan putih bertuliskan kalimat tauhid. Tentu karena bendera tersebut bukanlah bendera teroris melainkan Panji Rasulullah saw.

Di Medan, dengan gagahnya seratusan pemuda berpakain adat Melayu berwarna kuning mengibarkan al-Liwa dan ar-Rayah. Di sisi berbeda seratusan pemudi dengan anggun mengenakan jilbab hitam dan kerudung kuning mengibarkan simbol serupa. Di belakang mereka puluhan ribu kaum Muslim berjalan kaki menuju Masjid Raya al-Mahsun.

Seakan tidak puas mengibarkan panji dan bendera di sepanjang jalan, di dalam Masjid Baitul Muttaqien Islamic Center Samarinda pun, ribuan umat Islam dari berbagai kota/kabupaten Kalimantan Timur mengusung bendera besar di atas kepala, lalu diestafetkan ke seluruh peserta. Suasana pun menjadi mirip Aksi 212 yang memboyong panji raksasa.

Usai shalat tahajud, kemudian diteruskan dengan shalat subuh berjamaah di Masjid Al-Akbar Surabaya, sekitar 25 ribu kaum Muslim dari berbagai daerah di Jawa Timur kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka mengurungkan rencana pawai di sepanjang jalan protokol Surabaya. Massa yang dikoordinir Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jatim mengalah lantaran tidak mau bentrok dengan sesama Muslim. Pasalnya, kelompok tertentu sesumbar mengerahkan sekitar 1500 anggotanya yang notabene Muslim juga untuk menghadang masirah.

Atas keputusannya tersebut, HTI Jatim banjir dukungan para netizen. “SubhanalLâh, HTI benar-benar mengikuti panutannya Rasulullah saw… Bravo HTI! Semoga Allah SWT memberi kemudahan dan kesabaran. Aamiin.. Allahu Akbar,” tulis pemilik akun facebook Aafa Aafi Suwadji.

Pemilik akun facebook Suyono Ilmi Naim menulis: “Hebaat…! Orang yang berilmu akan mengambil sikap yang terpuji…. Good luck HTI…! Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Di Sorong, dalam sebuah video yang disiarkan oleh laman Dakwah Sorong, Panji Rasulullah saw. terlihat diarak keliling kota kemudian menuju Masjid Agung Nurul Islam Sorong, Sabtu, 8 April.

Pada Ahad, 9 April, Mapara dilaksanakan di 15 kota. Di Kota Padang Sidempuan tidak kurang dari 25 mobil dan puluhan motor melakukan konvoi mengelilingi jalan protokol untuk sosialisasi Panji Rasulullah kepada para pengguna jalan dan warga yang melintas.

Selain motor dan mobil, pawai di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, disemarakkan pula oleh empat odong-odong kereta ‘thomas’ yang dinaiki oleh anak-anak. Mereka mengambil titik start di Bundaran Tudung Saji Jalan Ahmad Yani. Finish di Masjid Sirajul Muhtadin, Pangkalan Bun.

Seperti diberitakan situs Poldasulteng.com, Kapolres Bangkep AKBP Heru Pramukarno, melalui Kabag Ops Kompol Dj Darise menerjunkan sebanyak 25 personil, baik pengamanan terbuka maupun pengamanan tertutup untuk mengawal dan mengamankan jalannya kegiatan Mapara di Kabupaten Banggai Kepulauan guna memberikan rasa aman sehingga dapat berjalan dengan lancar dan kondusif.

Komandan Brigade Laskar Pembela Islam Front Pembela Islam (FPI) Riau M Izam turut dalam melakukan pengawalan Mapara dengan para Laskar Pembela Islamnya. “Hal ini kami lakukan sebagai wujud solidaritas kita sesama ormas Islam agar kegiatan dapat berjalan lancar,” ujar Izam.

Dalam pengawalan ini, Laskar Pembela Islam dibagi di beberapa lokasi titik kumpul, antara lain dari Perumahan Pandau Permai titik kumpul lapangan Kopkar Pandau, titik kumpul Harapan Raya depan Baterai R, titik kumpul Stadion Panam dan titik kumpul Stadion Rumbai.  Korlap saling berkoordinasi serentak jalan menulusuri Kota Pekanbaru menuju titik sentral Masjid Agung An-Nur, Pekanbaru.

Agar pesan Mapara sampai lebih optimal, massa pun membagi-bagikan selebaran terkait panji dan bendera Islam tersebut. Sembari memberi selebaran kepada wartawan, Aktivis HTI Majene Idham mengatakan tujuan pengibaran panji dan bendera tersebut untuk memperkenalkan kepada umat Islam bahwa Nabi Muhammad saw. memiliki dua bendera kebesaran, yakni Al-Liwa dan Ar-Rayah. “Iya, kita umat Islam ini kan perlu tahulah bahwa Nabi saw. pernah punya dua bendera itu,” ucap Idham seperti dikutip Fokusmetrosulbar.com.

Di Purbalingga terjadi intimidasi berupa pemukulan terhadap Ketua HTI Purbalinga Rifa’i Hidayat hingga jatuh dan merampas puluhan panji Rasulullah saw. sehari jelang hari H. Namun, Mapara Jawa Tengah terbilang berhasil. Ribuan kaum Muslim lainnya dari berbagai kota tambah semangat untuk menyukseskan acara yang terpusat di Kota Semarang. Dengan mengusung bendera ukuran raksasa, ribuan massa longmarch ke Rest Area Tol Ungaran.

Bendera Islam

Sesampainya di dalam Masjid Agung At-Taqwa, Kota Bengkulu, dengan antusias ratusan massa yang datang dari berbagia kota/kabupaten Provinsi Bengkulu mengikuti acara tablig akbar yang membahas dalil liwa dan rayah serta kewajiban menegakkan Khilafah.

“Panji (Râyah) Rasulullah saw. berwarna hitam dan Bendera (Liwâ’)-nya berwarna putih; tertulis padanya: Lâ ilâha illalLâh Muhammad RasûlulLâh,” tegas aktivis HTI Nusa Tenggara Timur Mahyuddin di Masjid Nurul Hidayah Kelapa Lima, Kupang.

Di Palopo, sebelum tablig akbar dimulai, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Palopo KH Syarifuddin Daud mengapresiasi kesabaran dan keistiqamahan para aktivis yang tidak terprovokasi dengan  perusakan dan pencopotan berbagai publikasi Mapara di Palopo oleh anggota kelompok tertentu. “Pertama-tama saya ingin mengungkapkan apresiasi sebesar-besarnya kepada Hizbut Tahrir Indonesia yang tidak pernah berhenti memperjuangkan Islam meski di tengah tantangan dakwah yang semakin kompleks,” ungkap Pimpinan Pondok Pesantren Modern Datok Sulaiman Palopo tersebut di Masjid Agung Luwu.

Sambil menunjuk ribuan bendera dan panji yang dikibarkan peserta tablig akbar di Stadion Betoambari, Humas HTI Kota Baubau Musran menerangkan. “Bendera ini bukanlah bendera milik Hizbut Tahrir atau milik kelompok-kelompok tertentu. Bendera ini adalah bendera Islam yang dipergunakan oleh Baginda Rasulullah saw. dalam pemerintahan Islam,” tukasnya.

Di Yogyakarta, tablig akbar digelar di hamparan pasir Pantai Parangtritis. Aktivis HTI DIY Ibnu Alwan yang menjadi imam shalat zuhur memberikan tawsiyah tentang pentingnya kesabaran. “Bersabarlah, sesungguhnya bersama kesulitan ada dua kemudahan,” tegasnya di bawah terik mentari.

Sebelum membubarkan diri, massa pun bersama-sama bermunajat memohon agar Allah SWT menguatkan, meneguhkan dan menurunkan pertolongannya bagi perjuangan penegakan syariah dan Khilafah.

Kewajiban yang Terabaikan

Selain konvoi/pawai dan tablig akbar, Mapara pun dirangkai dengan forum diskusi tentang Khilafah:  Indonesia Khilafah Forum (IKF): Khilafah Kewajiban Syar’i, Jalan Kebangkitan Umat.  “IKF merupakan puncak dari kegiatan Mapara yang diadakan HTI selama bulan Rajab 1438 H,” ujar Ketua Panitia Mapara Kota Bima Muhammad Faisal saat mengantarkan pembukaan IKF di Hotel Marina, Bima.

Adapun aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Papua Giri Pujo Sumadyo menyatakan kaum Muslim pada umumnya memahami bahwa shalat lima waktu, shaum Ramadhan dan mengurusi jenazah hukumnya wajib. “Ada salah satu perkara yang juga wajib, namun tidak sedikit orang yang mengabaikannya. Perkara tersebut adalah Khilafah,” ujarnya di hadapan sekitar 400 peserta di Gedung Auditorium RRI, Jayapura.

Menurut Ketua HTI Nusa Tenggara Barat (NTB) Rozi Iskandar,  dalil kewajiban tersebut dapat ditemukan dalam al-Quran, as-Sunnah dan Ijmak Sahabat. Para ulama mu’tabar pun menyimpulkan bahwa Khilafah itu wajib. Atas izin Allah, cepat ataukah lambat, sekarang ataukah nanti, Khilafah pasti tegak kembali. Siapa saja yang menolong dan membantunya, ia termasuk orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah SWT.  “Jelaslah, Khilafah itu merupakan kewajiban yang harus kita tunaikan, janji Allah yang harus kita yakini dan perjuangkan serta berita gembira dari Rasulullah (bisyârah RasulilLâh) yang harus kita wujudkan,” imbaunya dalam acara IKF di Grand Madani Hotel, Mataram.

Selain itu Khilafah juga merupakan solusi. “Khilafah adalah kewajiban syar’i dan merupakan sistem pemerintahan yang merupakan solusi atas berbagai problem umat Islam,” simpul Ketua DPP HTI Ahmad Junaidi Ath-Thayyibiy kepada 150 tokoh setempat di Hotel Menara Archie, Ternate.

Pada Sabtu, 15 April, kegiatan dilaksanakan di 3 kota. Di Kalimantan Barat, Mapara dipusatkan di Masjid Raya Mujahidin, Pontianak. Di Bandung, IKF berjalan dengan format yang bersahaja di aula salah satu rumah makan. Lebih dari 300 tokoh memadati aula sampai sebagian dari mereka harus rela berdiri karena tempat duduk tak mencukupi. Dalam acara shilah ukhuwah antara Hizbut Tahrir dan tokoh umat itu, Rokhmat S Labib menjelaskan tentang kewajiban menegakkan Khilafah. Para tokoh antusias mengikuti sesi tanya jawab dengan Ketua DPP HTI tersebut, layaknya dialog sebuah keluarga besar.

“Kenapa Liwa dan Rayah serta ide Khilafah kok baru muncul sekarang, dulu waktu saya masih sekolah tidak pernah diajarkan? Kenapa harus Khilafah, bisakah syariah Islam diterapkan tanpa Khilafah?” ungkap seorang penanya pada IKF Tanjungpinang.

Dengan sigap, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI Arim Nasim pun menjawab karena memang fakta tentang itu semua sengaja dikubur oleh kafir penjajah seiring dengan Khilafah yang mereka runtuhkan pada 1924 dan kaum Muslim dipecah-belah ke dalam lebih dari 50 negara-bangsa.  “Tanpa Khilafah, syariah Islam tidak bisa diterapkan secara kâffah karena Khilafah sendiri merupakan bagian dari syariah Islam yang wajib ditegakkan,” tegasnya di Aula Asrama Haji Kota Tanjungpinang.

Esoknya, Ahad, 16 April, kegiatan serupa digelar di 10 kota. Di Kepulauan Riau dikonsentrasikan di SMK Kartini, Batam. Kebencian kafir penjajah terhadap Islam bukan hanya pada penegakkan syariah saja, tetapi juga sudah sampai menjauhkan kaum Muslim dari simbol-simbol Islam terkait penerapan Islam kâffah.

“Kita harus sadar bahwa saat ini sesungguhnya kebencian terhadap Islam bukan hanya pada ajarannya, tetapi juga sudah sampai pada simbol-simbolnya. Menjadi kewajiban kita untuk memperkenalkan Panji Rasulullah saw. ini dengan segala substansinya, serta dengan gagah menghadapi setiap makar yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam yang tak henti berusaha melenyapkan simbol-simbol itu dengan segenap spirit perjuangannya dari hadapan umat,” tegas Ketua HTI Sumatera Barat Ardion Husni di Ball Room Hotel Datuk Nagari Basa, Padang.

Ketua HTI Sumatera Selatan Mahmud Jamhur menjelaskan tujuan acara IKF dengan mengundang para tokoh dari setiap bagian masyarakat.  “IKF mengundang para tokoh untuk berdiskusi dan menanamkan pemahaman mengenai Khilafah yang wajib dan penting bagi umat Islam,” jelasnya.

Ia berharap seusai IKF ini, para tamu atau para tokoh yang datang sepemahaman dan dapat mewujudkan Khilafah secara bersama-sama.  “Setelah sepemahaman bahwa Khilafah itu wajib dan penting, maka mari memperjuangkannya bersama-sama, walau tidak harus masuk dalam HTI,” ujarnya kepada Ukhuwahnews.com di sela-sela kegiatan yang digelar di Hotel Feodora, Palembang.

Di Jambi, IKF dihadiri berbagai kalangan. Mereka yang hadir mulai dari para ulama dan petinggi ormas Islam seperti Muhammadiyah, Aliansi Umat Islam (AUI) dan FPI hingga para akademisi serta dosen.

Kegiatan diskusi seputar Khilafah tersebut tadinya hendak digelar di Hotel Grand Jambi dengan sangat terpaksa panitia memindahkannya sehari sebelum acara ke Hotel Mega Indah untuk menghindari gangguan dari pihak tertentu yang ingin menggagalkan acara.

Acara yang seyogyanya dijalankan mulai pkl. 20.00 sampai 23.00 WIB ternyata mengalami perpanjangan hingga berakhir tepat pada pukul 24.00 WIB. Hangatnya diskusi yang terjalin membuat para peserta dan pembicara terbawa suasana dan melewatkan waktu yang tertera pada susunan acara. Dengan berat hati host tetap harus menghentikan acara karena sesuai dengan jam booking Aula Hotel.

Secara umum seluruh tokoh yang hadir memberikan tanggapan yang baik terhadap acara ini. Mereka bahkan menginginkan forum diskusi seperti ini bisa intens dilakukan guna memahamkan mereka mengenai ide khilafah. Karena sejauh ini opini buruk terkait Khilafah adalah ancaman justru terdengar di telinga mereka.

Didukung Masyarakat

Ketua Panitia Pelaksana kegiatan Mapara Kalimantan Tengah, Abdul Khair, mengaku bersyukur antusiasme peserta pemuda Muslim di Palangka Raya dan beberapa kota lainnya sangat banyak untuk mengikuti Mapara yang dipusatkan di Masjid Raya Darussalam Palangka Raya.

Usai mengikuti IKF Kalimantan Selatan, secara acak wartawan pun mewawancarai peserta. “Dengan HTI saya sangat setuju sekali. Saya berusaha untuk membantu perjuangannya. Karena perjuangannya memang murni untuk menegakkan Islam. Walaupun, sekarang sudah peradaban modern, ya kita sesuaikan dengan sunnah-sunnah Rasulullah. Tetapi intinya tetap masalah Khilafah ini yang kita tegakkan,” ujar mantan Kepala Dinas Budpar Kalimantan Selatan Bihman Mulyansyah kepada Banjar TV sesaat usai mengikuti IKF di Hotel Royal Jelita, Banjarmasin.

Terkait adanya tuduhan makar yang difitnahkan kelompok tertentu terkait Mapara di Makassar, dengan tegas Humas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Dirwan Abdul Jalil membantah. “Hizbut Tahrir melakukan aktivitas dakwah, bukan makar. Oleh karena itu tuduhan makar merupakan tuduhan keji dan tidak berdasar,” tegasnya.

Dirwan menegaskan, sesuai contoh Rasulullah saw., dakwah dilakukan secara intelektual (pemikiran) dan tanpa kekerasan. Dengan demikian, aktivitas seperti mendirikan negara dalam negara, aktivitas bersenjata, berupaya menduduki istana negara dengan maksud memaksa presiden mengundurkan diri atau menduduki gedung MPR/DPR dengan maksud serupa bukanlah metode dan bagian dakwah Hizbut Tahrir. “Oleh karena itu, metode yang dilakukan Hizbut Tahrir dalam mengemban dakwah tidak pernah melakukan makar karena memang tidak dicontohkan Rasulullah saw.,” simpulnya.

Hal tersebut dipahami pula oleh warga Sulawesi Tenggara sehingga antusias mengikuti Mapara di Palu meski dihalang-halangi oleh para pendengki. “Ingat, HTI itu adalah organisasi legal di negeri ini sehingga semua kegiatan yang dilakukan juga legal. Menyuarakan Khilafah tidak bisa langsung dibilang makar. Kalau tidak paham, ayo kita diskusi. Kalau mau bicara makar, sana ke Papua yang sudah terang benderang mau memisahkan diri dari NKRI,” ujar Ketua Forum Ummat Islam (FUI) Sulteng KH Hartono Yasin.

Para peserta pun berterima kasih dengan adanya Mapara. “Ini  luar biasa. Semangatnya sangat luar biasa. Saya juga tersadar bagaimana bendera kita ini (rayah) memang luar biasa. Ini sesuatu yang indah menurut saya. Ketika saya masuk ke dalamnya memahami langsung ini menggetarkan jiwa saya, saya sangat support berterima kasih dengan adanya forum ini dengan tema yang diangkat ini menjadi tolak ukur kita semua untuk bangkit. Karena jelas syariah akan sangat menentramkan,” ujar Anggota Komisi Dakwah MUI Lampung Ustadz Suratno. [Joko Prasetyo, dari kontributor daerah]

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*