Oleh: Ayyubi Sugeng (Peneliti di Garda An Nashr)
Anda ingin memahami siapa ancaman NKRI? Kapitalisme dan para pengusungnya. Kapitalisme merupakan ideologi yang lahir dari pengabaian manusia terhadap agama dan kerakusan manusia akan materi. Efek penerapan kapitalisme adalah meledaknya kasus narkoba, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, terorisme, dan segudang kriminalitas lainnya. Menyebarluaskan ideologi kapitalisme menjadi tujuan politik luar negeri negara-negara Barat dengan satu metode yang baku, yaitu penjajahan. Ideologi inilah yang mendorong Barat untuk melakukan penjajahan di seluruh dunia, merampok kekayaan alam negara-negara lain untuk kepentingan mereka. Tidak peduli apakah harus membunuh puluhan jutaan orang. Sejarah mencatat bagaimana kolonialisme Barat telah membunuh puluhan jutaan orang.
Negara-negara Barat telah mendukung rezim-rezim represif pembantai umat Islam. Apa yang terjadi di Suriah juga tidak lepas dari kebijakan negara-negara Barat yang mendukung rezim Bashar Assad, secara langsung ataupun diam-diam, meskipun mereka tahu rezim ini sangatlah buas. Mereka tidak peduli, rezim ini membantai rakyatnya sendiri yang telah menyebabkan ratusan ribu korban jiwa, jutaan hidup dalam pengungsian. Semua ini mereka lakukan karena khawatir berdirinya negara Khilafah ala minhajin nubuwah di Suriah yang akan mengancam kepentingan penjajahan Barat.
Jika kita terpengaruh suatu dogma bahwa kebangkitan ideologi Islam adalah ancaman NKRI, itu keliru. Imperialisme Amerika di Indonesia ancaman sejati, sosok negara Amerika yang haus perang. Moris Berman, dalam buku Dark Ages America: The Final Phase of Empire (2006), menggambarkan Amerika sebagai sebuah kultur dan emosional yang rusak oleh peperangan, menderita karena kematian spiritual dan dengan intensif mengeskpor nilai-nilai palsunya ke seluruh dunia dengan menggunakan senjata.
Dalam catatan Jamil Salmi, dalam bukunya, Violence and Democatic Society, Amerika telah melakukan intervensi ke negara lain antara 1798-1895 M sebanyak 103 kali, antara tahun 1896-1945 sebanyak 57 kali, dan dalam rentang tahun 1945-2001 sebanyak 218 kali. Amerika juga menjadi Otak Kudeta Berdarah di: Iran (1953), Guatemala (1954), Kuba (1961 dan 1971), Brazil (1964), Indonesia (1965), Yunani (1967), Chili (1973), Angola (1974-1975), Jamaika (1975), Grenada (1983), Nikaragua (sejak 1984).
Dan Amerika ingin mempertahankan sekulerisme dan konsep demokrasinya di Indonesia, maunya Indonesia jadi rusak-rusakan sehingga penjajahannya makin kokoh. dalam sistem sekuler demokrasi, aturan akhirnya menjadi semacam solusi kompromi atas persoalan yang ada dengan tetap menjamin kebebasan dasar yang dimiliki setiap orang (kebebasan berkeyakinan, berpendapat, berperilaku dan kepemilikan). Maka lahirlah peraturan yang menjamin dan memperbolehkan semua ekspresi kebebasan dengan batasan asal tidak melanggar kebebasan orang lain dan asal tidak mengganggu kepentingan umum. Dalam sistem sekuler demokrasi seperti ini, setiap orang boleh mengekspresikan hasrat seksualnya dengan siapa pun dengan cara apa pun selama suka sama suka dan tidak merugikan pihak lain. Dan itulah yang dilegalkan dalam sistem hukum yang ada. Selama tidak ada yang merasa dirugikan maka selingkuh dan skandal seks, tidak bisa diproses hukum. Juga terlihat dengan jelas demokrasi adalah sistem akal-akalan yang menjadi ladang subur kejahatan para pemegang modal dan penjahat yang mengitari kekuasaan. Demokrasi menghasilkan penguasa “penjahat”.
Kita semua bermimpi tentang kesejahteraan hakiki, bukan kesejahteraan semu. Kita semua mimpi tentang sistem politik bersih dan politisi yang bersih serta peduli pada kepentingan rakyat hanya akan bisa diwujudkan dengan sistem politik Islam. Dalam Sistem Politik Islam, semua masalah di atas yang menjadi ciri bawaan sistem politik demokrasi kapitalisme akan bisa disingkirkan dan dipupus.
Sistem dan perilaku politik dan pribadi politisi sangat dipengaruhi oleh paradigma politik yang dianut. Paradigma politik kapitalis adalah fokus pada masalah kekuasaan, meraih dan mempertahankan kekuasaan. Sedangkan dalam Islam, politik (as-siyasah) itu adalah bagian dari syariah, akidah Islam harus menjadi landasannya. Paradigma politik Islam adalah pemeliharaan urusan umat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai hukum-hukum Islam. Dengan paradigma politik Islam ini, yang menjadi fokus perhatian para politisi dan penguasa adalah pemeliharaan urusan dan kemaslahatan umat. Dari situ lahirlah perilaku politisi yang senantiasa memperhatikan urusan dan kepentingan umat. Kualitas seorang politisi dalam Islam diukur dari sejauh mana tingkat kepedulian dan pemeliharaannya atas urusan dan kepentingan umat. Walhasil, Kapan lagi kita perjuangkan dan wujudkan sistem Islam kalau tidak sekarang?[]