Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, pada hari Senin menyerukan negara-negara Teluk untuk mempertahankan persatuannya dan bekerja untuk menyelesaikan perbedaan di antara mereka, setelah tiga negara Teluk, dan Mesir telah memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Menteri Luar Negeri AS mengatakan bahwa ia tidak berharap perkembangan yang terjadi di kawasan Teluk ini memicu perang melawan organisasi negara Islam (ISIS). Tillerson menambahkan bahwa “semua pihak (yaitu Arab Saudi, Qatar, Bahrain dan UEA) terlibat dalam perang melawan terorisme dan organisasi ISIS, bahkan ia telah menyatakan hal itu sejak beberapa hari lalu di Riyadh.”
*** *** ***
Hancurnya hubungan antara Qatar dan negara-negara Teluk didahuli oleh kunjungan musuh Allah, Trump ke negeri dua tempat suci, beberapa hari sebelum Ramadhan, serta disambutannya dengan begitu hangat dan kemurahan hati, di mana hal seperti ini belum pernah terjadi pada anteknya yang taat Salman, sebelumnya. Trump memimpin KTT ketundukan dan kehinaan di Riyadh, serta menyampaikan rekomendasi dan perintah kepada para penguasa Teluk dan para penguasa kaum Muslim lainnya.
Selesai kunjungan konspirasi Trump ke wilayah, sehingga terjadi eskalasi pertengkaran media dan pertengkaran politik antara Qatar, antek Inggris yang telah mendarah daging dan beberapa negara-negara Teluk, dan hal itu berkembang hingga deklarasi Arab Saudi, Bahrain, UAE dan Mesir yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, serta meminta para diplomat Qatar untuk meninggalkan negaranya, juga menutup wilayah udara, darat dan laut dengan Doha. Mereka tidak membiarkan warga negara Qatar memasuki wilayahnya atau transit, bahkan Bahrain dan UEA memberi waktu empat belas hari pada warga Qatar untuk meninggalkan negaranya, serta melarang warga negaranya melakukan perjalanan ke Qatar, tinggal atau transit. Mereka berpendapat bahwa semua itu merupakan tindakan tegas, terutama dari hal-hal yang akan membahayakan warga negara, artinya itu semua dilakukan untuk melindungi keamanan nasional dari bahaya-bahaya “terorisme dan ekstremisme”. Dalam hal ini, seolah-olah Qatar tidak terlibat bersama dengan mereka dalam koalisi salibis dalam perang melawan Islam.
Padahal semua orang tahu bahwa perlindungan dan pelestarian keamanan negara merupakan sarana lain untuk para penguasa munafik ini, minimal adalah untuk menjaga kelangsungan kekuasaannya dan melayani tuannya dalam konflik mereka untuk berebut pengaruh di wilayah ini. Bahkan mereka para antek tidak bergerak kecuali atas perintah tuan mereka, Inggris dan Amerika, masing-masing sesuai dengan loyalitas dan ketergantungannya. Mereka adalah alat konflik Amerika-Inggris, dimana Trump tampaknya berusaha untuk memperdalam pengaruhnya di wilayah tersebut.
Lihatlah, pemimpin kekufuran yang benci terhadap Islam dan kaum Muslim, menjajah negeri kita di Irak dan Afghanistan, membunuh anak-anak kaum Muslim di mana-mana, menginstruksikan mereka untuk persatuan, dan memperingatkan mereka tentang perlunya untuk tidak terpengaruh dengan perbedaan mereka, yang akan merusak kesepakatan di Riyadh dalam rangka melawan Islam dan kaum Muslim dengan nama (terorisme) dan (ekstremisme), serta menghalangi kembalinya sistem Islam dalam kehidupan, dan berdirinya negara Islam, Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah.
Hendaklah kaum Muslim tahu bahwa negara mereka tidak akan pernah mengenal persatuan, sebab negara mereka telah dirobek-robek menjadi negeri-negeri kartun yang kecil, dan diperintah oleh para antek bodoh pengkhianat, yang hanya mendatangkan kehinaan dan kerendahan, menyia-nyiakan agama, kehormatan dan negara, bahkan mereka tidak ragu-ragu dan malu untuk menerapkan rencana-rencana penjajah. Sementara Dewan Kerjasama Teluk adalah entitas rapuh yang didirikan oleh kaum kafir penjajah untuk melindungi perbatasan penjajah, dan memperkokoh perpecahan, pembagian antara mereka, memuluskan agenda mereka, menyesatkan mereka dan mencegah mereka dari persatuan yang sesungguhnya. Persatuan mereka yang sesungguhnya tidak akan sejalan dengan dikte-dikte Amerika, namun atas dasar Islam saja, dengan persatuan mereka bersama seluruh kaum Muslim di bawah naungan negara Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah, berkumpul di sekitar bendera Rasulullah saw dan berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, bukan dengan tali-tali (rencana-rencana) Amerika dan Inggris.
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 8/6/2017.