Buka Shaum Tokoh Muslimah Nasional: Jalin Silaturahmi dan Saling Menguatkan dalam Perjuangan Islam
HTI Press. Jakarta. Semakin kuatnya serangan politik pecah belah terhadap umat Islam adalah reaksi terhadap makin menguatnya persatuan umat. Rentetan Aksi Bela Islam sangat mengkhawatirkan bagi mereka yang mempunyai kepentingan penjajahan politik, ekonomi dan lainnya di negeri ini. Demikan ungkap Ibu Hj. Irena Handono Ketua Yayasan Irena Center saat memberikan pengantar dalam acara Buka Shaum Bersama Tokoh Muslimah Nasional di Ayam Goreng Suharti, Jl. Dewi Sartika, Jakarta Timur, pada Ahad (11/6/2017).
“Islam betul-betul harus ditundukkan. Harus dipecah belah. Kalau nggak Khilafah muncul kembali tahun 2020 dan ini sangat ditakuti Barat,” tegasnya di hadapan puluhan tokoh muslimah nasional dari berbagai latar belakang organisasi yang hadir.
Beliau melihat situasi buruk yang menimpa umat Islam berupa politik pecah belah adalah realisasi dari Rand Corpoation untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan AS dan dunia Barat di negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia. Ide Khilafah yang sedang dikriminalisasi saat ini adalah satu hal yang akan segera terwujud sebagaimana yang diprediksi NIC (National Inteligent Council).
Lanjutnya, wujud dari politik pecah belah tersebut dengan melakukan kriminalisasi ulama dan rencana pembubaran organisasi masyarakat (Ormas) Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurutnya umat Islam serta para tokoh tidak boleh diam dengan usaha-usaha kriminalisasi tersebut.
“Kalau kita diam aja ya terjadi. Kalau satu Ormas dibubarkan dan kita diam maka akan berjatuhan juga Ormas-ormas yang lain. Jadi jangan dipikir bahwa ini akan berhenti disini,” terangnya.
Menyambung hal tersebut para tokoh angkat bicara. Di antaranya, Ibu Hj. Nurni Akma Pimpinan Pusat Aisyiah melihat bahwa Indonesia akan menjadi negeri kebangkitan Islam. Aksi Bela Islam 212 dan lanjutannya mampu mengurai masalah-masalah khilafiah yang selama ini menjadi persoalan. Namun, beliau menyebut masih ada agenda besar yang harus dihadapi oleh umat Islam.
“Undang-undang yang sangat jauh tidak berpihak kepada umat Islam, tokoh-tokoh umat sengaja dikriminalisasi agar krisis kepemimpinan, masalah ekonomi, dan minimnya pemahaman umat Islam terhadap agamanya sendiri sehingga harus ada upaya mencerdaskan umat, dan menciptaan kadar-kader ulama dan kader politik,” urainya.
Sementara itu, Ibu Ratu Erma Rahmayanti Mas’ulah Ammah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) menilai bahwa musibah besar yang menimpa umat Islam tersebut disebabkan karena sejak awal berdirinya negeri ini telah melakukan ‘talak’ terhadap agama Islam. Akibatnya, pihak-pihak yang mengkritisi kebijakan-kebijakan zalim penguasa, dikriminalisasi. Menurut beliau hal ini dapat diatasi jika umat memahami persoalan utama dari musibah besar tersebut.
“Ini bisa dihadapi dengan kekuatan umat yang harus dijaga spiritnya pasca 212 untuk melawan skenario Barat. Umat pun harus dipahamkan akan problematika utama yaitu tidak ditegakkannya hukum-hukum Allah Swt. serta umat harus menuntut penerapannya secara kaffah,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ibu dr.Farryal Basbeth, Sp.F., DFM Dosen Universitas Yarsi meyebut bahwa Khilafah adalah lonceng kematian bagi Barat sementara bagi Muslim adalah kebangkitan dan kebebasan. “Kita harus bersatu agar Khilafah itu bangkit kembali,” serunya.
Dikesempatan akhir, Ibu Iffah Ainur Rochmah Juru Bicara Muslimah HTI mempertanyakan wacana pembubaran HTI. “Apa yang salah dengan HTI?” tanyanya retoris.
Menurutnya HTI hadir melakukan pembinaan dan menyampaikan pemikiran-pemikiran Islam di tengah-tengah umat serta mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang zalim. Aktivitas tersebut sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah saw.
Beliau menilai sasaran rezim bukan karena dakwah yang dilakukan dianggap bertentangan dengan Islam, tapi justru sikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang zalim dan bertentagan dengan Islam yang harus dibungkam.
“Ini tidak boleh dibiarkan. Mari kita satukan suara. Perjuagan umat tidak boleh turun level. Islam kaffah itu harus diterapkan. Khilafah itulah yang hendak menyatukan umat Islam, memberikan kejayaan Islam dan mewujudkan kembalinya Izzul Islam wal Muslimin,” tegasnya.
Acara yang digelar dalam rangka untuk menjalin silaturahmi dan saling menguatkan dalam perjuangan Islam ini disambut dengan kesepakatan para tokoh untuk menolak dibubarkannya HTI dan berkomitmen melakukan perlawanan kepada pemerintah yang ingin membubarkan Ormas Islam dan melakukan kriminalisasi terhadap ulama.
Disepakati pula akan ada forum lanjutan untuk melakukan konsolidasi gerakan perempuan dan Ormas-ormas Islam yang mewadahi perempuan supaya terus dengan langkah dan respon yang sama dalam menyikapi kebijakan-kebijakan terkait umat Islam.[] Novita M Noer