Kejayaan Islam di Masa Khilafah

kota baghdad jaman abassiyah”Utang Barat terhadap Islam adalah hal yang tak ternilai harganya dan tidak akan pernah dapat terbayarkan sampai kapan pun.” 

Belum ada peradaban yang bertahan lebih dari 13 abad lamanya kecuali Khilafah Islamiyah. Sejak Rasulullah SAW membangun negara Islam pertama di Madinah dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah, Islam diterapkan di tengah masyarakat yang majemuk secara nyata. Hasilnya, berbagai kemajuan luar biasa lahir dari sana.

Tak hanya sebuah teori, kejayaan Islam itu nyata. Bahkan kemajuan Islam itu mewarnai peradaban lain. Sebuah buku berjudul “What Islam Did For Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” (London: Watkins Publishing, 2006), karya Tim Wallace-Murphy, memaparkan data tentang bagaimana transfer ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat pada zaman yang dikenal di Barat sebagai Zaman Pertengahan (the Middle Ages).

Ia menyebut, Barat telah berutang kepada Islam. ”Utang Barat terhadap Islam adalah hal yang tak ternilai harganya dan tidak akan pernah dapat terbayarkan sampai kapan pun,” kata Tim Wallace-Murphy.

Mereka memperlihatkan bagaimana “rahmatan lil alamin” memang pernah terwujudkan ketika umat Islam mengikuti dan menerapkan perintah Alquran untuk belajar dan bekerja keras. Umat Islam menjadi umat yang disegani dan dicontoh oleh peradaban lain.

Pendidikan

Pendidikan menjadi perhatian para khalifah. Ini tidak lain karena hal itu telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Perhatian Nabi terhadap dunia pendidikan ini sangat besar. Tak heran jika kemudian para khalifah membangun berbagai lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Tujuannya tidak lain adalah meningkatkan pemahaman umat terhadap agama, sains dan teknologi. Semua gratis.

Selama masa Kekhalifahan Islam itu, tercatat beberapa lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang dari dulu hingga sekarang. Kendati beberapa di antaranya hanya tinggal nama, nama-nama lembaga pendidikan Islam itu pernah mengalami puncak kejayaan dan menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam. Beberapa lembaga pendidikan itu, antara lain, Nizhamiyah (1067 -1401 M) di Baghdad, Al-Azhar (975 M-sekarang) di Mesir, al-Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez, Maroko dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika.

Masing-masing lembaga ini memiliki sistem dan kurikulum pendidikan yang sangat maju ketika itu. Beberapa lembaga itu berhasil melahirkan tokoh-tokoh pemikir dan ilmuwan Muslim yang sangat disegani. Misalnya, al-Ghazali, Ibnu Ruysd, Ibnu Sina, Ibn Khaldun, Al-Farabi, al-Khawarizmi dan al-Firdausi.

Tidak hanya menerima murid kalangan warga negara sendiri, lembaga pendidikan Islam ini pun menerima para siswa dari Barat. Bahkan pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Sylvester II, turut menjadi saksi keunggulan Universitas Al-Qarawiyyin. Pasalnya, sebelum menjadi Paus, ia sempat menimba ilmu di salah satu universitas terkemuka di dunia saat itu.

Teknologi

Pada abad ke-8 dan 9 M, kaum Muslim telah menemukan teknologi pertanian dan irigasi. Mereka mampu memproduksi gandum yang tiada taranya.

Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada.

Di bidang kesehatan, khilafah mengenalkan konsep rumah sakit. Konsep ini belum pernah ada sebelumnya. Saat itu di Eropa, orang sakit diobati secara mistik. RS pertama dibangun atas permintaan Khalifah Al-Walid (705 M – 715 M). Pembangunan RS secara masif dilakukan pada era Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M). Setelah berdirinya RS Baghdad, di metropolis intelektual itu mulai bermunculan RS lainnya di seantero jazirah Arab.

Di berbagai rumah sakit semua pasien dari agama apa pun dan suku manapun dan kelas ekonomi apapun mendapatkan pelayanan prima tanpa dipungut biaya. Tak ada pasien yang ditolak untuk dirawat dan berobat. Bangsal pasien laki-laki dipisah dari pasien perempuan.

Di bidang militer, para sarjana Islam menemukan dan mengembangkan bubuk mesiu serta senjata peledak mulai awal abad ke-12. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II, Kerajaan Usmani sudah mulai mengembangkan senjata meriam, paling mutakhir saat itu. Khilafah juga membangun galangan kapal untuk memproduksi kapal-kapal besar nan canggih sehingga mampu mengusai laut saat itu.

Kesejahteraan

Hal lain yang menjadi tolok ukur sebuah peradaban adalah bagaimana suatu negara mampu menyejahterakan rakyatnya. Kejayaan ekonomi Khilafah telah muncul di awal-awal peradaban Islam.

Di era pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab selama 10 tahun, di berbagai wilayah (provinsi) yang menerapkan Islam dengan baik, kaum Muslimin menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Buktinya, tidak ditemukan seorang miskin pun oleh Muadz bin Jabal di wilayah Yaman. Muadz adalah staf Rasulullah SAW yang diutus untuk memungut zakat di Yaman. Muadz pada masa Umar pernah mengirimkan hasil zakat yang dipungutnya di Yaman kepada Umar di Madinah, karena Muadz tidak menjumpai orang yang berhak menerima zakat di Yaman. Namun, Umar mengembalikannya. Demikian berulang pada tahun berikutnya. Umar pun memberikan gaji yang besar kepada pegawai negara.

Hal yang sama terjadi di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Semua rakyat pada waktu itu berkecukupan. Kemakmuran itu tak hanya ada di Afrika, tapi juga merata di seluruh penjuru wilayah Khilafah Islam, seperti Irak dan Basrah. Sampai-sampai tak ada lagi orang miskin yang berhak menerima zakat. []

Burung pun Diperhatikan

Khalifah Umar bin Abdul Aziz berhasil menyejahterakan rakyatnya, sampai-sampai tak ada lagi rakyatnya yang miskin. Pada suatu ketika, Umar Bin Abdul Aziz kedatangan tamu dari utusan provinsi Byzantium (Turki sekarang). Mereka ingin berkonsultasi tentang penggunaan kelebihan gandum di perbendaharaan negara.

Umar pun memerintahkan mereka untuk menyalurkan gandum-gandum tersebut kepada seluruh fakir miskin, dan jika masih bersisa maka gandum-gandum itu disalurkan dalam bentuk bantuan ke negeri-negeri sebelah, termasuk negeri non-Muslim yang berdekatan.

Perintah itu pun dilaksanakan. Ternyata gandum masih tersisa sangat banyak. Tahun berikutnya, utusan itu pun datang lagi ke Damaskus untuk membahas hal yang sama. Jawab Umar pun sama. Mereka pun melaksanakan perintah Khalifah.

Berikutnya, Khalifah memerintahkan bahwa jika gandum itu masih bersisa: “Tebarkanlah gandum di puncak-puncak bukit, agar tidak ada orang yang berkata: ada burung yang kelaparan di negeri kaum Muslimin…” Subhanallah. []joy/mj/dari berbagai sumber

Sumber : Tabloid MU edisi 198

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*