Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
11 Juli 1995, atau 22 tahun kita mengingat tragedi mengerikan yang menimpa umat Islam di kawasan Bosnia, Semenanjung Balkan. Pada musim semi tahun 1992, pasukan Serbia Bosnia melancarkan serangan dalam upaya mewujudkan visi Milosevic tentang “Serbia Raya”, setelah Bosnia memilih untuk merdeka dari Yugoslavia yang hancur. Embargo senjata yang diberlakukan sebelumnya pada semua bekas Yugoslavia (yaitu: Serbia, Kroasia dan Bosnia) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena kekerasan di wilayah Kroasia, memberikan keuntungan militer kepada orang-orang Serbia karena mereka tidak dilucuti oleh PBB .
Di antara kejahatan adalah pemboman penduduk sipil Sarajevo dan desa-desa lain yang terkepung; Pembantaian, evakuasi paksa warga sipil untuk memodifikasi struktur etnis daerah tertentu; Pemangsaan liar penduduk sipil di kamp konsentrasi; penyiksaan; Eksekusi singkat dengan tujuan tunggal untuk menghilangkan jejak pengaruh non-Serbia di wilayah yang ditaklukkan; Dan kelaparan warga sipil yang menolak tunduk. Tahap akhir petualangan brutal diktator ini untuk menghilangkan jejak umat Islam di wilayah Balkan. Sekitar 100.000-300.000 Muslim dibunuh dan 1.000.000 Muslim menjadi pengungsi.
Kampanye teror Milosevic terhadap kaum Muslim, Rezim mengadopsi istilah “pembersihan etnis” dan bukan “genosida”, untuk menyembunyikan tragedi pembantaian mengerikan yang sedang dilakukan di Bosnia. Sepanjang tahun 1993, PBB, Amerika Serikat dan Masyarakat Eropa tidak mengambil tindakan militer, sementara orang-orang Serbia di Bosnia dengan bebas membantai kaum Muslim. Pemimpin Serbia Bosnia yang didakwa sebagai penjahat perang, Radovan Karadzic, secara lantang menyatakan bahwa konflik yang menewaskan ratusan ribu orang di Bosnia, yang mayoritas korbannya muslim itu adalah perang suci.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan badan yang terkenal telah gagal di dunia Muslim. Sejarah lembaga itu penuh dengan kelambanan dan ucapan penghinaan atas nilai-nilai kehidupan Muslim. PBB adalah entitas yang sama yang memberikan kepada umat Islam “wilayah aman” di Srebrenica Bosnia di mana ribuan umat Islam kemudian dibantai dan diperkosa pada bulan Juli 1995 setelah pasukan PBB meninggalkan mereka. Dunia Muslim tidak membutuhkan PBB, yang dibutuhkan adalah persatuan dunia Muslim, dengan bersatunya tentara, di bawah naungan sistem yang berdasarkan al Qur’an dan As Sunah yang mampu menghilangkan rasa sakit dan penghinaan.
Bosnia menjadi bagian dari Khilafah Utsmani sampai tahun 1878, ketika diduduki oleh Kekaisaran Austro-Hungaria. Setelah Perang Dunia I, bersatu dengan wilayah Slavia lainnya lalu membentuk Yugoslavia. Tahun 1980, setelah kematian Presiden Yugoslavia Tito, negara tersebut dengan cepat terjun ke dalam kekacauan politik dan ekonomi. Slobodan Milosevic, mantan Komunis menggunakan nasionalisme dan kebencian religius sebagai alat politik untuk mengumpulkan dukungan dan menjadi Presiden pada tahun 1989.
Umat Islam harus mampu mengambil hikmah dari contoh orang-orang seperti Khalifah al-Mu’taṣim bi’llāh ketika mendengar laporan tentang seorang wanita Muslim diserang oleh orang Romawi di kota Romawi Ammuria. Khalifah mengatakan, “Sebuah laporan telah sampai kepada saya bahwa satu saudara perempuan Muslim diserang di kota Romawi. Wallahi, saya akan mengirim tentara yang begitu besar sehingga ketika sampai pada mereka masih meninggalkan pangkalan kami. Dan katakanlah kepadaku kota terkuat di Roma ini dan aku akan mengirim tentara ke kota itu. ”
Kita membutuhkan kepemimpinan yang tulus dan sadar dengan tekad untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan pada umat ini, perisai seperti yang dijelaskan dalam banyak hadits untuk melindungi kehidupan dan kehormatan umat ini. Sungguh umat Islam harus mampu mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut, serta terus melakukan upaya sungguh-sungguh dan efektif, untuk menolong saudara-saudara kita di berbagai negeri yang dilanda krisis kemanusiaan dan dominasi asing. kezaliman dan pembantaian ini harus diselesaikan dengan solusi mendasar.
Satu-satunya solusi mendasar tersebut adalah menghilangkan kezaliman dan penindasan terhadap saudara-saudara kita di berbagai negeri. dengan menegakkan sistem yang sesuai metode kenabian, untuk menerapkan syariat Allah, lalu mereka dapat menyelesaikan urusan-urusannya, mendapat ridho dari Allah Swt, mengalahkan musuh-musuhnya, melindungi darah dan kehormatannya serta menyebarkan keadilan ke segala penjuru dunia. Janganlah berputus asa, karena kita, seluruh umat Islam adalah bersaudara. Dengan izin dan pertolongan-Nya pula kemuliaan umat ini akan datang dalam waktu dekat.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur: 55)[]