بسم الله الرحمن الرحيم
Revolusi Tidak Berarti Perubahan dalam Bentuk dan Mengganti Orang Zalim dengan Orang Zalim Lainnya
Tetapi Revolusi Berarti Perubahan Realita Yang Rusak Baik Bentuk Maupun Isinya
Bangsa, umat dan masyarakat selalu menganggap bahwa revolusi yang nyata terhadap rezim yang ada tidak lain berarti perubahan mendasar dan menyeluruh dalam semua aspek kehidupan, dalam sistem pemerintahan, ekonomi dan masyarakat, dalam tata nilai, ide, hukum dan etika, dalam metode menangani dan berurusan dengan fakta, negara dan peristiwa … dan menyapu semuanya itu dan mendatangkan yang baru untuk semua itu. Allah SWT berfirman:
﴿إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِم﴾.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (TQS ar-Ra’du [13]: 11).
Tidak lagi ada orang yang berbeda pendapat terhadap penggambaran realitas rezim yang orang-orang bangkit melakukan revolusi melawannya, dari sisi rezim itu merupakan rezim sekuler yang menjadi pengikut Barat kafir, yang tegak berdasarkan asas rancu berupa ide-ide nasionalisme dan patriotisme, di bawah slogan palsu perlawanan dan oposisi, memaksakan hukum buatan manusianya terhadap masyarakat dengan tangan besi dan membentuk salah satu pilar kontrol masyarakat internasional yang tidak adil terhadap belahan bumi yang diberkati ini dari negeri kaum Muslim.
Berdasarkan hal di atas, revolusi yang hakiki terhadap rezim ini tidak hanya revolusi terhadap simbol, pilar dan organ-organ represinya baik institusi militer maupun keamanan, tetapi merupakan sebuah revolusi yang komprehensif tentang terhadap sekumpulan nilai-nilai, moral, ide-ide dan hukum, dan masyarakat internasional dengki yang darinya rezim ini muncul, dan legitimasi Kapitalisme Internasional batil yang dijadikan sandaran.
Dan itulah yang benar-benar terjadi ketika revolusi mendeklarasikan penolakannya untuk lepas dari masjid, menyeru dengan suara paling tingginya: “Revolusi adalah untuk Allah Revolusi adalah untuk Allah”; meminta pertolongan kepada Rabb mereka seraya mengatakan: “Ya Allah, tidak ada untuk kami selain Engkau, ya Allah”; menentukan sumber nilai-nilai, ide-ide, hukum dan moral, dengan mengatakan: “Pemimpin kami selamanya adalah Nabi Muhammad saw”. Revolusi telah mencapai kematangannya ketika panji-panji Islam tersebar di mana-mana, dan orang-orang berjalan berulang-ulang meneriakkan: “umat menginginkan Khalifah Islamiyah”.
Hizbut Tahrir sejak dari awal menyerukan kebenaran dengan lantang, menapaki jalan lurus di samping jalan-jalan yang bengkok, menunjukkan jalan yang harus ditempuh dan tujuan yang harus diyakini, jika memang mereka ingin revolusi mereka mencapai daratan yang aman, seraya Hizbut Tahrir memperingatkan tentang bahaya di jalan dan makar serta konspirasi yang akan dihadapi dalam mengarungi lautan, berasal dari negara-negara musuh yang terus mengintai Islam dan kaum Muslim.
Tapi tujuh tahun telah membuktikan bahwa para pemimpin faksi revolusi, dan sisa-sisa politisi yang merepresentasikan mereka di forum internasional, mereka tidak layak untuk posisi tinggi yang mereka kuasai di tengah kelalaian warganya… Meskipun mereka memimpin para Mujahidin dalam memerangi rezim di berbagai front, dan mewakili revolusi secara politik di depan rezim di meja perundingan, namun mereka mengusung pemikiran dan nilai-nilai rezim, dan mereka merampas kekuasaan dari masyarakat sebagaimana rezim, mereka berkomitmen dalam hubungan mereka dengan negara-negara musuh revolusi sebagaimana komitmen rezim. Hal itu menyebabkan revolusi terjatuh dalam siklus labirin dan penyia-nyiaan. Tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka kecuali hanya kembali ke asal yang revolusi itu keluar untuk mencapainya, yaitu menghilangkan kezaliman dari kaum yang terzalimi dengan menjatuhkan rezim dan membangun pemerintahan Islam.
Di sini semua orang revolusioner yang menginginkan kebenaran dan berkorban baginya wajib untuk tetap teguh di atas kebenaran yang ditempuhnya. Kesadaran yang diperoleh merupakan kebaikan yang besar. Orang-orang muda apalagi yang tua telah jadi memahami hakikat Barat, dan para pengikutnya di antara para penguasa … Demikian juga memahami hakikat konflik dan pertempuran yang ada bahwa itu merupakan pertempuran antara kebenaran dan kebatilan. Maka mereka mampu menyelamatkan revolusi dari tangan orang-orang yang menyalahgunakan, dan mengembalikan arahnya ke orientasi yang selamat ke arah penggulingan rezim dengan semua simbol, pilar, hukum-hukum, nilai-nilai, moral, sistem internasional dan legitimasi internasionalnya. Dan mengganti semua itu dengan nilai-nilai Islam, hukum-hukum Islam dan sistem politik yang diridhai Allah untuk kaum Mukmin, sistem Khilafah, yang proyeknya disodorkan oleh Hizbut Tahrir, dan berpandangan bahwa tidak ada keselamatan untuk revolusi Suriah dan warganya kecuali mengadopsi proyek agung ini.
﴿…وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾
“…pada hari (kemenangan) itu, orang-orang yang beriman bergembira karena pertolongan Allah, Dia menolong siapa yang Dia kehendaki dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Penyayang” (TQS ar-Rum [30]: 4-5).
9 Ramadhan 1439 H
25 Mei 2018 M
Hizbut Tahrir Wilayah Suriah
http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/leaflets/syria/52521.html