بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Perjanjian Rekonsiliasi Antara Eritrea dan Ethiopia di Asmara
Soal:
Perjanjian rekonsiliasi antara Eritrea dan Ethiopia telah ditandatangani di Asmara pada Juli 2018. Juru bicara resmi kementerian luar negeri Ethiopia, Meles menegaskan bahwa perjanjian Asmara yang ditandatangani belakangan dengan Eritrea terjadi dengan keinginan kedua negara tanpa mediasi dari pihak ketiga. Sejauh mana kebenaran ucapan ini? Apakah perjanjian itu kosong dari pengaruh internasional dan regional? Lalu, perjanjian Asmara menunjuk kepada perjanjian Aljazair pada 18/6/2000 dan seolah-olah menjadi pelengkapnya, lalu kenapa harus menunggu hampir 18 tahun untuk menegaskan perjanjian ini? Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.
Jawab:
Pernyataan juru bicara resmi kementerian luar negeri Ethiopia, Meles bahwa perjanjian Asmara terjadi dengan keinginan sendiri dari kedua negara itu adalah dari sisi penipuan dan penyesatan! Monitoring terhadap berlangsungnya apa yang terjadi dan tindakannya, dari situ menjadi jelas bahwa Amerika adalah pihak yang ada di belakang apa yang telah dan sedang terjadi untuk merealisasi kepentingan-kepentingannya dan memfokuskan pengaruhnya di hadapan pergerakan Eropa dan China di Afrika. Penjelasan hal itu sebagai berikut:
Pertama: proses perjanjian Asmara. Perjanjian itu ditandatangani pada 9/7/2018 lalu Ethiopia dan Eritrea mengumumkan penghentian kondisi perang diantara keduanya. Hal itu pada sore hari pertemuan yang disebut historis antara Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan Presiden Eritrea Isaias Afwerki di Asmara… Menteri Informasi Eritrea, Yamani Jabr Miskil mengumumkan melalui Twitter, “pernyataan perdamaian dan pertemanan bersama ditandatangani di antara kedua pihak. Dan situasi perang yang terjadi di antara kedua negara telah berakhir. Era baru perdamaian dan pertemanan telah bermula. Kedua negara akan bekerja bersama untuk mendorong kerjasama erat dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan keamanan”…. (AFP, 9/7/2018). Supaya jelas apa yang ada di belakang perjanjian tersebut kami sebutkan peristiwa-peristiwa yang menyolok sebelum dan sesudahnya:
1- Apa yang terjadi sebelum penandatanganan perjanjian:
a- Asisten Menteri Luar Negeri Amerika untuk urusan Afrika Donald Yamamoto tiba di Addis Ababa pada Kamis 26/4/2018. (… dalam sebuah kunjungan resmi selama 3 hari. Dia bertemu dengan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed Ali dan Menteri Luar Negeri. Kunjungan itu adalah bagian dari tur yang dimulai oleh Yamamoto pada tanggal 22 bulan ini mencakup Eritrea dan Jibouti dan ditutup dengan Ethiopia … (https://www.aa.com.tr/ar, 27/4/2018).
b- Abiy Ahmed melakukan kunjungan luar negeri pertamanya ke Saudi pada 17/5/2018 atas undangan resmi raja Salman bin Abdul Aziz.
c- Di antara yang pertama mengunjungi Abiy Ahmed adalah Putera Mahkota Saudi, Muhammad Ibnu Salman pada 7/6/2018. Kantor berita Ethiopia melansir dengan mengutip dari Kantor Perdana Menteri bahwa Abiy Ahmed “memuji perkembangan hubungan dengan Saudi. Dia mengatakan bahwa berkat Muhammad bin Salman perkembangan hubungan bilateral antara kedua negara menjadi makin kuat dan lebih dekat dari sebelumnya. Dan bahwa Putera Mahkota Saudi berjanji membantu upaya yang dikerahkan oleh Addis Ababa dalam mempercepat pertumbuhan dan mendorong para investor Saudi untuk berinvestasi di Athiopia…”.
d- Kementerian Luar Negeri Amerika dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 21/6/2018 menyatakan, “Amerika Serikat merasa optimis dengan kemajuan yang dicapai pada situasi mutakhir Ethiopia dan Eritrea di jalan penyelesaian konflik di antara keduanya yang telah terjadi sejak waktu yang panjang. Isaias Afwerki dan Abiy Ahmed menampakkan kepemimpinan berani dengan mengambil langkah ke arah perdamaian ini. Amerika Serikat mengharapkan normalisasi hubungan dan pencapaian ambisi bersama kita untuk kedua negara agar hidup dengan damai dan pertumbuhan” (Reuters, 21/6/2018).
e- Dalam sebuah wawancara dengan Addis Standard, Duta Besar AS untuk Ethiopia, Michael Raynor mengatakan: “baik, telah kami katakan kepada kedua pihak, dan secara terbuka, dan terus kami katakan, bahwa kami siap untuk memainkan peran, dengan kembali ke hari kesepakatan Aljazair, dahulu Amerika Serikat menjadi penjamin resmi. Kami memiliki peran struktural yang dibentuk dalam point yang disepakati. Kami mendorong hasil ini pada waktu tertentu terhadap kedua pemerintahan. Oleh karena itu kami katakan, “jika secara kolaboratif Anda merasa adanya peran Amerika Serikat secara konstruktif maka kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk mendukung hal itu … Saya yakin bahwa kami memainkan peran konstruktif, seperti yang saya katakan. Kami telah membina hubungan dengan kedua negara sejak beberapa bulan untuk mendorong hasil ini” … (http://addisstandard.com, 2/7/2018).
Semua itu menjelaskan bahwa ditandatanganinya perjanjian tersebut adalah dengan pendahuluan dari Amerika dan kelompoknya, para penguasa Saudi. Hal itu jelas dari monitoring peristiwa menjelang penandatanganan perjanjian itu.
2- Apa yang terjadi setelah perjanjian:
a- Amerika Serikat mengumumkan dukungannya kepada perjanjian damai antara Ethiopia dan Eritrea setelah konflik bertahun-tahun. Hal itu ada dalam pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo pada Selasa. Pompeo mengatakan, “Amerika Serikat menyambut baik komitmen perdamaian dan keamanan yang ditandatangani, Senin kemarin, antara Ethiopia dan Eritrea, yang mengakhiri secara riil 20 tahun konflik”. Pompeo menekankan bahwa “normalisasi hubungan dan pengadopsian pernyataan bersama untuk perdamaian dan pertemanan antara Ethiopia dan Eritrea akan memberikan kepada kedua bangsa itu kesempatan untuk fokus kepada harapan-harapan bersama demi memperkuat ikatan-ikatan politik, ekonomi dan sosial… (ar.haberler.com, 10/7/2018).
b- Isaias Afwerki berkunjung ke Saudi pada 23/7/2018 setelah perjanjian Asmara pada 9/7/2018. Afwerki dan Raja Salman membahas “peristiwa terbaru di kawasan regional…”. Menlu Arab Saudi, Adel al-Jubair dengan sejawatnya Menteri Luar Negeri Eritrea, dalam pertemuan keduanya juga membahas “hubungan bilateral antara kedua negara dan topik-topik yang menjadi perhatian bersama” … (Middle East, 24/7/2018).
c- Setelah lebih dari sebulan dari pengumuman Asmara “dengan disponsori oleh Raja Salman, Presiden Eritrea Isaias Afwerki dan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali pada Ahad, 16/9/2018 menandatangani perjanjian Jeddah untuk perdamaian di antara kedua negara dan penandatanganan itu dihadiri oleh Putera Mahkota Saudi… (Sky News Arabic, 16/9/2018).
Jadi, dari rangkaian peristiwa di atas, jelas bahwa Amerika dan antek-anteknya lah yang menggerakkan peristiwa menjelang perjanjian Asmara dengan menyiapkan atmosfer untuknya dan juga dengan dukungan yang jelas untuk itu setelah ditandatangani.
Kedua, fakta pemerintahan di Ethiopia dan Eritrea:
1- Tentang Ethiopia:
Abyssinia dahulu diduduki oleh Italia pada tahun 1935. Kaesarnya Haile Selassie Mariam melarikan diri melalui Kenya ke Mesir yang keduanya (Kenya dan Mesir) kala itu ada di bawah penjajahan Inggris. Kemudian dia pergi ke Inggris dan berdiam di sana sampai Inggris mengembalikannya pada tahun 1941 setelah Italia diusir dari Abyssinia oleh sekutu dalam Perang Dunia II. Inggris kembali menobatkan Haile Selassie sebagai Kaesar. Dengan begitu Abyssinia menjadi berada di bawah pengaruh Inggris… Pada waktu itu Inggris juga menduduki Eritrea yang bertetangga dengan Abyssinia yang sebelumnya juga berada di bawah pendudukan Italia sejak abad ke-19. Pada tahun 1950 Eritrea digabungkan ke Ethiopia di bawah pemerintahan Haile Selassie. Pengaruh Inggris terus berlanjut di Ethiopia termasuk, di dalamnya Eritrea, hingga tahun 1974 ketika terjadi kudeta militer terhadap Kaisar oleh para perwira kiri. Di antara para perwira itu tampil menonjol Mengistu Haile Mariam yang bisa mendominasi pemerintahan dari tahun 1977 setelah terjadi konflik di antara para perwira itu. Dia terus berada di pemerintahan hingga 1991. Mayoritas gerakan kudeta pada masa itu mengambil slogan revolusi, pembebasan, sosialisme dan lainnya… Begitulah, slogan-slogan kudeta Mariam, padahal Amerika lah yang ada di belakangnya untuk memukul pengaruh imperialis Inggris… Di antara aktifitas luar negerinya yang dilakukan demi kepetingan Amerika adalah mendukung gerakan pemberontakan di Sudan Selatan dipimpin oleh John Garang yang terkait dengan Amerika. Dukungan Ethiopia terhadap gerakan ini terus berlanjut sampai selatan Sudan dipisahkan dari Sudan melalui kolusi al-Bashier di Sudan…
b- Akan tetapi Mengistu Haile Mariam dikenal berlumuran darah. Amerika khawatir, masyarakat akan memberontak dan Inggris bisa kembali lagi. Maka Amerika menjatuhkannya dan mendatangkan Meles Zenawi yang berafiliasi ke Frot Pembebasan Rakyat Tigray (Tigray People’s Liberation Front) dari suku Tigray Nashrani yang meliputi 5% dari jumlah penduduk Ethiopia. Front ini bersekutu dengan front lainnya termasuk Front Pembebasan Oromo (the Oromo Liberation Front). Di antara aktifitas terpenting Zenawi demi kepentingan Amerika adalah intervensinya di Somalia pada tahun 2006. Amerika menginstruksikannya untuk memerangi gerakan-gerakan Islami dan menjatuhkan pemerintahan al-Mahakim al-Islamiyah (the Islamic Courts) di Somalia. Pasukan Ethiopia masih terus ada di Somalia untuk menjamin kestabilan pengaruh Amerika.
c- Setelah kematian Zenawi pada tahun 2012, dia digantikan oleh Hailemariam Desalegn dari suku yang sama. Namun kekacauan terjadi dan ditetapkan kondisi darurat pada tahun berikutnya, di mana meletus insiden pada Oktober 2015 pasca keputusan pemerintah memperluas ibu kota Addis Ababa dan karenanya menggusur tanah-tanah pertanian yang ada di sekitarnya dan tanah-tanah itu masuk dalam kepemilikan suku Oromo yang mewakili 40% dari penduduk Ethiopia dan berikutnya suku Amharic 20%. Setelah tahun 2016, Pemerintah bersegera mengumumkan kondisi darurat. Terjadi penangkapan lebih dari 29 ribu dan lebih dari 500 orang terbunuh selama bulan-bulan protes. Maka kekhawatiran Amerika kembali terjadi. Amerika lalu memerintahkan Hailemariam Desalegn untuk mengundurkan diri sebab dia tidak mampu menenangkan situasi. Dan kondisi itu mengganggu kestabilan di seluruh Tanduk Afrika…
d- Begitulah, Hailemariam Desalegn mengundurkan diri pada 15/2/2018. Amerika mendatangkan pemerintahan untuk Ethiopia dari suku terbesar pemberontak dan mayoritasnya adalah muslim yaitu suku Oromo. Amerika mendatangkan Abiy Ahmed yang berafiliasi ke suku ini -tetapi ibunya adalah seorang Nashrani dari suku Amharic, demikian juga isterinya- untuk meraih dukungan dua suku terbesar di Ethiopia. Sebelumnya dia meniti karier di institusi tentara lalu di institusi intelijen, lalu ke jabatan-jabatan politik… Dia menjabat Perdana Menteri pada 2/4/2018. Abiy Ahmed mengalami upaya percobaan pembunuhan terhadap dirinya pada 23/6/2018. (Ketika seseorang menyerangnya dengan senapan dalam perkumpulan massa di ibu kota Addis Ababa pasca dia memberikan pidato di depan puluhan ribu orang. Pasca ledakan, dia mengatakan, “itu upaya gagal dari kekuatan yang tidak ingin melihat Ethiopia bersatu”. Kedutaan besar Amerika di Addis Ababa mengecam serangan itu dan mengatakan, “kekerasan tidak memiliki tempat di Ethiopia”… (Al-Hurra, 23/6/2018). Tidak menutup kemungkinan, hal itu ada kaitannya dengan perubahan di internal militer dan keamanan yang dilakukannya dengan mencopot panglima angkatan bersenjata dan kepala intelijen umum di Ethiopia pada 8/6/2018, di mana kedua institusi ini dituduh membunuh ratusan pemrotes dan menangkap puluhan ribu dari pemrotes dalam protes-protes yang terjadi sejak 2015.
Begitulah, Amerika mengendalikan sendi-sendi pemerintahan di Ethiopia, khususnya setelah Abiy Ahmed memegang pemerintahan di mana dia melakukan rencana-rencana dan arahan-arahan Amerika untuk menghilangkan ketegangan di antara antek Amerika di kawasan agar mereka menjadi kekuatan yang memiliki bobot dalam menghadapi penetrasi politis Eropa dan perluasan ekonomi China.
2- Terkait Pemerintahan di Eritrea:
Seperti yang telah kami katakan, setelah kudeta oleh perwira terhadap Haile Selassie dan penghentian pengaruh Inggris di Ethiopia termasuk di dalamnya Eritrea, Mengistu Mariam memegang kontrol pemerintahan. Dia bertindak represif dan berdarah. Maka Amerika khawatir, masyarakat melakukan revolusi dan Inggris memanfaatkan situasi dan bisa kembali lagi, dan Inggris memiliki pengalaman panjang dalam perkara ini. Maka Amerika melengserkan Mengistu Mariam dan mendatangkan Zenawi pada 1991… Pada waktu yang sama, muncul pergerakan-pergerakan dan protes di Eritrea untuk menuntut kemerdekaan. Amerika berpandangan untuk memenuhi tuntutan mereka guna menenangkan situasi. Maka kemerdekaan Eritrea dimumkan pada 1993 dan Afwerki dinobatkan sebagai presiden. Tetapi dalam pengumuman kemerdekaan itu belum ditentukan batas-batas baru negara. Afwerki pun khawatir, Ethiopia akan kembali menggabungkan Eritrea. Lalu Afwerki pada 12/5/1998 melakukan aksi militer untuk menentukan batas-batas itu. Dalam hal ini dia menyalahi pandangan Amerika yang telah menobatkannya sebagai penguasa. Dia terus berlanjut dalam hal itu, menolak rencana Amerika untuk negosiasi yang disodorkan oleh Suzan Rice pada 30/5/1998. Dan dia hampir berhasil menentukan batas-batas seadainya Amerika tidak memandang dalam hal itu adanya pembangkangan terhadap Amerika. Maka Amerika memilih untuk memberi pelajaran kepada Afwerki, bahkan sengaja untuk menghinakannya. Amerika pun menyuruh Zenawi melancarkan perag brutal pada 4/2/1999 terhadap Eritrea dan terus menaik eskalasinya makin berdarah pada 12/5/2000 sampai semua batas-batas yang telah dirumuskan pun dihapus dan pasukan Ethiopia masuk jauh ke Eritrea dalam bentuk yang menghinakan Afwerki. Maka Afwerki menyetujui perjanjian Alzajair pada 18/6/2000 dan semua syarat yang dituntut. Meski demikian, masalah batas-batas tetap belum terselesaikan!
Kami telah mengeluarkan Komentar Politik pada waktu itu tertanggal 20/3/1421 H atau 22 Februari 2000 M. Di situ dinyatakan: (Pada Ahad 18/6/2000 kementerian luar negeri Eritrea dan Ethiopia menandatangani gencatan senjata di antara kedua negara. Hal itu terjadi di Alzajair dengan dihadiri oleh penguasa Alzajair sebagai ketua periode sekarang untuk Organisasi Uni Afrika (Africa Union). Dan juga dihadiri oleh utusan dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan PBB. Perjanjian itu menyatakan lima belas poit, dua yang terpenting adalah: penentuan batas-batas bersama di antara kedua negara dirumuskan melalui para ahli interasional dari PBB. Ini disamping penundaan pemulangan pasukan Ethiopia yang membangun kemah di Badmey dan wilayah perbatasan lainnya sampai dua minggu setelah kedatangan pasukan internasional, dan Eritrea harus mengosongkan wilayah sejauh 25 kilometer dari perbatasan dengan Ethiopia sebagai buffer zone di bawah kontrol pasukan internasional sampai batas-batas berhasil dirumuskan dan konflik diselesaikan… Clinton mengomentari penandatanganan itu: “ini kemajuan besar dari tentu saja mengakhiri konflik tragis di Tanduk Afrika”. Dia juga mengatakan, “Ethiopia dan Eritrea merupakan teman Amerika. Jika mereka siap untuk mengambil langkah-langkah berikutnya maka kami dan partner kami dari komunitas internasional akan berjalan bersama mereka”. Anthony Lake, utusan kepresidenan, mengomentari, “ini adalah waktu yang penting dan mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama dua tahun”. Meski perjanjian itu menyatakan perumusan batas-batas namun masalah itu terus menggantung! Ethiopia tidak pernah peduli dengan perumusan batas-batas ini. Bahkan Ethiopia menganggap Eritrea sebagai bagian dari wilayah dan salah satu provinsinya. Para Kaesar Abyssinia dan setelah mereka Mengistu Mariam berusaha menggabungkannya dengan jalan dan cara apapun. Hal itu mengingat kebutuhan mendesak mereka kepada pelabuhan di Eritrea… Karena itu, Afwerki berusaha merumuskan perbatasan secara militer. Dia hampir-hampir berhasil seandainya tidak ada serangan Ethiopia pada 12/5/2000 dengan dorongan Amerika sebagai pelajaran kepada Afwerki seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya. Maka Afwerki terpaksa menerima semua yang diminta Ethiopia dan terpaksa mengumumkan secara gamblang menerima perjanjian yang dikeluarkan dengan kover Organisasi Uni Afrika dan ditandatangani di Alzajair pada Ahad 18/6/2000 M.
Juga kami sebutkan di dalam Komentar Politik itu, “Ethiopia dan Eritrea merupakan dua negara yang dalam politiknya mengikuti Amerika. Penguasanya antek Amerika. Amerika lah yang memungkinkan Meles Zenawi pemimpin Front Pembebasan Rakyat Tigray (the Tigray People’s Liberation Front) menerima tampuk kekuasaan di Addis Ababa ketika Amerika ingin mengganti anteknya Mengistu Mariam pada tahun 1991 M. Dan Amerika lah yang memungkinkan Isaias Afwerki memimpin Front Pembebasan Rakyat Eritrea (the Eritrean People’s Liberation Front – EPLF) untuk meraih kemerdekaan dari Ethiopia pada tahun 1993 M. Jadi perselisihan di antara Ethiopia dan Eritrea merupakan perselisihan antar antek atau (teman) sebagaimana sebutan yang suka digunakan oleh Clinton dan ahli-ahli politik di Gedung Putih atau Barat. Amerika telah berusaha menyelesaikan perselisihan keduanya melalui negosiasi. Untuk merealisasi hal itu, Amerika mengerahkan upaya ahlinya yang paling menonjol Anthony Lake yang dalam hal itu memakan waktu lebih dari satu tahun tanpa bisa menyelesaikan perselisihan. Sebab Afwerki tidak rela dengan usulan-usulan Amerika dan berpandangan bahwa Amerika berpihak demi kemenangan Ethiopia… Ketika Afwerki membandel dengan potret seperti itu, Amerika memilih untuk memberinya pelajaran bahkan memilih menggunakan kekuatan militer untuk menghinakannya, satu kebiasaan Amerika dalam memeprlakukan antek-antekya jika mereka berpikir untuk membangkangnya. Amerika lah yang mendorong Zenawi untuk melancarkan perang paling akhir terhadap Eritrea. Duta Amerika di PBB Holbrooke lah yang memberikan lampu hijau untuk dilancarkannya perang itu… Pada Rabu 10/5/1998 sebelum meninggalkan Asmara dan setelah pertemuannya dengan presiden Eritrea, Holbrooke mengatakan, “kita dekat sekali dari berlanjutnya perang dan meletusnya putaran baru perang yang jika terjadi akan menjadi perang terbesar di benua Afrika”. Ini adalah pernyataan panas yang dilontarkan Holbrooke sebelum dia meninggalkan Asmara dan memperingatkan bahaya besar bagi siapa saja yang mendengarnya. Holbrooke ini menjadi pembawa berita kesedihan bagi negara-negara yang dikunjunginya di dunia. Dan dia menyusuri jejak buruk pendahulunya Kisinger dalam menyalakan perang dan mendatangkan bencana dan memandang murah tertumpahnya darah bangsa-bangsa dalam rangka menjaga kepentingan-kepentingan Amerika” (Kamis, 20 Rabiul Awwal 1421 H-22 Juni 2000 M), selesai. Jelas dari apa yang disebutkan sebelumnya bahwa Eritrea mencadangkan usulan-usulan Amerika, tidak berarti Eritrea tidak tunduk kepada Amerika. Tetapi maknanya Eritrea ingin meyakinkan Amerika agar membantunya merumuskan batas-batas di antara Eritrea dengan Ethiopia secara final sehingga Eritrea tidak terus berada dalam kondisi “semi merdeka”. Sebab tidak ditentukannya batas-batas dengan Eritrea oleh Ethiopia menyisakan keraguan pada diri orang-orang Eritrea tentang niyat Ethiopia.
Begitulah, menjadi jelas bahwa Afwerki dan Abiy Ahmed, keduanya adalah antek Amerika. Tidak mudah bagi keduanya menandatangani perjanjian Asmara dengan point-point yang disebutkan di dalamnya tanpa sepengetahuan dan perencanaan serta perintah dari Amerika kepada keduanya untuk menjalankannya.
Ketiga, adapun kenapa Amerika menunggu 18 tahun antara Perjanjian Alzajair tahun 2000 dan Perjanjian Asmara 2018, maka itu kembali kepada kepentingan Amerika sendiri:
Setelah perjanjian Alzajair yang disponsori oleh Amerika, maka simpul paling keras adalah perumusan batas-batas. Ethiopia ingin menunda-nunda dalam hal itu. Sebaliknya Eritrea mendesaknya. Meski demikian, Amerika tidak memandang penting untuk melakukan tekanan guna menyelesaikan persoalan. Kepentingan Amerika tetap terjaga baik persoalan itu terselesaikan ataupun tidak. Keduanya adalah antek Amerika. Pertikaian di antara keduanya tidak akan berpengaruh pada kepentingan Amerika seperti pandangan Amerika kala itu. Tetapi perkara-perkara baru muncul di tahun-tahun terakhir membuat Amerika meninjau kembali politik Afrikanya, khususnya di Tanduk Afrika:
1- Banyak pergantian pemerintahan di Ethiopia. Dan ini tentu saja melemahkan pemerintahan dan berikutnya menjauhkan stabilitasnya yang membuatnya mudah dipenetrasi… Begitulah ambisi negara-negara imperialis khususnya Inggris dari sisi pengaruh politik, dan China dari aspek pengaruh ekonomi. Maka semua itu menuntut Amerika untuk kembali memandang penting masalah itu dan akhirnya dipuncaki dengan rekonsiliasi antara Ethiopia dan Eritrea dan banyak dimensi rekonsiliasi itu yang menguntungkan Amerika.
2- “Berbagai laporan menyatakan bahwa Ethiopia memiliki cadangan besar minyak di sejumlah wilayah dan mulai dilakukan aktifitas dalam mengeksplorasinya di sejumlah besar wilayah… (Ethiopia.net, 1/4/2013). “Diprediksi produksi sumur-sumur minyak di kawasan tersebut bisa mencapai 40 miliar galon minyak, dan akan masuk pasar tahun 2018… (Mogadishu Center, 25/12/2016). Begitulah, minyak menjadi faktor baru yang menggerakkan politik Amerika untuk meningkatkan perhatian terhadap Tanduk Afrika khususnya bahwa korporasi-korporasi China memiliki peran memimpin dan mendahului secara ekonomis dalam produksi dan eksplorasi minyak Ethiopia. Bukan rahasia bagi Amerika adanya fenomena kuat dan terus meningkat invasi ekonomi China ke benua Afrika, khususnya di Ethiopia. China berinvestasi secara masif, mengingat besarnya pasar Ethiopia. “China bekerja memperkuat investasinya di Afrika, khususnya di Ethiopia yang selama tahun-tahun terakhir berubah menjadi kawasan industri China. Otoritas Ethiopia dari pihaknya bekerja memfasilitasi investasi asing dan menegaskan bahwa Ethiopia yang mendapat manfaat dari awal hingga akhir dari eksistensi China di wilayahnya” (France 24, 5/6/2018). Oleh karena itu, Amerika membuat kemajuan signifikan ke arah Ethiopia untuk mempersempit pengaruh ekonomi China.
3- Upaya ekstensif dari pengaruh Inggris untuk melakukan penetrasi ke Tanduk Afrika. Ada perkembangan cepat untuk hubungan antara Emirat dan Ethiopia. Sebelumnya hubungan keduanya terabaikan sampai pada tingkat Emirat telah mendirikan kedutaan besarnya di Addis Ababa baru tahun 2010! Kerjasama keduanya setelah itu mengalami akselerasi. Terjadi penandatanganan perjanjian yang mencakup sejumlah bidang. Misalnya, perjanjian kerjasama teknis untuk bantuan-bantuan cukai; pembukaan kantor perwakilan kamar dagang dan industri Dubai di Addis Ababa pada tahun 2013; pesawat sipil tahun 2014; pendidikan tinggi, pemuda dan olahraga tahun 2015; dan dibentuk Komite Bersama Ethiopia Emirat yang menyelenggarakan pertemuannya pada tingkat kementerian luar negeri… Selama kunjungan resmi yag dilakukan mantan Perdana Menteri Ethiopia, Hailemariam Desalegn pada tahun 2016 ke Uni Emirat Arab terlihat lompatan kualitatif hubungan-hubungan bilateral antara kedua negara dalam semua bidang. Hal itu hasil dari rangkaian pembahasan yang dilakukan oleh Desalegn dengan para pemimpin politik di Uni Emirat Arab.
Dalam kerangka kunjungan resmi yang dilakukannya ke Abu Dhabi, ketika itu menteri Kantor Urusan Komunikasi Getachew Reda mengatakan, “kunjungan Desalegn membahas sejumlah isu bersama yang penting bagi kerjasama kedua negara demi kepentingan bersama khususnya bidang ekonomi, investasi, isu-isu regional dan internasional… Menteri Negara untuk Kerjasama Internasional Uni Emirat Arab, Reem Al-Hashemi dalam program yang diorgansir oleh kedutaan besar Emirat di Addis Ababa mengatakan bahwa Ethiopia adalah bagian dari mitra strategis Uni Emirat Arab di Afrika dan bahwa kedua negara diikat oleh faktor-faktor bersama”… (Al-‘Ain Al-Akhbariya, 7/3/2018).
Inggris melalui pintu Emirat melakukan upaya mengikat Ethiopia dengan porosnya dan politiknya dengan harapan memasukkan pengaruh di Ethiopia dan Eritrea. Untuk itu dilakukan berbagai kunjungan secara menyolok. “Sheikh Muhammad bin Zayed Al Nahyan telah menggelar pertemuan pembicaraan resmi dengan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed di Addis Ababa pada 15 Juni lalu. Pembicaraan itu mencakup penguatan hubungan pertemanan, kerjasama dan kemitraan strategis di antara kedua negara. Pada Selasa 3 Juli lalu Putera Mahkota Abu Dhabi menerima presiden Eritrea Isaias Afwerki, mengungkapkan harapannya agar kunjungan ini berkontribusi dalam mendukung hubungan kerjasama di antara Uni Emirat Arab dan Eritrea dalam periode ke depan yang mendatangkan kebaikan untuk kedua negara dan kedua rakyatnya yang berteman” (http://www.alkhaleej.ae, 22/7/2018).
Peristiwa-peristwa baru dan perkembangan ini membuat Amerika memberikan perhatian besar terhadap Afrika khususnya Tanduk Afrika dan beraktifitas di sana. Oleh karena itu Amerika pada September 2017 menunjuk Donald Yukio Yamamoto sebagai asisten menteri luar negeri untuk urusan Afrika, jabatan yang paling banyak berpengaruh dalam aktifitas pembentukan politik Amerika terhadap benua Afrika. Pemilihan Yamamoto untuk jabatan ini bukan hal kosong. Dia termasuk diplomat Amerika yang paling banyak pengalaman tentang file Afrika khususnya di kawasan Tanduk Afrika, sebab sebelumnya dia mewakili negaranya secara diplomasi di negara-negara Tanduk Afrika… Dia memiliki kontribusi aktif dalam persiapan untuk Perjanjian Asmara antara Ethiopia dan Eritrea untuk menghilangkan ketegangan di antara kedua negara dan membuat baik hubungan keduanya. Begitulah, Perjajian Asmara ditandatangani sebagai penegasan dan penyempurnaan bagi Perjanjian Alzajair untuk menyelesaikan masalah antara Ethiopia dan Eritrea, bahkan antara antek-antek Amerika di kawasan. Diperkirakan hal itu juga akan meredakan ketegangan antara Ethiopia dan Mesir tentang bendungan. Abiy Ahmed mengunjungi Mesir dan bertemu dengan al-Sisi pada 10/7/2018, yakni satu hari pasca penandatanganan Perjanjian Asmara. Abiy Ahmed bersama al-Sisi menandatagani pengadopsian pandangan bersama di antara kedua negara yang dibangun di atas penghormatan hak masing-masing dalam merealisasi pertumbuhan tanpa merugikan kepentingan pihak lain… Dan tentu saja semua ini terjadi dengan persetujuan Amerika. Demikian juga dengan Sudan. Amerika pada bulan April lalu mengirim delegasi teknis dan diplomasi sebagai inisiatif dan mediasi untuk mendekatkan pandangan di antara tiga negara untuk memperbaiki antek-antek Amerika di hadapan penetrasi China secara ekonomi dan penetrasi Inggris secara politik.
Keempat, dan sebagai penutup, sungguh menyakitkan, negara-negara kafir imperialis terutama Amerika mengendalikan negara-negara di kawasan tersebut… Sebagian orang tidak mengetahui bahwa kaum Muslim di Ethiopia dan Eritrea hampir separo jumlah peduduk, bahkan ada yang mengestimasi jumlah kaum Muslim di sana lebih dari itu, artinya melebihi 50 juta jiwa… Boleh jadi sebagian orang tidak tahu bahwa kapal kaum Muslim pertama yang berhijrah dari Mekah ke Habsyah berlabuh di pelabuhan kota Musawwa yang terkenal di Eritrea … Meski demikian, kedua negara merupakan obyek perhatian Amerika, China dan Eropa. Hampir-hampir tidak tampak perhatian kaum Muslim terhadap kedua negara itu… Di atas semua itu, perkara ini bukanlah hal aneh dan mengherankan. Selama kaum Muslim tanpa negara yang memelihara urusan mereka maka keadaan mereka akan terus seperti anak yatim di sarang penyamun… Perkara mereka tidak akan baik dan lurus kecuali dengan al-Khilafah yang menghimpun mereka di atas Kitabullah SWT dan sunnah Rasul-Nya saw.
﴿وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾
“Dan di hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang” (TQS ar-Rum [30]: 4-5).
6 Shafar al-Khayr 1440 H
15 Oktober 2018 M
http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/55559.html