Perundingan Antara Amerika dan Taliban

بسم الله الرحمن الرحيم

Jawab Soal

Perundingan Antara Amerika dan Taliban

 

Soal:

Sumber-sumber gerakan Taliban Afganistan membicarakan kemajuan penting dalam negosiasinya yang telah berlangsung enam hari dengan delegasi Amerika Zalmai Khalilzad di Doha. Dan bahwa Amerika akan menarik pasukannya dalam waktu 18 bulan setelah selesainya negosiasi. Kesepakatan Doha itu masih berupa draft yang dibicarakan oleh berbagai pernyataan dari sana sini, tidak mengikat hingga sekarang, dan putaran lain negosiasi itu akan digelar pada 25 Februari 2019 seperti yang disebutkan oleh Reuters pada 27/1/2019…. Meski demikian, hanya saja pertanyaan sentralnya tetap: apakah gerakan Taliban setelah tahun-tahun panjang jihad akan terjerumus ke dalam jebakan Amerika? Dan bagaimana hal itu terjadi? Serta sampai di mana perkara itu akan berjalan? Semoga Allah memberi Anda balasan yang lebih baik.

Jawab:

Di awal, saya ingatkan Anda dengan Jawab Soal terdahulu dengan judul “Strategi Amerika di Afganistan” tertanggal 16/8/2017. Di situ kami jelaskan bahwa Amerika bersama para sekutu NATOnya tidak mampu merealisasi kemenangan secara militer di Afganistan. Dan bahwa banyak dari wilayah-wilayah Afganistan telah benar-benar berada di bawah kontrol Taliban. Kami jelaskan lemahnya pemerintahan Afganistan yang menjadi agen untuk mengarungi peperangan Amerika dan sulit mengontrol ibu kota dan beberapa wilayah lainnya. Kami juga sebutkan di Jawab Soal itu bahwa Amerika – Trump meninjau ulang politiknya di Afganistan. “Peninjauan ini mengarah ke pendinginan luar biasa medan Afganistan. Eksistensi Amerika dibatasi di pangkalan-pangkalan militer dan digunakan ketika ada bahaya, dan menampakkan misinya seolah-olah memerangi ISIS…”.  Kami tambahkan, “dan untuk mempermudah memikat Taliban untuk menerima maka Amerika akan kembali menggerakkan peran Pakistan dengan menampakkan komando militer baru di Pakistan lebih lunak dan empati dengan Taliban untuk mendorong Taliban duduk dan bernegosiasi dengan pemerintahan agen di Kabul dan menyertakan Taliban di dalam sistem politik model Amerika di Afganistan… Setelah Amerika memahami opsinya di Afganistan sempit, dan opsi India telah bangkrut, Amerika merujuk kepada negosiasi dengan gerakan Taliban dengan harapan dapat melebur Taliban di dalam pemerintahan model Amerika di Afganistan. Dan Amerika menggunakan agen-agennya di pemerintahan Pakistan untuk menarik para pemimpin gerakan Taliban ke negosiasi… Meski demikian, semua upaya itu gagal. Amerika tidak berhasil baik secara militer maupun politik dalam topik Afganistan”, selesai kutipan ringkas dari Jawab Soal tersebut. Tetapi Amerika tidak putus asa untuk merealisasi perkara ini bersandar kepada agen-agennya di kawasan, khususnya bahwa penderitaan Amerika di Afganistan secara militer dan finansial akhirnya telah mengguncang peraduannya… Dan dengan memaparkan krisis Amerika di Afganistan menjadi jelas hal-hal berikut:

Pertama: Amerika menderita utang besar yang mengancam perekonomiannya akibat krisis tahun 2008 dan dampaknya masih terus berlanjut. Amerika memandang bahwa Amerika telah membelanjakan untuk perang di Timur Tengah yakni di negeri-negeri Islami sekira tujuh triliun Dollar dan tidak mendapat apa-apa darinya seperti yang dikatakan oleh presiden Trump. Trump menulis di akun Twitter-nya pada 22/1/2017: “setelah kami belanjakan secara bodoh sebanyak tujuh triliun Dollar di Timur Tengah, tiba waktunya untuk mulai membangun kembali negeri kami”. BBC pada 9/1/2016 mengutip dari majalah Forbes Amerika bahwa “perang di Afganistan membebani Amerika hingga sekarang sekira 1,07 triliun Dollar di samping tewasnya lebih dari 2.400 orang tentara Amerika dan puluhan ribu lainnya mengalami luka-luka dan cacat permanen. Meski dengan kerugian besar SDM dan finansial itu, Amerika telah gagal menghancurkan gerakan (Taliban)…”.

Kedua: setelah kegagalan Amerika menghancurkan gerakan Taliban secara militer, Amerika berpandangan bahwa tidak ada jalan di depan Amerika kecuali menarik Taliban ke negosiasi dengan pertimbangan itu sebagai satu-satunya opsi bagi Amerika untuk keluar dari perang Afgan tanpa terlihat kalah… Dan opsi ini telah menjadi strategi Amerika yang berlaku di Afganistan.  Vitalnya opsi ini bagi Amerika ditegaskan oleh fakta bahwa kementerian luar negeri pada 5/9/2018 telah menunjuk Zalmay Khalilzad sebagai utusan Amerika ke Afganistan dengan misi tertentu, yaitu: “kementerian luar negeri dalam keterangan sebelumnya telah meringkas misi “Khalilzad” untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan upaya Amerika yang ditujukan untuk menjamin duduknya Taliban di meja perundingan…” (Kantor berita Anadolu Agency Turki, 12/1/2019).  Oleh karena itu, Amerika telah berjalan dengan satu opsi, yaitu mendorong gerakan Taliban dan menekannya untuk duduk ke meja perundingan. Pandangan Amerika untuk keluar dari perang ini bukanlah hal baru. Amerika di awal telah berusaha menciptakan garis perundingan antara Taliban dan rezim, tetapi upaya-upaya itu gagal… Begitulah, perundingan dialihkan agar perundingan itu dengan Amerika setelah sebelumnya Amerika menginginkan perundingan itu antara Taliban dan rezim Afganistan yang didirikan oleh Amerika, tetapi gerakan Taliban menolaknya. Hal itu karena Taliban melihat rezim Afganistan merupakan boneka yang digerakkan di tangan Amerika… kemudian Taliban setuju untuk berunding dengan Amerika padahal Amerika lah yang mendirikan rezim itu!

Ketiga: penting untuk diperhatikan dan direnungkan, bahwa Amerika di jalan meyakinkan gerakan Taliban untuk masuk di perundingan-perundingan damai, Amerika telah mempersiapkan atmosfer untuk itu dengan metodenya yang busuk. Amerika melakukan aksi-aksi di dalam Afganistan dan yang lain regional oleh agen-agen Amerika  dan bukan agen-agennya di seputar Afganistan:

1- Memfokuskan serangan Amerika terhadap para pemimpin gerakan Taliban khususnya yang menolak untuk bernegosiasi. “Para pejabat Amerika mengatakan bahwa Amerika Serikat melancarkan serangannya menggunakan pesawat tanpa awak Sabtu kemarin menyasar pemimpin gerakan Taliban Afganistan Akhtar Manshur… Departemen Pertahanan Amerika, Pentagon menggambarkan Akhtar Manshur bahwa dia “halangan bagi perdamaian dan rekonsiliasi antara pemerintah Afganistan dan Taliban”… (Dunya al-Wathan, 22/5/2016).  Artinya, ditargetkannya dia dikarenakan penolakannya untuk bernegosiasi. Itu dahulu selama pemerintahan Obama. Amerika terus melanjutkan redaksi yang sama selama pemerintahan Trump. “NATO mengatakan bahwa “dukungan kuat” dalam keterangan pers Rabu sore: “dua orang pemimpin Taliban tewas di provinsi Kapisa dalam sebuah serangan Amerika untuk mendukung pasukan keamanan khusus Afganistan di provinsi Tajab pada 22 Juli” (Kantor berita Sputnik Russia, 25/7/2018).  Kejadian lainnya setelah itu, pada kejadian itu komandan Taliban lainnya tewas. “Kolonel Dave Butler juru bicara pasukan Amerika di Afganistan mengatakan bahwa “dapat kami tegaskan, serangan udara Amerika dilakukan kemarin menewaskan komandan Taliban, Mullah Manan”. Dave menambahkan, “kami memimpin ke arah solusi politik…” (CNN arabic, 2/12/2018).

2- Iran mengulurkan tangannya ke gerakan Taliban. Lalu Taliban menduga bahwa Taliban di tempat aman dengan anggapan bahwa Iran “negara yang memusuhi Amerika”, maka beberapa komandan Taliban pergi ke Iran. Taliban tidak mengambil pelajaran bahwa operasi pembunuhan komandannya Mullah Akhtar Manshur terjadi ketika dia kembali dari Iran dan di perbatasan Iran, yang lebih rajih adalah hal itu terjadi dengan koordinasi Amerika-Iran. Tetapi Taliban terus saja percaya kepada Iran… Padahal Iran tidak mendorongnya kecuali ke arah solusi politik model Amerika.  “Iran mengatakan bahwa representasi dari gerakan Taliban Afganistan melakukan pembicaraan dengan para pejabat Iran di Teheran Ahad lalu dalam upaya Republik Islam Iran untuk mendorong pembicaraan damai di negara tetangga untuk mengekang pengaruh jamaah-jamaah Islam lainnya. Bahram Qasimi juru bicara kementerian luar negeri Iran pada Senin mengatakan bahwa pembicaraan berlangsung dengan sepengetahuan presiden Afganistan Ashraf Gani dan ditujukan untuk merumuskan isi perundingan antara Taliban dan pemerintah Afganistan” (Euro News, 31/12/2018).

3- Qatar membuka kantor untuk gerakan Taliban di Doha. Maka Taliban beranggapan bahwa pengakuan Qatar terhadapnya akan memperkuatnya. Tetapi Qatar telah menyatakan secara terbuka bahwa kantor ini tidak lain dibuka untuk koordinasi dengan Amerika demi perundingan dengan gerakan Taliban. Qatar selama krisisnya dengan negara-negara pengembargo “bahwa pernyataan mantan direktur CIA David Petraeus sudah mencukupi ketika dia menyebutkan bahwa pertemuan Taliban dan Hamas di Doha terjadi berdasarkan permintaan pemerintah Amerika. Ini sendiri membuktikan bahwa Qatar tidak mengakui apapun yang dia sembunyikan. Semua ini diketahui oleh semua orang dan bukan dari belakang punggung mereka… Sebagaimana bahwa eksistensi Hamas dan Taliban di Doha adalah dengan permintaan Amerika Serikat untuk menciptakan jalan keluar untuk masalah Palestina dan Taliban” (surat kabar ash-Sharq al-Qathriyah, 4/7/2017). Qatar membuat Taliban beranggapan bahwa Qatar berada di barisannya, mendukungnya dan mengakuinya, sehingga Taliban pun jatuh dalam jebakan ini… Ketika kesusahan terhadap Qatar dari negara-negara “pengembargo” makin keras, dan Qatar akhirnya mengemis dan membayarkan dananya kepada pemerintahan Trump supaya pemerintahan Trump melindungi rezimnya.  Qatar yang merupakan agen Inggris makin meningkatkan pendekatannya kepada Amerika untuk mendorong gerakan Taliban ke perundingan, dengan harapan pemerintahan Trump akan meringankan bahaya Saudi… Begitulah, Amerika membuat pelayanan kepadanya dengan mendorong Taliban ke perundingan damai sebagai obyek persaingan di antara negara-negara kecil yang saling menyombongkan diri satu sama lain di teluk. Negara UEA menyaingi Qatar dengan menarik perundingan ke kota Abu Dhabi, sedangkan Saudi menariknya ke Jedah… Reuters mengutip dari komandan militer di Taliban yang ikutserta di dalam berbagai perundingan, yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan: “pada hakikatnya, perbedaan antara Saudi dan Qatar telah menghancurkan proses perdamaian sepenuhnya”. Ia melanjutkan, “orang-orang Saudi menekan kami tanpa alasan untuk mengumumkan gencatan senjata … “ (kantor berita Sputnik Russia, 14/1/2019). Dengan ketegangan yang lahiriahnya kontradiksi dan perbedaan, gerakan Taliban mendapati dirinya dibelenggu dengan tiga tali teluk, zhahirnya kontradiksi, tetapi dengan satu orientasi, yaitu perundingan dengan Amerika. Jadi agen-agen Amerika di Saudi bersaing dengan agen-agen Inggris di Emirat dan Qatar untuk bersaing melayani Amerika dan mendapatkan keridhaannya. Tetapi selama persaingan dalam kebatilan ini, terjadi penjerumusan gerakan Taliban dan penyatuan pengarahan Taliban ke perundingan model Amerika dan solusi politik. Inggris tidak menentang orientasi Qatar ini dengan anggapan itu sebagai pembelaan atas rezim Qatar. Adapun UEA maka Inggris menempatkan UEA di garis depan bersama agen-agen Amerika untuk tujuan-tujuan yang lain.

4- Adapun Pakistan, yang merupakan telur emas bagi Taliban, setelah Pakistan berlepas tangan dari gerakan Taliban dan pertempuran menghancurkan yang dibuka oleh militer Pakistan melawan Taliban Pakistan, Pakistan mulai membaguskan atmosfer dan meningkatkan kontak dengan gerakan Taliban. Dengan naiknya Imran Khan sebagai perdana menteri Pakistan pada 25/7/2018 dan dia melontarkan pernyataan-pernyataan yang menampakkan kedekatan dari gerakan Taliban Afganistan, maka sudah siap peningkatan situasi untuk kepercayaan gerakan Taliban kepada Pakistan tanpa Taliban paham bahwa hal itu merupakan perangkap yang dipasang untuk menjatuhkan Taliban dalam perundingan Amerika… Begitulah, Taliban jatuh (dalam perangkap) “atau menjatuhkan dirinya sendiri” dipatok ular dua kali dari satu lubang yang sama, yaitu lubang pemerintah Pakistan yang hanya menjalankan politik Amerika: Pakistan mendukung Taliban pada tahun 1996 agar Taliban memerintah Afganistan, kemudian Pakistan berlepas diri dari Taliban di depan invasi Bush Jr pada tahun 2001 dan setelahnya, bahkan Pakistan menyertai Amerika dalam serangannya dengan jalan menangkapi Taliban di dalam Pakistan … Dan sekarang, ketika Amerika gagal menghancurkan gerakan Taliban dan memutuskan kembali untuk berunding dengan menganggapnya sebagai satu-satunya opsi bagi Amerika untuk solusi dan menjaga pengaruhnya di Pakistan, maka Islamabad kembali mengadopsi jembatan lamanya dengan gerakan Taliban, tetapi dengan tujuan yang sama. Yaitu menjalankan strategi baru Amerika dan menjaga pengaruh Amerika di Afganistan. Maka Taliban terjatuh dalam lubang yang sama sekali lagi! Padahal perkaranya sangat jelas tanpa ada yang tersembunyi: “Perdana menteri Pakistan, Imran Khan, pada Senin mengungkap bahwa presiden Amerika Donald Trump meminta bantuannya dalam proses perdamaian Afganistan. Kanal Geo TV Pakistan mengutip Khan yang mengatakan, “dia menerima seruan dari presiden Amerika pada hari lalu, yang meminta Pakistan memainkan peran dalam pembicaraan damai Afganistan dan membantu dalam menarik gerakan Taliban ke meja perundingan” (Sputnik Russia, 3/12/2018). Berikutnya, Perdana Menteri Pakistan dua hari setelahnya bertemu dengan utusan khusus Amerika Khalilzad di Islamabad menegaskan berjalannya Pakistan di garis Amerika di Afganistan. “Dari sisinya Imran Khan mengatakan “bahwa Pakistan menginginkan rekonsiliasi politik demi perdamaian dan kedamaian Afganistan” (Mishra way, 5/12/2018).  Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada Selasa menegaskan “bahwa negaranya akan melakukan semua yang mampu dilakukan untuk memperkuat proses perdamaian Afganistan. Ia mengisyaratkan bahwa negaranya berkontribusi dalam dialog antara gerakan Taliban dan Amerika Serikat di Abu Dhabi belakangan…” (al-Yawm as-Sabi’, 18/12/2018).  Imran telah mengungkap dirinya di akun Twitter-nya pada 19/11/2018 dan dia membela pelayanan Pakistan untuk Amerika, dia mengatakan, “… Pakistan memilih berpartisipasi dalam perang Amerika melawan terorisme yang Pakistan menanggung 75 ribu korban dalam perang ini dan perekonomiannya merugi lebih dari 123 miliar Dollar, dalam hal yang bantuan Amerika hanya 20 miliar Dollar saja…”. Demikian juga, mantan menteri pertahanan Pakistan Khawaja Ashif menegaskan pengkhianatan pemerintah Pakistan, di mana dia bagian darinya, pada 19/11/2018 di akun Twitter, “Pakistan terus mengerahkan darah demi Amerika disebabkan kami terjun ke perang yang bukan perang kami. Kami membuang nilai-nilai agama kami untuk membuatnya sesuai dengan kepentingan Amerika dan menghancurkan spirit kelemahlembutan kami dan kami ganti dengan fanatisme dan intoleransi”. Tidak ada yang lebih gamblang dari ucapan ini: Pakistan mengarungi perang yang bukan perangnya… dan menumpahkan darah dari anak-anak kaum Muslim demi Amerika … Membuang nilai-nilai agamanya, Islam, demi melayani kepentingan-kepentingan Amerika … Peran Pakistan di Afganistan mirip peran Turki dan penguasa Turki Erdogan di Suria dan pelayanannya kepada Amerika dengan menekan faksi-faksi bersenjata dan menundukkannya kepada solusi Amerika bagaimanapun penghinaan Amerika kepadanya berkali-kali!

5- Ini adalah situasi lokal di dalam Afganistan dan pergerakan regional dari agen-agen Amerika dan selain agen-agen Amerika yang dimanfaatkan oleh Amerika untuk mendorong gerakan Taliban dengan orientasi tegas ke perundingan dan solusi politik.  Gerakan Taliban ke manapun menoleh, ke Pakistan, Iran, Saudi, Qatar atau Uni Emirat Arab, mendapati dirinya sendiri berjalan di rel perundingan Amerika untuk menjaga pengaruh Amerika di Afganistan!  Meski demikian, seandainya Taliban merenungkan jatuhnya Amerika pada perundingan dengannya dan sejauh mana tekanan Amerika terhadap agen-agennya agar mengerahkan segenap usaha dalam menggunakan cara-cara berliku yang jahat dalam meyakinkan Taliban untuk menerima perundingan … seandainya Taliban merenungkan dalamnya dilema yang diderita oleh Amerika secara militer dan finansial selama 17 tahun jihad gagah berani Taliban… Seandainya Taliban merenungkan desakan Amerika untuk berunding dengan Taliban padahal Amerika menilai Taliban termasuk teroris seperti kebiasaannya dengan menuduh semua pihak yang melawan terorismenya dan arogansinya sebagai teroris… Seandainya Taliban merenungkan semua itu niscaya Taliban melihat deklarasi kekalahan Amerika di Afganistan secara tidak resmi. Jadi Amerika ingin keluar sebelum kekalahan itu menanduknya sehingga tersingkap dan tertelanjangi aibnya bahwa dia negara adidaya tersungkur… Maka yang wajib adalah memanfaatkan hal itu dan menekannya dengan keras sehingga Amerika keluar secara terhina lagi terusir bukannya malah Taliban memungkinkan Amerika merasakan rehatnya kombatan melalui perundingan. Amerika tidak mengamankan sisinya.

﴿لَا يَرْقُبُونَ فِي مُؤْمِنٍ إِلّاً وَلَا ذِمَّةً وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُعْتَدُونَ﴾

Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas (TQS at-Tawbah [9]: 10).

Amerika tidak rela dengan konsesi Taliban apapun bentuknya melalui perundingan kecuali mempertahankan pengaruh Amerika di Afganistan hinga meskipun wakil Amerika tersenyum kepada Taliban. Apa yang disembunyikan dada mereka lebih besar!!

6- Karena semua itu maka sungguh menyedihkan, perundingan Doha yang berlangsung selama enam hari justru menjadi pembuka untuk kemajuan dalam perundingan dengan kesaksian gerakan Taliban sendiri:

a- “Dalam pembicaraan kepada Anadolu, komandan di Taliban, Wahid Mujida mengatakan bahwa kedua pihak bersepaham sampai batas yang besar tentang penarikan pasukan asing, dan agar Afganistan tidak menjadi ancaman untuk bagian dunia manapun. Dia menjelaskan bahwa gerakan berusaha menjamin agar proses perdamaian yang diusulkan mendapat perlindungan internasional. Dia menambahkan, “kesepakatan di Doha belum berakhir disebabkan beberapa isu teknis dan redaksi kesepakatan …” (kantor berita Anadolu Agency, 26/1/2019).

b- Reuters mengutip pada 26/1/2019 dari para pejabat di Taliban: “bahwa mereka sepakat terhadap beberapa point dengan Washington untuk digabungkan dalam kesepakatan final. Salah satu point ini menegaskan wajibnya penarikan pasukan asing dari Afganistan dalam waktu 18 bulan sejak penandatanganan perjanjian dengan kompensasi Taliban tidak mentolerir organisasi al-Qaeda atau ISIS menggunakan wilayah Afganistan melawan Amerika…”  Jelas dari teks tersebut atas tidak ditolerirnya al-Qaeda dan ISIS… bahwa Amerika ingin memberikan kepada Taliban posisi di dalam rezim di mana Amerika meminta dari Taliban untuk menghadapi organisasi-organisasi lainnya. Jadi Amerika ingin memanfaatkan Taliban untuk tujuan ini juga.

7- Demikian juga, ada pernyataan-pernyataan para pejabat Amerika yang menegaskan apa yang ada dalam pernyataan-pernyataan para pejabat dari Taliban:

a- “… Zalmay Khalilzad wakil khusus Amerika menulis di akun Twitter enam hari setelah pembicaraan dengan Taliban di Qatar, “pertemuan-pertemuan yang berlangsung di sini jauh lebih produktif dari sebelumnya. Kami meraih kemajuan besar tentang isu-isu vital” (Deutche Welle arabic, 26/1/2019).

b- Menteri pertahanan Amerika Patrick Shanahan pada 28/1/2019 mengatakan kepada kantor berita seputar pembicaraan damai dengan Taliban, “saya ingin katakan bahwa hasil yang berhasil dicapai penuh harapan” (al-Hurra Amerika, 28/1/2019).

8- Dengan ini draft perjanjian Doha dianggap sebagai lubang besar di dinding Taliban yang sebelumnya kuat, kemudian pemerintahan agen mulai melunakkannya. Meskipun ada beberapa pernyataan hati-hati dari gerakan Taliban bahwa Taliban tidak akan berunding dengan pemerintahan Kabul. Juga ada pernyataan-pernyataan Amerika yang mirip bahwa perjanjian wajib terjadi pada segala hal dan jika tidak maka tidak ada apapun. Meski semua itu, majunya kedua pihak untuk putaran-putaran perundingan lainnya dibangun di atas momentum yang disediakan oleh perundingan Doha dan dorongan kuat dari para agen. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa Amerika, akhirnya dan setelah 17 tahun perang telah melihat cahaya di ujung jalan untuk keluar dari jalan buntunya di Afganistan… Kecuali gelombang orang-orang mukhlis di dalam Taliban melanda menerjang perjanjian ini dan menjadikannya sebagai buih, dan dengan itu padamlah cahaya yang dilihat oleh Amerika sebagai jalan aman untuk keluar dari perang Afganistan.

9- Karenanya, wajib bagi gerakan Taliban dan semua mujahidin yang melawan pendudukan salibis Amerika dan NATO untuk tidak memberikan konsesi kepada Amerika dan rezim yang mengekornya. Dan agar tidak terjebak di dalamnya dan tetap melawan sampai Amerika terpaksa keluar secara hina dan kalah. Perang adalah kesabaran sesaat. Amerika tidak menerima perundingan kecuali setelah tidak mampu mematahkan kehendak para mujahidin. Hendaknya mereka berhati-hati agar tidak jatuh dalam jerat perundingan yang bagi Amerika dan Barat berarti konsesi dari pihak lain agar dengan perundingan itu mereka bisa meraih apa yang tidak bisa diraih dengan perang, yakni kekalahan lawan di atas meja tanpa mengalirnya setetes darah dan dibelanjakannya uang sedikitpun! Ini sesuai konsepsi politik pragmatisme mereka … Amerika adalah penyerang jahat yang harus dimintai pertanggungjawaban atas serangannya dan kejahatan-kejahatannya. Amerika telah membunuh, melukai, meninggalkan banyak orang cacat, mengusir jutaan warga Afaganistan dan menghancurkan negeri. Kejahatan-kejahatan Amerika tak terhitung, menyaingi bahkan melebihi kejahatan-kejahatan Uni Soviet di Afganistan… Sebagaimana Uni Soviet terusir secara hina dan kalah, maka demikian juga adalah mungkin membuat nasib Amerika begitu juga jika gerakan Taliban teguh di atas tujuan mereka keluar dalam perang Amerika dan bersabar di atasnya. Allah SWT telah menjanjikan kemenangan kepada orang-orang yang sabar dan teguh hingga meskipun mereka lebih sedikit dari jumlah musuh. Allah SWT berfirman:

﴿الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ﴾

“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (TQS al-Baqarah [2]: 249).

Mereka wajib tidak menerima bergabung di dalam rezim agen yang tegak di Afganistan. Tetapi mereka wajib menghancurkan rezim itu dan menegakkan pemerintahan Islam, al-Khilafah ar-Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian yang telah disampaikan berita gembira atas kedatangannya oleh Rasulullah saw:

«ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

“Kemudian ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”.

﴿لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ﴾

Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang berjuang(TQS ash-Shaffat [37]: 61).

1 Jumadul Akhir 1440 H

06 Februari 2019 M

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/57833.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*