بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Protes di Sudan, Apa yang Didapat dan Apa yang Harus Baginya!
Soal:
Protes yang meletus sejak dua bulan lalu masih terus berlangsung sampai sekarang ini. Apakah protes itu spontanitas akibat situasi ekonomi yang terpuruk? Atau sebab berbagai demonstrasi di Sudan itu adalah ketegangan dalam hubungan antara Khartoum dan Washington setelah kunjungan deputi menteri luar negeri Amerika John Sullivan ke Khartoum pada November 2017? Di antara perkara yang dia ungkit dalam pembicaraan dengan pihak Sudan adalah tidak adanya pencalonan kembali al-Bashir dalam pemilu 2020. Dan dengan itu lalu al-Bashir memanaskan situasi dan pergi ke Rusia karena kedongkolan pada Amerika dan dia menyetujui pangkalan militer untuk Rusia… Apakah ini berarti bahwa Amerika mengganti al-Bashir dan karenanya Amerika mencekik aspek ekonomi terhadap Sudan dan melarang agen-agennya khususnya Saudi untuk membantu Sudan? Kemudian apa penjelasan dukungan ash-Shadiq al-Mahdi terhadap berbagai protes tersebut, apakah berarti bahwa Inggris punya peran di dalamnya? Mohon maaf atas panjangnya pertanyaan… dan semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.
Jawab:
Sehingga jelas jawabannya maka harus dipaparkan perkara-perkara berikut:
1- Benar, deputi menteri luar negeri Amerika John Sullivan mengunjungi Sudan pada 16/11/2017 dan bertemu dengan menteri luar negeri, menteri keuangan, kepala staf gabungan angkatan bersenjata, perwakilan dari kementerian dalam negeri, dinas keamanan nasional dan pelaksana tugas kedutaan Sudan di Amerika. Dia juga bertemu dengan para pemimpin keagamaan dalam sebuah pertemuan tertutup. Kemudian dia menyampaikan pidato di aula asy-Syahid di Universitas al-Quran al-Karim berbicara tentang kebijakan Amerika terhadap Sudan. “ Pejabat Amerika itu dalam wawancara sesuai bocoran yang dilansir oleh Sudan Times menuntut pemerintahan Sudan untuk mengamandemen atau menghapus sejumlah undang-undang yang paling menonjol adalah undang-undang yang berbicara tentang hukuman mati atas orang yang murtad dari agamanya. Begitu juga dia menyerukan penghapusan pasal khusus berkaitan dengan pakaian di dalam undang-undang sistem umum yang menghukum perempuan dengan hukman jilid ketika mengenakan pakiaan yang tidak sopan menurut pandangan para penegak hukum dari kalangan polisi berbagai tingkat. Dia juga menyerukan untuk menjaga kebebasan beragama bagi semua ketika merumuskan konstitusi baru” (Sudan Tribune, 18/11/2017).
2- Juga benar bahwa sebagian bocoran yang disebutkan bahwa Sullivan meminta al-Bashir untuk tidak mencalonkan diri dalam pemilu tahun 2020 dan bahwa al-Bashir tidak suka dengan itu dan karena itu menciptakan ketegangan dalam hubungan… Tetapi kemungkinan ini dijauhkan karena al-Bashir tidak mampu menentang instruksi-instruksi tuannya, yakni Amerika. Al-Bashir tidak mencalonkan diri kecuali jika Amerika menginginkan hal itu… Andai kita asumsikan bahwa al-Bashir menolak instruksi Amerika dan bersikeras untuk mencalonkan kembali dalam pemilu 2020 dan bertahan di pemerintahan, niscaya Amerika mengkudetanya dan menyingkirkannya seperti yang dilakukan pada kudeta pada 30/06/1989… Perlu diketahui, ketika tersebar di media sosial bahwa pejabat Amerika meminta al-Bashir untuk tidak mencalonkan lagi untuk pemilu 2020, menteri luar negeri Sudan Ibrahim Ghundur menafikan hal itu. Dia mengatakan, “Amerika Serikat tidak memaksakan syarat apapun yang mengharuskan presiden Sudan Omar al-Bashir tidak mencalonkan lagi untuk pemilu yang direncanakan dilaksanakan pada tahun 2020 mendatang dengan imbalan Sudan dicabut dari daftar negara sponsor terorisme”. Dia juga mengatakan, “semua yang kami bahas dengan John Sullivan deputi menteri luar negeri Amerika selama kunjungan terakhirnya ke Khartoum adalah isu-isu yang berkaitan dengan HAM dan kebebasan beragama…” (al-Quds al-Arabiy, 14/11/2017)…. Kemudian, kunjungan itu menunjukkan keharmonisan dan bukannya ketegangan. Sullivan bertemu dengan berbagai sektor negara selama kunjungan ini dengan penyambutan meriah! Dia datang setelah pemerintah Amerika mencabut larangan bepergian dari warga Sudan pada 26/9/2017. Juga setelah pencabutan beberapa sanksi ekonomi yang berlangsung sekira 20 tahun terhadap Sudan pada 6/10/2017… Jadi kunjungan itu bukan untuk membahas pencalonan, tetapi tujuan utama kunjungan itu adalah pencabutan nama Sudan dari “daftar negara sponsor terorisme”. Oleh karena itu, Amerika mensyaratkan beberapa syarat untuk mencabut Sudan dari daftar “negara sponsor terorisme” seperti yang dijelaskan di atas, di website Sudan Tribune. Ini dari satu sisi. Dari sisi yang lain, al-Bashir sepuluh hari sebelum kunjungan Sullivan ke Sudan memperbarui janjinya sebelumnya untuk tidak mencalonkan diri. “Presiden al-Bashir, pada Senin, memperbarui janjinya sebelumnya untuk melepaskan jabatan pemerintahan di Sudan seiring dengan berakhirnya masa jabatan presiden kedua tahun 2020… Ucapan al-Bashir itu diucapkan dalam pidato di depan massa pemuda bertepatan dengan penyelenggaraan konferensi umum ketujuh Persatuan Nasional Untuk Pemuda Sudan non pemerintah di Khartoum … (al-Khaleej on line, 6/11/2017). Padahal tidak sulit membatalkan janji di negara semisal ini kecuali telah ada pernyataan dan komunikasi Amerika dengan Sudan yang menjauhkan kemungkinan bahwa tujuan kunjungan itu adalah al-Bashir mencalonkan kembali. Komunikasi terus berlangsung antara Amerika dan Sudan setelah kunjungan itu dan setelah meletus berbagai protes. Hal itu untuk mencabut nama Sudan dari daftar negara sponsor terorisme sejak tahun 1993. Sebab ini masih berlanjut setelah pemerintah Trump menghapus sanksi-sanksi ekonomi dan perdagangan yang dijatuhkan terhadap Sudan sejak 1997. Amerika mensyaratkan untuk menyempurnakan tahapan kedua seputar penghapusan nama Sudan agar Sudan memperluas kerjasama dalam “kontra terorisme” dan memperkuat HAM dan kebebasan beragama dan politik … dsb.
3- Demikian juga, kunjungan Sullivan pada 16/11/2017 bukan pendorong terjadinya berbagai protes yang meletus sejak 19/12/2018. Hal itu karena sikap Amerika setelah kunjungan dan selama protes adalah berdiri di samping pemerintah dan bukan di pihak protes. Berbagai komunikasi dan pernyataan menunjukkan hal itu… Pada 17/2/2019 asisten khusus Presiden Amerika dan penasehat senior untuk urusan Afrika Cyril Sartor mengunjungi Sudan. Dia didampingi oleh direktur urusan Afrika di Badan Keamanan Nasional Darren Seraile. Dia mengakhiri pembicaraannya di Sudan pada Rabu 20/02/2019. Dalam salah satu pernyataannya, asisten khusus Presiden Amerika itu mengatakan setelah pertemuannya di istana Republik, “saya melakukan pertemuan yang membuahkan hasil dan membangun dengan asisten presiden dan saya datang untuk melanjutkan dialog kedua pihak yang mengarah kepada pencabutan nama Sudan dari daftar negara sponsor terorisme”. Seraile menegaskan bahwa “dengan kesabaran lebih maka pemerintah akan bisa menemukan solusi politik dan bahwa tidak akan ada pemaksaan solusi dari luar terhadap Sudan. Dia menitikberatkan bahwa melalui kerja bersama kedua negara akan menemukan jalan untuk kemitraan yang kuat …” (Shuruq News, 18/02/2019). Semua itu menjelaskan bahwa kunjungan tersebut bukan dorongan untuk protes, tetapi menunjukkan dukungan Amerika kepada pemerintahan al-Bashir dan tidak ada pemaksaan solusi dari luar… dan penetapan syarat-syarat Amerika untuk mencabut nama Sudan dari daftar negara sponsor terorisme.
4- Adapun sikap agen-agen Amerika, maka juga mendukung pemerintahan al-Bashir dan bukan mendukung protes, yakni tidak seperti yang disebutkan di dalam pertanyaan… Penjelasannya sebagai berikut:
a- Adapun tentang Saudi… sejak dimulainya operasi militer di Yaman oleh koalisi, Saudi terus menggelontorkan investasi baru dalam bidang-bidang pertanian Sudan:
– “Saudi adalah investor arab terbesar di Sudan selama tahun 2016 dengan investasi sekira 15 miliar dollar. Investasi itu terpusat pada pakan, gandum dan shorgum dan mendukung perekonomian Khartoum…” (al-Khaleej on line, 17/7/2017). Duta besar Kerajaan Arab Saudi menegaskan, “nilai investasi riil Arab Saudi di Sudan lebih dari 12 miliar dolar…” (website al-Bawabah, 03/12/2018). Demikian juga “Sudan pada Senin 7/5/2018 mengumumkan dicapaikan kesepakatan dengan Saudi untuk suplay minyak selama lima tahun …” (Sudan Tribune, 7/5/2018).
– Delegasi kabinet Saudi pada 24/1/2019 mengunjungi Khartoum dan melakukan pembahasan dengan presiden Sudan, al-Bashir mendiskusikan situasi yang dilalui oleh Sudan. Menteri perdagangan Saudi Majid al-Qushay dalam pernyataan pers mengatakan, “kunjungan delegasi ke Sudan atas arahan raja Salman bin Abdul Aziz untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan Sudan dan meningkatkan pertukaran perdagangan”. Dia menambahkan, “Raja Salman menekankan bahwa keamanan Sudan adalah keamanan Kerajaan Arab Saudi, dan kestabilan Sudan adalah kestabilan bagi kerajaan, dan Sudan lebih berhak dengan hubungan apapun dengan kerajaan dari negara lain manapun…” (al-Wathan al-Mishriyah, 26/1/2019). Semua ini menegaskan bahwa Saudi tidak berlepas tangan dari dukungan terhadap Sudan.
b- Adapun Mesir sebagai pilar pertama … Al-Bashir mengunjungi Mesir pada 27/1/2019. Al-Sisi menyambutnya di bandara dan menampakkan keramahannya kepada al-Bashir. Ini menunjukkan bahwa Amerika belum memutuskan untuk menyingkirkan al-Bashir. Jika tidak maka al-Sisi tidak melakukan itu, sementara dia cenderung kepada Amerika dan menjadi pengikutnya. Duta besar Sudan di Mesir menggambarkan kunjungan itu bahwa “kunjungan tersebut dinilai sebagai kunjungan paling penting secara waktu dan isi” (ash-Shabah al-Mishriyah, 27/1/2019). Perlu diketahui bahwa al-Bashir telah mengunjungi Mesir dan bertemu dengan al-Sisi pada 6/11/2018 setelah kunjungan al-Sisi ke Sudan pada 25/10/2018 yang didampingi oleh 12 menteri dan menandatangani 12 kesepakatan… Dan setelah meletus berbagai protes, menteri luar negeri Mesir Samih Syukri dan direktur intelijen Mesir mengunjungi Sudan dan bertemu dengan Omar al-Bashir dan sejawat keduanya. Syukri setelah pertemuan tersebut mengatakan, “Mesir percaya, Sudan akan melewati situasi saat ini. Dan Mesir selalu siap memberikan dukungan dan bantuan kepada Sudan. Keamanan dan kestabilan Sudan termasuk keamanan dan kestabilan Mesir” .. (al-Bawabah al-Mishriyah, 27/12/2018). Dan ini menunjukkan bahwa Mesir terus mendukung Sudan.
c- Adapun secara internal, kekuatan Amerika lokal yang paling penting adalah angkatan bersenjata. Sikap tentara terhadap protes adalah berada di sisi al-Bashir dan menjaga rezim al-Bashir. Dalam keterangannya, tentara mengumumkan “pergeseran di seputar komandonya dan kepedulian tentara terhadap capaian-capaian rakyat dan keamanan serta keselamatan warga dalam hal darah, kehormatan dan hartanya” (Arabic Post, 23/12/2018). Kepala staf angkatan bersenjata Sudan Kamal Abdul Ma’ruf dalam pidatonya kepada para perwira berpangkat kolonel dan brigadir jenderal mengatakan, “tentara tidak akan menyerahkan negeri kepada orang-orang sempit cakrawala dari para pemimpin pemberontak dan agen-agen organisasi yang mencurigakan dari luar” (Mishra al-‘Arabiyah, 30/01/2019). Ini menunjukkan bahwa tentara masih tetap mendukung al-Bashir. Begitu pula sikap sektor-sektor militer dan keamanan lainnya. “Jenderal Muhammad Hamdan Daqlou Hamidatiy komandan angkatan dukungan cepat di Sudan mengancam bahwa pasukannya siap untuk melawan siapa yang mensifati mereka sebagai rakus…” (al-Masyirah.net, 26/12/2018). Demikian juga “direktur dinas keamanan dan intelijen Sudan, Shalah Qausyi dalam pernyataan berapi-api di Parlemen mengatakan “ada banyak inisiatif di lapangan tetapi semua pihak harus tahu bahwa setiap inisiatif yang keluar dari legalitas yang eksis tidak memiliki tempat” (al-Jazeera.net, 21/2/2019). Dan Amerika menggunakan tentara untuk melakukan kudeta. Amerika telah fokus pada tentara sejak kudeta an-Numairi pada tahun 1969…
5- Adapun berkaitan dengan oposisi, “ash-Shadiq al-Mahdi ketua Partai Umat, pada hari keempat protes menyerukan pembentukan pemerintahan koalisi baru yang melibatkan semua pihak”. Dia mengatakan bahwa dia “mendukung protes rakyat di Sudan, tetapi dia menegaskan bahwa Partainya tidak akan berpartisipasi di dalamnya”.. (BBC, 22/12/2018). Tetapi ketika dia melihat protes terus berlanjut, maka dia mengumumkan pengadopsiannya. “Ketua Partai Umat Nasional, ketua koalisi “Nidâ` as-Sudan –seruan Sudan-“ ash-Shadiq al-Mahdi mengumumkan dukungannya kepada gerakan rakyat yang menyerukan kejatuhan rezim. Dia menyerukan penghentikan pembunuhan terhadap demonstran sebelum meminta presiden al-Bashir lengser…” (Sudan Tribune, 25/01/2019). Artinya, setelah lebih dari satu bulan protes akhirnya dia berusaha memanfaatkannya… Ash-Shadiq al-Mahdi dikenal dengan loyalitasnya kepada Inggris. Dia memimpin pemerintahan Sudan antara tahun 1986 dan 1989. Dialah yang digulingkan oleh al-Bashir setelah itu. Kemudian dia mendirikan perkumpulan profesional Sudan sebagai organsiasi tandingan untuk organisasi profesi resmi yang loyal kepada pemerintah. Perkumpulan profesional ini, Eropa memiliki pengaruh di dalamnya melalui al-Mahdi. Dan itu merupakan upaya agar menjadi alternatif untuk organisasi profesi resmi yang dikontrol oleh rezim. Para pemimpinnya tinggal di Eropa. “Disebutkan pemimpin perkumupulan itu, yang ada di luar negeri, yang berbicara atas nama perkumpulan adalah jurnalis Muhammad al-Asbath di Prancis, Dr. Sarah Abdul Jalil di Inggris” (BBC, 24/01/2019). Protes juga melibatkan orientasi sekuler dan gerakan-gerakan lain yang marjinal tidak berpengaruh di dalam perubahan… Meskipun pengaruh Inggris ada di dalam perkumpulan ini, khususnya di partainya ash-Shadiq al-Mahdi, tetapi pengaruh ini tidak mampu merealisasi perubahan riil. Namun terus berlanjutnya protes memberinya kekuatan, karena keahlian Inggris dalam memanfaatkan protes. Oleh karena itu, ada keterlambatan sekitar satu bulan untuk pengumuman partainya al-Mahdi atas dukungan terhadap protes karena anggapan bahwa al-Bashir akan meredam protes pada hari-hari pertama protes. Ketika protes terus berlangsung, al-Mahdi berusaha menungganginya! Kemudian setelah dua bulan, pilar al-Mahdi menjadi kuat maka dia menegaskan atas lengsernya al-Bashir. “Dia menampakkan kesiapannya untuk bertemu dengan wakil oposisi untuk mencapai kesepakatan atas detil transisi ke pemerintahan baru…” (Sputnik, 2/3/2019). Begitulah, setiap kali kemampuan rezim untuk menghentikan protes terlambat, maka kekuatan agen-agen Inggris meningkat. Oleh karena itu, Amerika mulai memperhitungkan perkara ini. Sebagai antisipasi terhadap kondisi darurat apapun, Amerika mengatur dengan al-Bashir untuk menyusupi perkumpulan ini melalui penarikan sebagian partai politik yang berpartisipasi di dalam pemerintahan dan berikutnya menjadi oposisi. “Ketua partai Umat, Mubarak al-Fadhil Fadhdhu mengumumkan partisipasi partainya bersama Konferensi Nasional berkuasa dan penarikan dirinya dari pemerintahan…” (website an-Nilain, 28/12/2018). Demikian juga, Ghazi Shalahuddin menarik diri. “Gerakan al-Ishlah sekarang memutuskan menarik semua wakilnya di Dewan Legislatif melalui konferensi pers yang di situ ketuanya Shalahuddin berbicara…” (Kantor berita Sawa al-Akhbariyah, 1/1/2019). Ghazi Shalah terpilih menjadi ketua Front Nasional untuk perubahan. “Sidang umum Front Nasional untuk Perubahan kemarin memilih Dr. Ghaziy Shalahuddin sebagai ketua majelis kepemimpinan Front “ (al-Khaleej 365 pada 14/2/2019). Sebagai tambahan untuk penetrasi ini dan berlomba dengan peningkatan protes dan pemanfaatan oleh Eropa, Amerika memberikan lampu hijau kepada al-Bashir untuk menetapkan kondisi darurat, dan kondisi darurat itu telah ditetapkan pada 22/2/2019… Belakangan pada 28/2/2019 Partai al-Mirghani yang dikenal dengan hubungannya dengan Amerika, menarik diri dari pemerintahan. “Partai Persatuan Demokratik pimpinan Muhammad Utsman al-Mirghani pada Kamis mengumumkan penghentian semua kesepakatan partisipasi di dalam pemerintahan yang ditandatangani bersama Partai Konggres yang berkuasa dan menarik diri dari pemerintahan Sudan” (al-‘Ayn al-Akhbariyah, 28/2/2019). Kemudian terjadi langkah baru untuk meredakan oposisi dengan jalan al-Bashir mengumumkan diri netral tidak bersama pihak manapun menentang pihak lain! “Presiden Sudan mendelegasikan wewenangnya sebagai ketua Partai Kongres Nasional kepada wakilnya dalam upaya lari ke depan bersama surutnya pilihannya dalam menghadapi krisis terburuk selama tiga dekade pemerintahannya… Partai Kongres Nasional mengatakan dalam keterangannya bahwa keputusan itu datang “untuk memenuhi isi pidato tuan Ketua kepada rakyat bahwa dia menjaga jarak yang sama dari semua kekuatan politik” (Middle East on line, 1/3/2019). Al-Bashir dengan ini menipu dirinya sendiri sebelum dia menipu orang lain. Bagaimana mungkin dia netral padahal dia adalah presiden dan partainya adalah partai berkuasa? Hingga seandainya dia menugaskan orang lain sebagai ketua partai maka itu tidak lebih dari formalitas saja?!
Di atas semuanya, itu adalah bagian dari uslub untuk meredakan protes! Semua itu untuk berusaha mempengaruhi oposisi dan merangkul protes khususnya bahwa rezim sekarang ini memiliki kekuatan yang masuk ke dalam oposisi, maka jika kekuatan ini tidak mampu merangkul oposisi, maka berusaha memimpinnya atau berpartisipasi secara berpengaruh dalam kepemimpinan oposisi dan berikutnya hegemoni Amerika terus berlanjut..
6- Adapun kunjungan al-Bashir ke Moskow yang berlangsung selama empat hari pada 22/11/2017, enam hari setelah kunjungan Sullivan ke Sudan, maka kunjungan al-Bashir itu tidak dilakukan al-Bashir untuk mengadukan Amerika kepada Rusia. Tetapi, al-Bashir datang dengan perintah dan ridha dari Amerika. Bukti hal itu “surat kabar Sudan, pada Rabu, mengungkap kesepakatan antara Khartoum dan Washington, untuk menjamin penerbangan pesawat presiden Sudan Omar al-Bashir ke Rusia dengan imbalan diterimanya penghapusan undang-undang kontroversial yang ditentang oleh pemerintah Amerika, bersamaan waktunya dengan dimulainya hari pertama kunjungan al-Bashir ke Moskow. Sumber-sumber penelusuran surat kabar “ar-Rakubah” mengatakan bahwa rezim Sudan mendapat jaminan dari deputi menteri luar negeri Amerika John Sullivan dalam kunjungannya ke Khartoum untuk tidak mencegat pesawat al-Bashir dengan kompensasi diloloskannya proposal Amerika yang mengharuskan dibukanya kebebasan beragama dan penghapusan pasal-pasal UU yang kontroversial khusus tentang “murtad, waris, dan pakaian yang tidak sopan”… (Mishrawi, 22/11/2017). Hal itu karena, seandainya tidak ada perintah dari Amerika, niscaya al-Bashir tidak bisa menggunakan wilayah udara Saudi, di mana negara imperialis yang rezim Saudi loyal kepadanya, berpengaruh dalam kontrol wilayah udara sebagaimana yang terjadi pada masa raja Abdullah yang menjadi agen Inggris pada tahun 2013. Inggris waktu itu tidak ingin al-Bashir sampai ke Iran sebab Inggris tidak ingin rezim Iran mendapat popularitas dengan menerima banyak kepala negara untuk penobatan presiden Iran. Oleh karena itu, Saudi melarang pesawat al-Bashir sesuai keinginan Inggris. “Kepresidenan Sudan mengumumkan bahwa Saudi melarang pesawat Presiden pada Ahad untuk melintasi wilayah udara Saudi untuk menghadiri penobatan presiden Iran menyatakan sumpah di Teheran. Hal itu memaksanya untuk kembali ke Sudan” (France 24, 4/8/2013).
7- Semua yang dijelaskan di atas, menjauhkan kemungkinan Amerika berdiri di belakang protes-protes yang ada… Sebaliknya, Inggris tidak memiliki kemampuan untuk meluncurkan protes-protes itu… jadi bagaimana protes-protes itu bermula dan berlanjut?
Jawaban atas hal itu, bahwa protes-protes itu meluncur secara spontan disebabkan makin meningkatnya krisis kehidupan masyarakat di Sudan. Dan masalah tersebut secara lengkap sebagai berikut:
a- Al-Bashir dan orang yang bersamanya berimajinasi bahwa dengan memberikan konsesi dari Sudan selatan, untuk melaksanakan perintah Amerika, maka Sudan akan hidup dalam kemakmuran dan keamanan serta Amerika akan mendukungnya setelah sanksi-sanksi dicabut dari Sudan… Tetapi yang terjadi sebaliknya. Sebab kondisi perekonomian mulai memburuk lebih banyak lagi dan menjadi krisis. Krisis pun makin kritis di awal 2018 dan setelah dicabutnya sanksi-sanksi dari Sudan! Lalu pemerintah menaikkan harga roti. Nilai dolar cukai naik tiga kali lipat sementara nilai mata uang lokal menurun yang menyebabkan naiknya harga-harga dan diikuti oleh krisis bahan bakar… Harga roti naik berlipat ganda sampai akhirnya menjadi langka. Seseorang harus berdiri berjam-jam dalam barisan yang panjang untuk mendapat roti yang harganya telah naik menjadi tak terjangkau oleh masyarakat… Angka inflasi sekitar 70%. Bank sentral menahan dana dari bank-bank dalam upaya menghentikan penurunannya. Kurs dollar melonjak sampai Bank sentral terpaksa menurunkan nilai mata uang lokal lebih dari 60% sehingga kurs satu Dollar menjadi 47,5 Pound Sudan. Dan pada tanggal 20/2/2019 di pasar, kurs Pound Sudan turun lagi menjadi 75 Pound per Dollar…
b- Angka kemiskinan di antara penduduk Sudan mencapai rekor. Badan Pusat Statistik menegaskan “bahwa tingkat kemiskinan lebih dari dua pertiga penduduk berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tahun 2014 sebagai kajian pertama sejak pemisahan Sudan selatan pada tahun 2011”. Semua itu terjadi setelah IMF meluncurkan rekomendasi-rekomendasinya, bahkan perintah-perintahnya, seperti yang dilakukan di mana saja. IMF meminta Pemerintah untuk mengambangkan kurs mata uang dan mencabut subsidi dari bahan bakar, listrik dan gandum, dimana IMF dan Bank Dunia berjanji akan memberikan bantuan teknis untuk Sudan dalam mengimplementasikan program reformasi ekonomi! Janji itu diberikan dalam pertemuan IMF dan Bank Dunia di sela-sela pertemuan di pulau Bali Indonesia pada Oktober 2017. IMF menegaskan bahwa hal itu adalah penting untuk menciptakan situasi yang diperlukan untuk menarik para investor dan memperkuat pertumbuhan ekonomi di Sudan. IMF juga meminta Pemerintah menghapus subsidi listrik dan gandum antara tahun 2019 dan 2021 setelah pengambangan kurs mata uang. Kepatuhan rezim Sudan kepada perintah-perintah ini menyebabkan terpuruknya kondisi perekonomian dan kehidupan masyarakat.
c- Begitulah, situasi Sudan siap untuk meletus. Keluarnya para demonstran ke jalan secara spontan disebabkan menyebarluasnya kemiskinan, naiknya harga-harga, mahalnya biaya hidup, bertambahnya pengangguran dan buruknya distribusi kekayaan. Semua itu dikarenakan al-Bashir menjalankan sistem kapitalisme dan mengikuti rekomendasi-rekomendasi intitusi keuangan yaitu IMF dan Bank Dunia dan karena ketundukannya kepada tekanan-tekanan Amerika. Jadi rezim al-Bashir adalah rezim yang loyal kepada Amerika dan menjalankan politik Amerika, khususnya pemisahan Sudan selatan dan negara kehilangan pemasukan besar dari minyak. “Dampak dari pemisahan Sudan selatan pada tahun 2011, Khartoum kehilangan tiga perempat pemasukan minyak yang sebelumnya menggelontorkan sekitar 80% pendapatan mata uang asing ke kas negara” (al-Jazeera.net, 26/12/2018). Maka kesempitan hidup makin menghimpit masyarakat… Dan berikutnya meletuslah revolusi Sudan di wilayah utara Sudan di provinsi Nahru an-Nil di kota ‘Athirah pada 19/12/2018 kemudian menyebar di seluruh kota-kota di Sudan. Dan revolusi itu masih terus berlangsung. Apinya belum padam. Revolusi itu memiliki satu tuntutan yaitu hengkangnya rezim…
Begitulah, protes-protes itu bertolak secara spontan kemudian berbagai kekuatan ikut masuk ke dalamnya untuk memanfaatkannya ke pihaknya guna merealisasi kepentingan-kepentingan berbagai kekuatan itu dan menyimpangkan protes dari jalannya, seperti yang kami jelaskan di atas.
8- Pada penutup, di sana ada dua perkara yang penting untuk diperhatikan dan direnungkan:
Perkara pertama, hal pertama yang dipaksakan oleh Amerika kepada agen-agennya adalah mengerahkan segenap daya untuk melayani kepenitngan-kepentingan Amerika. Al-Bashir telah mengerahkan segenap daya upaya dalam hal itu sampai-sampai dia mengkhianati sumpahnya sehingga dia memisahkan Sudan selatan dari Sudan… Dan hingga hari ini, Amerika terus mendukung al-Bashir. Kontak-kontak Amerika dengan al-Bashir dan rezimnya seperti yang kami jelaskan, menunjukkan hal itu… Tetapi jika protes terus berlanjut dan al-Bashir tidak mampu mendisiplinkannya dalam waktu dekat maka dalam pandangan Amerika dia telah jatuh dan berikutnya menjadi tidak mampu melayani Amerika dalam kepentingan-kepentingan Amerika. Ketika itu yang lebih rajih, Amerika akan berusaha mengganti al-Bashir. Boleh jadi pengaturan penarikan sebagian orang-orangnya Amerika dari pemerintahan agar mereka menunggangi gelombang oposisi, khususnya partainya al-Mirghani yang loyal kepada Amerika .. boleh jadi semua itu berjalan dalam orientasi ini, yakni penyiapan pengganti. Sebab penggantian al-Bashir menuntut adanya pengganti yang diterima oleh masyarakat. Dan Amerika menggunakan uslub ini terhadap agen-agennya. Amerika telah menggunakannya terhadap Mubarak. Ketika Mubarak tidak mampu mendisiplinkan protes, Amerika menyuruhnya hengkang lalu dia mengundurkan diri dan menugaskan ath-Thanthawi dan dewan militernya menggantikan Mubarak… Itu adalah uslub yang biasa bagi Amerika. Amerika memerlukan pengganti sebelum memerintahkan agennya untuk hengkang. Amerika khawatir jika perubahan terjadi sebelum penggantinya matang maka orang yang jujur dan mukhlis akan sampai ke pemerintahan dan berikutnya menjadi duri di kerongkongan Amerika bahkan menjadi kanker di dadanya. Dipertahankannya agen Amerika, Bashar Assad hingga sekarang adalah dari bab ini…
Adapun perkara kedua, yang dikhawatirkan adalah, akan tersia-siakan darah dari orang yang tewas dan terluka dan kerugian-kerugian di jalan dan fasilitas publik, dan protes-protes itu di akhirnya mengantarkan pada penggantian agen dengan agen baru dan konstitusi buatan manusia tetap eksis di negeri tersebut melenyapkan jiwa-jiwa dan melelahkan hamba-hamba… Ini yang kami peringatkan. Hal itu karena protes-protes itu hingga hari ini tidak mengadopsi tuntutan-tuntutan Islam dan tidak menuntut diterapkannya hukum syara’ dengan mengikuti kepemimpinan yang saleh dan jujur berjuang untuk melanjutkan kehidupan islamiy dengan tegaknya al-Khilafah ar-Rasyidah … Akhirnya krisis politik tetap terjadi, itu itu juga bahkan lebih buruk. Krisis ekonomi juga tetap itu itu juga bahkan lebih buruk. Firman Allah SWT adalah kebenaran yang nyata:
﴿فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى * وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً﴾
“Maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit” (TQS Thaha [20]: 123-124).
Maha Benar Allah Zat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
﴿فَاعْتَبِرُوا يَاأُولِي الْأَبْصَارِ﴾
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan” (TQS al-Hasyr [59]: 2).
27 Jumadul Akhirah 1440 H
4 Maret 2019 M
http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/58386.html