Perkembangan Mutakhir di Libya

بسم الله الرحمن الرحيم

Jawab Soal

Perkembangan Mutakhir di Libya

 

Soal:

Setelah bentrokan intermiten antara pasukan agen Amerika, Haftar dan pasukan di bawah as-Sarraj agen Eropa, pasukan Haftar melanjutkan serangan mereka ke ibu kota, Tripoli. Apakah Haftar dan Amerika yang di belakangnya melihat bahwa kontrol terhadap Tripoli sekarang ini mungkin? Dan apa yang baru sehingga terjadi bentrokan dengan sengit seperti itu? Lalu apa hakikat dukungan Turki untuk pemerintah Fayez as-Sarraj di Tripoli? Apakah Rusia benar-benar melakukan intervensi di Libya, atau ini masalah intimidasi? Apa yang mungkin dihasilkan dari konferensi Berlin atas seruan Jerman seputar krisis Libya?

 

Jawab:

Kami paparkan perkara-perkara berikut untuk menjelaskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan di dalam pertanyaan:

Pertama, setelah Amerika berhasil memaksakan agennya Haftar sebagai unsur kuat di arena pertarungan militeristik di Libya, akhirnya Libya terbelah di antara dua pengaruh, pengaruh agen Amerika di wilayah-wilayah yang dikontrolnya dan pengaruh agen-agen Inggris dan Eropa di wilayah-wilayah sisanya dari Libya.  Ketika Amerika meningkatkan dukungan militeristik yang diberikan kepada agennya Haftar khususnya melalui Mesir, maka pengaruh Amerika telah bersifat meningkat di Libya. Hal ini tampak dalam serangan Haftar terhadap Libya selatan. Dan akhirnya pengaruh Eropa dalam kondisi menyusut seiring dengan serangan yang dilancarkan oleh Haftar terhadap Tripoli sejak awal April 2019. Haftar dan Amerika di belakangnya ingin mengencangkan tekanan terhadap pemerintahan as-Sarraj, agen Eropa di Tripoli. Dan mengambil hal itu sebagai jalan untuk mendapatkan bagian lebih besar dalam negosiasi politik. Begitulah, serangan Haftar terhadap Tripoli sejak awal April 2019 setelah dia mengontrol selatan memanfaatkan kesibukan Aljazair dengan dirinya sendiri. Hal itu menguatkan kekuatan Haftar. Amerika berusaha keluar dari wadah pemerintahan yang diakui secara legal di Tripoli. Hal itu dengan jalan melakukan kontak terbuka dengan Haftar mirip kontak dengan pejabat resmi pemerintahan, “presiden Amerika mengontak Haftar …” (Sky News arabic, 19/4/2019).

Kedua: Eropa tidak menemukan jalan di depan hal itu kecuali menggerakkan masalah Libya secara politik. Di situlah, datang inisiatif dan seruan Kanselir Jerman Merkel ke Konferensi Internasional untuk menyelesaikan krisis Libya di Berlin. Meskipun inisiatif itu belum ditentukan tanggal tertentunya, “belum ada tanggal tertentu untuk Konferensi yang diprediksi diadakan di ibukota Jerman Berlin …” (Deutsche Welle, 7/12/2019). Namun ada berita media yang tidak bisa dipastikan bahwa penyelenggaraannya pada akhir bulan ini… Di atas semuanya itu, hal itu merupakan pelaksanaan untuk apa yang diinginkan dan direncanakan oleh Eropa sejak pertemuan Kelompok G-7. “Perkumpulan tujuh negara industri besar G-7 menyerukan diadakannya konferensi internasional seputar konflik Libya. G-7 mengatakan dalam penutupan KTT di kota Biarritz Prancis pada Senin, bahwa semua pihak terkait dan kekuatan regional wajib ikut serta di dalam Konferensi tersebut” (al-Quds al-‘arabiy, 26/8/2019). Negara-negara Eropa melihat di dalam Konferensi Berlin ada secercah harapan untuk menjaga agen-agennya di Libya dan berikutnya menjawa pengaruhnya. “As-Sarraj pada Selasa di Tripoli menyambut menteri luar negeri Italia Luigi Di Maio yang menukilkan kepadanya dukungan Italia untuk upayanya merealisasi keamanan dan kestabilan di Libya. Di Maio menegaskan bahwa tidak ada solusi militeristik untuk krisis Libya dan bahwa negaranya mendukung upaya Salame untuk kembali ke jalan politik. Dia mengungkapkan harapannya agar konferensi Berlin bisa merealisasi kesepakatan di antara semua negara yang perhatian terhadap masalah Libya. (the Independent arabic, 17/12/2019).

Ketiga: tampak bagi Amerika bahwa Amerika berusaha sungguh-sungguh untuk menghalangi jalan Eropa dalam menyelenggarakan “Konferensi Berlin”, khususnya dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh utusan internasional Amerika ke Libya bagi Konferensi Berlin. “Utusan PBB ke Libya, Ghassan Salame mengungkapkan, dia menetapkan tiga syarat selama pengaturan untuk penyelenggaraan Konferensi Berlin. Dia menegaskan bahwa “margin pergerakannya untuk menyelesaikan krisis menjadi sangat sulit akibat terbelahnya Dewan Keamanan”… (Bawabah al-Wasath, 13/11/2019).  Keengganan dari utusan internasional itu mengungkapkan keengganan Amerika menuju Konferensi Berlin. Tampak bahwa itulah sebab sulitnya menentukan tanggal penyelenggaraan Konferensi Berlin! Tetapi Amerika tidak mencukupkan dengan hal itu. Malahan, Amerika memasukkan Rusia dan Turki di arena Libya. Begitulah, kartu-kartu regional dan internasional berkaitan dengan Libya bercampur baur yang mengacaukan upaya Eropa dan berikutnya berpengaruh pada Konferensi sebelum diselenggarakan. Hal itu dengan memasukkan Rusia dan Turki ke arena Libya. Sehingga Eropa tidak memiliki unsur mendasar bersama Amerika dalam solusi, tetapi disaingi atau didahului oleh Rusia dan Turki dan berikutnya melemahkan peran Eropa … Begitulah, yang bisa diprediksi bahwa hasil Konferensi tersebut tidak akan seperti yang diharapkan oleh Eropa. Ini jika Konferensi itu bisa diselenggarakan! Eropa berupaya dengan semua sarana dan cara untuk mempengaruhi sikap Amerika agar mendukung Konferensi dan menghadirinya. Sampai-sampai, para pejabat Eropa berupaya menyulitkan Amerika. Merekalah yang menyatakan dengan mewakili Amerika bahwa Amerika menaruh perhatian pada Konferensi tersebut! “Maas Menteri Luar Negeri Jerman dalam konferensi pers bersama sejawatnya menlu Italia Luigi Di Maio menjelaskan bahwa Amerika Serikat sangat memperhatikan Konferensi Berlin dan bahwa Amerika akan menggunakan pengaruhnya untuk menyukseskan Konferensi tersebut …” (‘Ayn Libya, 10/11/2019).  Artinya, bukan Amerika sendiri yang menyatakan!  Adapun Amerika, perhatiannya ke arena di Libya. Setelah pertemuan persiapan Konferensi di Berlin 17/9/2019, duta besar Amerika untuk Libya Richard Norland pergi ke Aljazair, meski dia tidak diundang untuk menghadiri Konferensi Berlin  dan dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Aljazair Bouqadum … (al-Quds al-‘Arabiy, 2/11/2019). Hal itu mengindikasikan bahwa mata Amerika tidak lepas dari Aljazair dan khawatir Aljazair melakukan intervensi menentang Haftar di Libya.

Keempat: adapun bagaimana Amerika mencampuradukkan kartu dengan memasukkan Rusia dan Turki ke arena Libya untuk melemahkan posisi Eropa dan berikutnya melemahkan as-Sarraj adalah sebagai berikut:

a- Amerika memberi lampu hijau kepada Rusia untuk turut campur dan mendukung agen Amerika, Haftar. Perusahaan keamanan Rusia “Wagner” tampak di Libya. Perusahaan ini seperti kembaran Rusia untuk perusahaan kejahatan Amerika “Blackwater” yang menonjol di Irak …  Yang tampak, bahwa Amerika membisikkan kepada Rusia untuk memasukkan perusahaan Wagner ke Libya untuk mendukung Haftar. Perusahaan ini dipersiapkan dengan peralatan militer canggih Rusia seperti sistem pengganggu pesawat yang membuatnya sebagai unsur penting dalam menguatkan bobot neraca Haftar secara militer terhadap lawannya di Libya. Perusahaan ini sangat dekat dengan presiden Putin dan bekerja mendapatkan uang melalui kontrak-kontrak militer luar negeri. Presiden Rusia Putin mengakui memenuhi permintaan Amerika. Dia berkata, “Rusia memiliki kontak-kontak dengan Haftar dan dengan pemerintahan as-Sarraj” (Russia today, 19/12/2019). Pada waktu yang sama, Amerika juga mendukung Haftar. “Gedung Putih ketika itu mengatakan bahwa Trump mengakui peran marsekal Haftar dalam memerangi terorisme dan menjamin keamanan sumber-sumber minyak Libya…” (Deutsche Welle, 24/11/2019).  Amerika ingin menampakkan Libya seakan menjadi arena pertarungan antara dia dengan Rusia. Deutsche Welle Jerman pada 24/11/2019 mengutip keterangan yang dipublikasikan oleh kantor berita pemerintahan Amerika atas “dukungan Amerika atas kedaulatan Libya dan keselamatan wilayahnya dalam menghadapi upaya-upaya Rusia memanfaatkan konflik menentang kehendak bangsa Libya”.

b- Adapun Turki, perannya di dalam krisis Libya tampak secara jelas. “melalui penandatanganan presiden Turki Erdogan dan perdana menteri Libya Fayez as-Sarraj pada 27/11/2019 atas dua MoU untuk kerjasama keamanan dan militer antara Ankara  dan Tripoli, dan identifikasi validitas area maritim. Erdogan mengatakan di dalam konferensi pers; “apa yang dilakukan oleh Mesir di Libya? Apa yang dilakukan oleh pemerintah Abu Dhabi di Libya?” Berkaitan dengan peran Rusia, Erdogan mengatakan, “mereka secara harfiyah bekerja untuk kepentingan Haftar di Libya melalui kelompok yang disebut Wagner, dan sudah diketahui siapa donatur mereka”. Erdogan menambahkan, “inilah situasinya. Tidak akan benar kita bersikap berpangku tangan di depan semua itu. Kami telah melakukan apa yang kami mampu hingga hari ini dan kami akan melanjutkan melakukan hal itu” (al-Jazeera.net, 20/12/2019). Belakangan, Parlemen Turki menyetujui rencana Erdogan. “Parlemen Turki dengan suara mayoritas 325 suara melawan 184 suara, menyetujui memo otorisasi presiden untuk mengirimkan pasukan guna mendukung pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli yang dipimpin oleh as-Sarraj. Otorisasi itu mengizinkan Ankara mengirimkan pasukan non kombatan sebagai penasehat dan trainer untuk pasukan Pemerintah yang diakui dalam perangnya melawan pasukan Khalifah Haftar di Tripoli …” (BBC arabic, 2/1/2020).

Kelima: adapun tujuan Amerika mendorong Turki ke Libya maka bukanlah untuk mendukung as-Sarraj seperti yang diumumkan oleh Erdogan. Tetapi pendalaman terhadap apa yang sedang berlangsung seraya mengeksplorasi kedalamannya dan menelaahnya menjadi jelas bahwa tujuannya bersifat lokal, regional dan internasional. Dan yang rajih bahwa tujuannya itu adalah sebagai berikut:

1- Tujuan lokal, ada banyak faksi militer yang bernaung di bawah panji pemerintah as-Sarraj yang bisa dinilai “islamis moderat”. Dan Turki memiliki kontak dengan mereka sebelum intervensi. Mudah bagi Turki menarik jamaah-jamaah itu ke kematiannya seperti yang dilakukannya di Suria ketika mendorong faksi-faksi yang pro kepadanya untuk menyerahkan berbagai wilayah kepada penjahat Bashar. Dengan begitu, Turki di Libya menerjuni peperangan mengambil loyalitas dan melemahkan pemerintahan as-Sarraj di hadapan Haftar. Dan as-Saraj harus paham bahwa Erdogan berjalan di orbit Amerika. Dia juga harus paham bahwa Erdogan tidak melakukan intervensi untuk mendukungnya, melainkan untuk menipunya guna menguatkan bobot neraca Haftar dengan jalan membuat lemah faksi-faksi dengan menarik mereka dari wilayah-wilayah sensitif, seperti yang dilakukan terhadap faksi-faksi di Suria. Tetapi as-Sarraj dengan pengaturan bersama Eropa ingin menyulitkan Amerika melalui kedekatannya dengan Turki sehingga membuat Turki Erdogan terpaksa mendukung pemerintahannya karena keberadaannya sebagai pemerintahan yang diakui secara internasional yang berhak meminta bantuan dari suatu negara. Oleh karena itu Eropa memicu kegaduhan internasional terhadap intervensi Turki dan Amerika di belakangnya kemudian Mesir … Dan as-Sarraj dan Eropa di belakangnya mengharapkan, kesulitan dan kegaduhan itu berpengaruh agar Amerika meringankan tekanan Haftar dan Mesir terhadap as-Sarraj …

2- Tujuan regional, di bawah dalih dukungan militeristik Turki, Mesir bisa meningkatkan dan dengan kuat, dukungannya kepada Haftar, pada waktu di mana Aljazair sulit memberikan dukungan kepada pemerintahan as-Sarraj disebabkan situasinya saat ini. Mesir mengirimkan pasukan secara langsung untuk berperang di Libya. Adapun Turki, dukungannya kepada pemerintahan as-Saraj akan hanya bersifat simbolik dan tidak berguna sama sekali seperti dukungan Turki kepada faksi-faksi Suriah yang pro kepadanya. Turki pada asalnya jauh dari Libya. Terlebih lagi, tujuannya terbatas dengan berteriak dan berbicara tentang dukungan disertai pemberian sedikit dukungan saja dengan target menjatuhkan kekuatan Libya dalam jebakan dukungan Turki, dan yang akan mereka dapati sebagai fatamorgana sebagaimana di Suriah.

3- Tujuan internasional, intervensi Turki menjadikan arena Libya sebagai arena tarik menarik antara Turki dan Rusia. Dan itu yang terjadi sekarang. Erdogan melalui pernyataannya menyerang eksistensi militeristik Rusia di Libya. Sementara Rusia mengumumkan ketidaksenangannya dengan intervensi Turki. Kemudian pernyataan itu diikuti dengan pernyataan yang lain tentang kesepakatan antara Turki dan Rusia seputar Libya! Masalahnya sangat mirip dengan konspirasi Turki dengan Rusia seputar kejadian-kejadian Suriah …

4- Adapun apa yang diupayakan oleh Erdogan untuk mengelabui masyarakat bahwa kesepakatannya dengan as-Sarraj itu untuk tujuan memanfaatkannya dalam eksplorasi gas dan minyak. “Menteri energi Turki Fatih Donmez mengatakan, “semata dengan penandatanganan kesepakatan penentuan batas-batas lain dan mendaftarkannya ke PBB, Turki akan memulai aktivitas memberikan izin eksplorasi dan produksi minyak dan gas di kawasan”. Dia juga mengatakan, “saya yakin bahwa kami akan memulai proses tersebut dalam bulan-bulan awal 2020” (Reuters, 18/12/2019).

Tampak bahwa Erdogan dalam yang demikian itu menciptakan kesempatan untuk mengelabui. Seolah-olah intervensinya itu di belakangnya adalah mencari gas dan minyak makanya dia menandatangani kesepakatan ini. Sama seperti langkahnya untuk mengeksplorasi gas di laut Mediterania dengan kedalaman 100 kilometer di wilayah Antalya sejak Oktober 2018 yang tidak serius seperti orang yang memukulkan air pada mortar. Dan dengan pengakuan Menteri Energi bahwa Turki belum mulai mengebor minyak dan gas meski sudah mengirimkan kapal untuk tujuan itu. Dan sekarang, dia ingin membuat masyarakat membayangkan bahwa dia akan mencari minyak dan gas dan bahwa dia melakukan intervensi di Libya untuk merealisasi kepentingan Turki, pada waktu bahwa sesungguhnya dia memainkan peran memperdaya ini di Libya untuk kepentingan Amerika.

Keenam: adapun tentang akhir pertempuran Tripoli, di situ ada faktor-faktor yang muncul dalam bulan-bulan akhir yang merajihkan neraca timbangan Haftar:

1- Di depan pemandangan yang dikacaukan untuk Eropa yang dibuat oleh Amerika dengan memasukkan Rusia dan Turki di arena Libya kemudian meningkat drastisnya efektivitas peran Mesir seperti yang telah kami jelaskan di atas, maka Haftar terdorong meningkatkan aktifitas militer di Tripoli. “Panglima umum dari yang disebut Pasukan Nasional Libya, Khalifah Haftar, pada Kamis sore 12 Desember mengumumkan dimulainya pertempuran penentuan dan gerak maju ke arah Tripoli. Dia menyeru satuan-satuan terdepan untuk berpegang dengan kaedah-kaedah pertempuran. Haftar dalam pidato televisinya seraya mengenakan pakaian militer mengumumkan “jam nol” untuk semua satuan militer di Tripoli. Dia mengatakan, “hari ini kami mengumumkan pertempuran penentuan dan gerak maju ke arah jantung ibukota …” (Deutschee Welle Jerman, 12/12/2019). Peningkatan eskalasi aktivitas militer terus berlanjut…

2- Rusia, khususnya perusahaan Wagner masuk ke sisi Haftar di mana Amerika memberikan lampu hijau kepada Rusia untuk turut campur dan mendukung agennya Haftar. Perusahaan Wagner merupakan perusahaan yang dipersiapkan dengan peralatan militer canggih Rusia seperti sistem pengacau pesawat yang membuatnya sebagai unsur penting dalam menguatkan bobot neraca Haftar secara militer terhadap lawannya di Libya … Presiden Rusia, Putin mengakui memenuhi permintaan Amerika. Dia mengatakan, “Rusia memiliki kontak-kontak dengan Haftar dan dengan pemerintahan as-Sarraj …” (Russia today. 19/12/2019).

3- Turki melakukan intervensi di arena Libya. Di sana ada banyak faksi militer yang bernaung di bawah panji pemerintahan as-Sarraj yang termasuk “islamis moderat” dan Turki memiliki kontak dengan mereka sebelum intervensi ini. Mudah bagi Turki menarik jamah-jamaah itu ke kematiannya seperti yang dilakukan Turki di Suriah ketika mendorong faksi-faksi yang pro kepadanya untuk menyerahkan berbagai wilayah kepada penjahat Bashar. Dengan begitu, Turki di Libya terjun ke pertempuran mengambil loyalitas dan melemahkan pemerintahan as-Sarraj di hadapan Haftar … Ini dari satu sisi. Dari sisi yang lain, pengumuman Turki bahwa Turki melakukan intervensi di Libya untuk mendukung as-Sarraj, hal itu menjadi pendahuluan bagi Mesir untuk mengumumkan turut campur di Libya dan tidak lagi secara rahasia!

4- Tipu menipu antara Turki dan Rusia. Turki menampakkan bahwa intervensinya untuk mendukung as-Saraj. Dan Erdogan membuat pernyataan menyerang Rusia dikarenakan Rusia mendukung Haftar. “Sesungguhnya mereka secara harfiyah bekerja diupah untuk kepentingan Haftar di Libya melalui kelompok yang disebut Wagner, dan sudah dikenal luas siapa donatur mereka”. Erdogan menambahkan, “inilah situasinya. Dan tidak akan menjadi hal yang benar kita diam berpangku tangan di depan semua itu. Sungguh kami telah melakukan apa yang kami bisa lakukan hingga sekarang ini, dan kami akan melanjutkan melakukan hal itu” (al-Jazeera.net, 20/12/2019). Dua hari setelahnya, Erdogan menyatakan bertemu dengan Putin! “Bahwa dia (Erdogan) dan presiden Putin membentuk dua delegasi untuk mendiskusikan perkembangan di Libya dan pejabat kedua negara akan bertemu dalam waktu dekat” (Televisi NTV Turki, 18/12/2019). Artinya, hal itu sama persis seperti dahulu, Erdogan bertemu dengan Rusia dan bekerjasama dengannya, sementara Rusia membombardir penduduk Suriah pagi dan petang pada waktu di mana dia tampak secara hipokrit masuk ke Suriah untuk mendukung faksi-faksi dan warga Suria!  Seolah kedua pihak (Turki dan Rusia) memainkan permainan yang mereka anggap tersembunyi dari mata orang-orang pada waktu di mana sebenarnya permainan itu tersingkap! Al-Jazeera.net pada 20/12/2019 mengutip dari website Corriere Della Sera Italia “bahwa arena Libya menyaksikan permainan Turki dan Rusia. Sebagaimana bahwa di situ ada kesepakatan yang mulai terbentuk di laut Hitam di antara kedua pihak, karena keduanya siap untuk mengulangi eksperimen perdamaian Suria di Libya”. Tersingkapnya saling menipu antara Turki dan Rusia mempermudah aktivitas di hadapan Haftar dan menggiatkannya …

Keempat faktor ini mendukung posisi Haftar dan memotivasinya untuk meningkatkan eskalasi perang di Tripoli dan mendorongnya atas yang demikian itu … Tentu saja, faktor-faktor ini dengan kehendak dan pengaturan Amerika.  Ini dari sisi Haftar. Adapun dari sisi as_Saraj, maka tidak diragukan lagi bahwa Eropa mendukungnya, khususnya Inggris, Prancis dan Italia. Ini ditambah ketegaran faksi-faksi kombatan khususnya para kombatan Mishrata. Tetapi, berlanjutnya intervensi seperti yang kami jelaskan di atas dan peningkatan tekanan secara militer terhadap Triploi dan terekrutnya loyalitas kepada Turki dari dalam kamp as-Sarraj, semua itu berarti bahwa pengaruh Eropa di Libya telah menjadi goyah. Dan sulit bagi lingkungan politik besar yang pro Inggris dan Eropa di Libya menyelamatkan pengaruh itu khususnya setelah pencampuradukan kartu-kartu yang dilakukan oleh Amerika dengan memasukkan Rusia dan Turki di arena Libya, yakni bahwa kontrol pengaruh Eropa di Libya sebagaimana dahulu adalah sulit kembali lagi menurut menurut kejadian-kejadian dan fakta-fakta yang terlihat … Meski demikian, tidak mudah menuntaskan krisis secara militer sejauh yang bisa dilihat. Atas dasar itu, yang bisa diprediksi adalah akan kembali merujuk kepada solusi politik berdasarkan metode mereka seperti para kapitalis dalam menerima jalan tengah jika bagi kedua pihak sulit dilakukan penyelesaian militer dengan tetap mempertimbangkan perolehan politik yang lebih besar sesuai dengan perolehan militer yang lebih besar, dan hal itu saat ini di sisi Haftar yakni di sisi Amerika …

Ketujuh: sebagai penutup, sungguh termasuk hal yang menyakitkan, negeri kaum Muslim menjadi arena perang yang di situ kaum kafir imperialis berkompetisi menggunakan alat-alat dari generasi kita melayani kepentingan kekufuran dan penganutnya, para penguasa di negeri kaum Muslim yang loyal kepada kaum kafir, agar mereka tetap ada di kursi mereka yang doyong dan rapuh! Para penguasa itu tidak tahu bahwa kesudahan yang baik itu untuk orang-orang yang bertakwa, untuk Islam dan pemeluknya, dan berikutnya mereka menyesal dan penyesalan itu sudah terlambat.

﴿فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ﴾

Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (TQS al-Maidah [5]: 52).

 

11 Jumadul Ula 1441 H

06 Januari 2020 M

 

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/64995.html

https://web.facebook.com/AmeerhtAtabinKhalil/posts/1242901979240204?__tn__=K-R

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*