Allah SWT telah menganugerahkan kepada umat Islam seseorang untuk memperbaharui agamanya, setelah umat dirundung oleh perpecahan, kemalangan, serta hilangnya identitas intelektual dan budaya setelah negara Islam dihancurkan dan sistem khilafah dihapuskan. Kemudian merupakan anugerah dan nikmat yang besar juga ketika Allah SWT berkehendak untuk membimbing al-‘Allāmah asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah, sehingga dapat memahami realitas umat dengan cara yang paling akurat, serta yang paling cermat melihat jalan kebangkitan dan cara mewujudkannya.
Asy-Syeikh Taqiyuddin rahimahullah menyadari bahwa kondisi yang menimpa umat Islam ini adalah akibat dari dijauhkannya Islam dari realitas kehidupan dan masyarakat, yakni dari realitas penerapan praktis, yaitu dengan menghancurkan negara Islam yang memelihara dan melindungi Islam serta umatnya. Asy-Syeikh rahimahullah juga menyadari bahwa jalan dan cara mengembalikan negara juga entitas ini, yaitu dengan mengembalikan negara Khilafah, yang hanya dapat dilakukan melalui partai politik yang berasaskan akidah Islam, dan melalui jalan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dalam mendirikan negara Islam pertama, artinya tidak ada cara lain untuk mencapai tujuan kecuali dengan cara (metode) ini saja.
Berdasarkan hal ini, Asy-Syeikh Al-Jalil rahimahullah mendirikan Hizbut Tahrir, menetapkan target dan tujuannya dengan menegakkan kembali negara Khilafah, serta menentukan cara yang harus dilalui oleh Hizbut Tahrir, juga menjelaskan bahwa penyimpangan darinya adalah penyimpangan dari garis lurus yang akan berujung pada kegagalan. Jalan yang dijelaskan dan ditempuh oleh Hizbut Tahrir adalah hukum syara’ yang harus diikuti, sebab Rasulullah SAW menempuh jalan itu dan teguh di atasnya, meski beliau menemui banyak penderitaan, kesulitan, kelelahan, dan berbagai usaha kaum kafir agar menyimpang darinya. Juga keadaan hari ini dan keadaan di Makkah Al-Mukarramah ketika itu adalah sama, yakni tidak adanya pemerintahan yang diatur dengan Islam. Hizbut Tahrir, sejak didirikannya telah teguh dan konsisten dengan metode ini, tidak pernah diganti atau dirubah, meski realitasnya sangat berat dan kompleks, meski ada banyak upaya untuk mengalihkan dan menghalangi dari metodenya ini, dan meski ada beragam kezaliman serta penganiayaan yang dihadapi oleh para syabāb (aktivis)nya.
Asy-Syeikh Taqiyuddin rahimahullah menjelaskan bahwa jalan yang telah dirancang untuk kita oleh teladan kita, Rasulullah SAW, dan Hizbut Tahrir harus menempuhnya dalam melakukan perubahan dan menegakkan kembali negara Islam, terdiri dari tiga fase (marhalah): fase pengkaderan (marhalah at-tatsqīf), fase interaksi (marhalah at-tafā’ul), dan fase penyerahan kekuasaan (marhalah istilāmul hukmi). Oleh karena itu, dasar dan ketetapan yang harus dipatuhi oleh Hizbut Tahrir sebagai metode untuk mencapai tujuan adalah metode Rasulullah SAW, juga aktivitas Hizbut Tahrir untuk mencapai tujuannya adalah melalui perang pemikiran (al-shirā’ul fikri), perjuangan politik (al-kifāh al-siyāsiy), mencari dukungan (thalab al-nushrah), dan tidak melakukan tindakan (cara) fisik. Oleh karena itu, Hizbut tahrir teguh di atas metode ini dalam perjalanan melakukan perubahan sejak didirikan sampai hari ini. In syā Allah, Hizbut Tahrir akan tetap teguh, sampai mencapai tujuan dan impiannya.
Hizbut Tahrir tidak menanggapi suara-suara yang menyeru dan meminta untuk mengubah metodenya dengan dalih bahwa metode ini sia-sia, dan bahkan dengan metodenya ini mustahin untuk mencapai perubahan di era sekarang. Hizbut Tahrir waspada terhadap semua suara yang menyerukannya untuk menggunakan kekerasan dalam perjuangannya, seperti kelompok-kelompok yang lain, sekali pun suara-suara ini disampaikan dengan tulus. Hizbut Tahrir sejak pendiriannya telah menjadi sasaran kampanye sengit dan besar-besaran terkait metode perubahan yang ditempuhnya, karena metode ini merupakan bahaya bagi negara-negara kolonial dan antek-anteknya, bahkan ia adalah metode satu-satunya yang telah dan sedang diusulkan di antara cara-cara untuk mengambil kekuatan militer di negeri-negeri dunia Islam dari tangan para penguasa dan membuatnya berada di tangan para pejuang perubahan. Mengingat kekuatan militer adalah cara untuk menghapus rezim boneka dari negeri kita. Sehingga keberhasilan mengubah metode ini adalah keberhasilan kolonialis dalam membelokkan Hizbut Tahrir dan menghapus esensinya. Dengan demikian, berakhirlah Hizbut Tahrir sebagai partai perubahan, dan realitasnya menjadi seperti realitas kelompok-kelompok yang bangkrut dan kemudian menghilang.
Metode yang ditempuh Hizbut Tahrir dalam melakukan perubahan menjadi sasaran serangan sengit dan membabi buta oleh sejumlah kelompok, gerakan, agen pemikiran kolonialis, dan orang-orang bodoh dari kalangan umat. Tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari Hizbut Tahrir, sekaligus menabur benih frustrasi dan keputusasaan di hati masyarakat terhadap Hizbut Tahrir dan pendekatannya. Sehingga mereka menggambarkan keteguhan Hizbut Tahrir atas metodenya sebagai kolot dan hanya mimpi, mereka juga berusaha untuk mengasingkan umat dari ide perjuangan meraih kemenangan melalui tentara umat. Semua itu mereka lakukan demi mengalihkan Hizbut Tahrir, mengacaukan langkahnya, dan menjauhkan masyarakat darinya. Namun berkat karunia Allah SWT, Hizbut Tahrir tetap teguh pada metodenya, dan tidak menyimpang sedikit pun darinya, seperti halnya masyarakat yang telah mempercayai Hizbut Tahrir, mereka menerima setiap usulannya, termasuk metode dalam melakukan perubahan.
Fakta yang tidak terbantahkan adalah bahwa Hizbut Tahrir teguh pada metode perubahan yang telah dijelaskan dan diadopsinya sejak pendiriannya. Metode Hizbut Tahrir itu sama untuk semua negara di mana pun Hizbut Tahrir berjuang untuk mencapai kekuasaan. Hizbut Tahrir tidak mengadopsi cara-cara fisik (kekerasan) di salah satu negara, dan itu pasti tidak akan diadopsinya, sebab jika itu dilakukan, maka Hizbut Tahrir akan kehilangan keistimewaannya dalam keterikatan, dan dalam meneladani metode Rasulullah SAW, bahkan Hizbut Tahrir akan mengalami kerugian yang nyata, termasuk akan dianggap bahwa Hizbut Tahrir telah kehilangan pembenaran eksistensinya sebagai sebuah partai. Allah SWT berfirman:
]مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلٗا[
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (TQS. Al-Ahzāb [33] : 23).
Kaum kolonialis dan mereka yang terpengaruh olehnya telah dibuat marah oleh keteguhan Hizbut Tahrir pada kebenaran dan gagasannya diikuti oleh umat. Mereka ingin menjerat Hizbut Tahrir dengan menuduhnya telah melakukan kekerasan fisik untuk menghancurkan citranya. Anda lihat sendiri, negara-negara telah berusaha membuat kepalsuan dengan menghubungkan tuduhan tersebut kepadanya untuk menggambarkan Hizbut Tahrir sebagai kelompok menyimpang dan menghancurkan negara. Namun, Hizbut Tahrir terus menanggapinya dengan sabar bahwa Hizbut Tahrir tidak pernah melakukan aktivitas (kekerasan) fisik, karena Hizbut Tahrir berkeyakinan dan berkomitmen terhadap metode Rasulullah SAW, dan berkeyakinan bahwa tindakan bersenjata adalah sia-sia, bahkan tindakan seperti ini bahayanya sangat nyata dan hanya akan menumbuhkan ganja beracun bagi umat. Allah SWT berfirman:
]قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ[
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” (TQS. Yusuf [12] : 108).
Keteguhan Hizbut Tahrir terhadap metode ini, bukanlah kaku dan kolot, seperti yang dikatakan beberapa orang, melainkan keteguhan pada kebenaran. Kita menyembah Allah SWT sebagaimana yang Dia kehendaki dan Dia syariatkan untuk kita, bukan seperti yang kita mau dan kita inginkan. Alasan keteguhan ini adalah karena Hizbut Tahrir yakin bahwa terikat dengan metode Rasulullah SAW adalah kewajiban, sehingga teguh dengannya adalah kewajiban juga, sebaliknya menyimpang darinya adalah kemaksiatan. Keteguhan Hizbut Tahrir pada metode perubahan yang diadopsinya, meski ada banyak kesulitan dan hambatan, serta serangan pendistorsian, pengacauan dan sabotase, juga upaya untuk memalingkannya adalah pertama: karena karunia dari Allah SWT, kemudian kedua: karena kesadaran, ketulusan dan keinginan kuat dari para syabāb (aktivis)nya untuk selalu teguh pada kebenaran dan disiplin dalam mengikuti metode yang telah dirancang untuk kita oleh teladan dan panutan kita, Rasulullah SAW. Hizbut Tahrir dan para syabāb (aktivis)nya senantiasa berjalan seiring dengan hukum-hukum syariah di mana pun mereka berada, dan mereka sedikit pun tidak ada keinginan untuk meraih kepentingan dan keuntungan duniawi, atau untuk menyenangkan para pembuat keputusan dan rezim yang tengah berkuasa.
Keteguhan terhadap semua perintah Allah adalah konsekuensi keimanan dan kewajiban. Lalu bagaimana dengan keteguhan terhadap metode dakwah yang tidak bisa diabaikan, sebab jika diabaikan, maka akan membuat tersandung, hilang, tersesat, jatuh, dan mundur yang membuat Allah dan Rasul-Nya murka, serta dengan metode itu Allah SWT akan menjadikan untuk kita kekuasaan yang nyata. Ketika Allah SWT mendukung seorang hamba atau menolong suatu kelompok, maka Allah SWT benar-benar akan menguatkan mereka dengan sikap dan ucapan yang teguh di dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman:
]يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ[
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (TQS. Ibrahim [14] : 27).
Hizbut Tahrir adalah benih kebaikan dan kebenaran yang berakar, bertahan dan senantiasa stabil, berkat karunia Allah SWT dan pemeliharaan-Nya. Sementara kewajiban para syabāb (aktivis)nya hanyalah mengikuti langkah dan terus berjuang di jalan dakwah dan kehormatan yang besar ini. Semoga Allah SWT memberikan kita kemenangan dan kemuliaan-Nya. Allah SWT berfirman:
]إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيَوۡمَ يَقُومُ ٱلۡأَشۡهَٰدُ[
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (TQS. Ghāfir [40] : 51).
Dan juga firman-Nya:
]وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى ٱلَّذِينَ ٱسۡتُضۡعِفُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَنَجۡعَلَهُمۡ أَئِمَّةٗ وَنَجۡعَلَهُمُ ٱلۡوَٰرِثِينَ[
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (TQS. Al-Qashash [28] : 5). [Athiyah Al-Jabbarin, Al-Waie (Arab), Edisi 424, Tahun ke-XXXVI, Jumadzil Ula 1443 H./Desember 2021 M.]