Surat kabar the Times of India, edisi 12 Maret 2022, melaporkan sebuah artikel yang membandingkan tingkat pertumbuhan penduduk antara Muslim dan Hindu. Sebuah diskusi panel di Kolkata diadakan dengan tema: “Population: Are Muslim Overtaking the Hindus in the City, Populasi: Apakah Muslim Menyalip Hindu di Kota?”. Narasi yang dikembangkan bahwa Muslim mengambil alih demografi dengan cara yang mengancam populasi Hindu. Inilah yang kemudian dijadikan faktor ketakutan umum yang digunakan secara historis untuk memecah belah India. Kesimpulannya adalah bahwa “Ada perbedaan tipis antara tingkat kesuburan Muslim dan Hindu”. “Ini menunjukkan ada propaganda berkelanjutan untuk menyebarkan mitos bahwa umat Islam akan menyusul umat Hindu di masa depan,” kata Jawahar Sircar, perwakilan dari Rajya Sabha (Dewan Negara, yaitu Majelis Tinggi di Parlemen India).
Upaya untuk menyamakan ras penduduk antara Muslim dan Hindu adalah upaya sia-sia yang hanya berfungsi untuk menyulut api permusuhan.
Faktanya adalah jika ada rasa yang sebenarnya dari setiap orang yang hak asasinya terpenuhi dan martabatnya dijamin, maka tidak perlu ada perdebatan yang tidak valid tentang pengendalian populasi ini. Apa yang dilakukannya hanyalah mempromosikan narasi persaingan dan bukan kolaborasi. Agenda perlunya menjaga jumlah Muslim dipromosikan dengan cara yang berbahaya. Sehingga sebuah pembenaran palsu pun dibuat, bahwa bagaimanapun juga keluarga berencana dan penurunan tingkat kelahiran merupakan ajaran Islam dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah, kutipan berikut ditemukan dalam artikel tersebut:
“Al-Qur’an dan Al-Hadits menunjukkan bahwa Islam mungkin merupakan salah satu agama pertama yang mendukung keluarga kecil. Sebagian besar negara Islam memiliki kebijakan kependudukan yang sangat kuat dan ulama di negara-negara tersebut mengambil inisiatif untuk mendidik massa tentang keluarga berencana,”
Dogma seputar apa yang disebut dengan “ancaman populasi Islam” adalah agenda nyata di sini, dan hanya berfungsi sebagai tabir asap bagi kegagalan pemerintah India untuk benar-benar menyelesaikan masalah bangsa secara efektif.
Dengan tegaknya kembali Khilafah, maka potensi penuh warga untuk hidup sehat dan produktif akan terwujudkan, daripada bermain menyalahkan siapa yang mengambil sumber daya di bumi, dengan pengelolaan yang tepat, sehingga akan memiliki sumber daya yang melimpah untuk berbagi di luar perbatasannya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim bahwa ada rahmat dan berkah dalam jumlah umat yang banyak, dan bahkan Allah memberitahu kita bahwa Nabi Syuaib shallallahu ‘alaihi wa sallama, memerintahkan umatnya untuk mengingat nikmat Allah atas mereka, karena Allah membuat mereka banyak setelah mereka sedikit. Sebagaimana firman Allah SWT:
﴿وَاذْكُرُواْ إِذْ كُنتُمْ قَلِيلاً فَكَثَّرَكُمْ﴾
“Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu.” (TQS. Al-A’rāf [7] : 86). []
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 20/3/2022.