Korban PHK di DKI Jakarta 30 Ribu Orang

Jumlah tenaga kerja korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di Provinsi DKI Jakarta sejak Oktober 2008 hingga Februari 2009 mencapai sekitar 30.000 orang.”Sejak krisis keuangan berlangsung atau dalam lima bulan terakhir setidaknya 30.000 orang tenaga kerja kehilangan pekerjaan,” kata Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Propinsi DKI, Soeprayitno, di Gedung Great River, Jakarta, Rabu.

Menurut Soeprayitno, jumlah korban PHK terbesar terjadi pada sektor konstruksi yang mencapai 15.000 orang, disusul sektor otomotif sebanyak 10.000 orang, elektronik 5.000 orang, dan sisanya pekerja di sektor jasa seperti supermarket.
Ia menjelaskan, besarnya gelombang PHK di ibukota negara itu lebih banyak terjadi pada tenaga kerja kontrak, tenaga kerja harian lepas, sedangkan tenaga kerja permanen masih relatif aman.

Menurutnya, pemicu PHK tidak mutlak pada satu sektor tetapi lebih pada ketidakamanan prospek bisnis dari jenis usaha tertentu.Sektor konstruksi misalnya, tidak bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar karena terhentinya sejumlah proyek properti, kondominium dan perumahan.

Sementara sektor elektronik yang membutuhkan banyak pekerja berhenti berproduksi akibat gempuran produk-produk elektronik dari luar negeri, sedangkan pada sektor otomotif dipicu melemahnya daya beli masyarakat akibat dampak krisis yang semakin terasa.”Permintaan di sektor otomotif terjadi penurunan hingga 30 persen dari biasanya karena imbas krisis,” katanya.

Ia berpendapat, kalau kondisi seperti ini terus berlangsung atau tidak ada tindakan radikal dari pemerintah mengatasi penyebab terpuruknya dunia usaha, maka jumlah karyawan PHK diperkirakan bisa rata-rata 5.000-7.000 orang per bulan.Untuk itu, ujarnya, pemerintah perlu mempercepat program stimulus bagi seluruh sektor yang fokus pada pasar domestik, tidak orientasi ekspor.”Pemerintah harus memberikan subsidi dan berbagai kemudahan atas transaksi di masyarakat sehingga dapat mendorong daya beli,” katanya.

Saat ini, katanya, terdapat sekitar 400 perusahaan yang menjadi anggota APINDO dengan memperkerjakan sekitar 1 juta sampai 1,5 juta orang karyawan.Belakangan, katanya, tujuh perusahaan yang bergerak pada jasa konstruksi, industri manufaktur dan jasa lainnya seperti jasa kebersihan (cleaning service), supermarket mengumumkan melakukan PHK.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta, Dedet Sukandar memperkirakan jumlah PHK masih akan berlangsung hingga Mei dan Juni 2009.Tiga perusahaan di wilayah itu dilaporkan melakukan PHK terhadap 2.824 karyawan yaitu perusahaan garmen PT Molaxs International sebanyak 1.282 karyawan, dan PT Inconsindo sebanyak 1.100 orang.Ia memperkirakan tenaga kerja yang diberhentikan akan terus melonjak dibanding tahun-tahun sebelumnya seiring dengan dampak krisis global. (Republika Online, 11/03/09).

One comment

  1. Penjaga Islam soko Ngawi

    Maha benar Allah Yang menyatakan bahwa Mereka yang mengatakan riba sama dengan perdagangan tidak akan bisa berdiri tegak. (QS2:275). Inilah bukti kongkrit kerusakan sistem ribawi. Suku bunga dinaikkan dalam rangka menghadapi inflasi, justru menjadikan uang menumpuk di bank tanpa bisa dimanfaatkan. Sehingga untuk sekedar kulakan bahan baku saja tidak mampu, apalagi untuk menggaji karyawan. Ya merumahkan bahkan mem-PHK adalah jawabannya. Akibat berikutnya bisa ditebak, kemiskinan, stres, gantung diri bagi yang kurang kuat Iman, kriminalitas meningkat. Hih, mengerikan brur. Inilah sistem ekonomi yang selalu dibanggakan oleh para sekuler katrok pengikut Adam Smith, pembebek sesat nan mengenaskan. Kasihan banget nasib ummat islam yang selalu menjadi korban sistem ini. Maka tidak ada kata lain kecuali segera campakkan sistem ekonomi kapitalis liberal nan sesat ini ke keranjang sampah, dan segera terapkan sistem ekonomi Islam yang penuh berkah dan rahmat, dalam naungan negara Khilafah Rasyidah. Ayo rek, jangan hanya bengong dan menjadi penonton. Satu persatu kaum muslimin ini akan tergilas jika saja tidak segera ada upaya untuk merubahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*