Kematian akibat overdosis narkoba dan bunuh diri terjadi jauh lebih sering diantara kulit putih setengah baya dibandingkan kelompok-kelompok lain.
Kematian akibat verdosis narkoba dan alkohol, bunuh diri dan penyakit dari alkoholisme kronis — disebut “kematian karena putus asa” oleh seorang ahli — melanda rata-rata hampir setengah dari warga kulit putih Amerika dalam setahun.
Peningkatan kematian jenis-jenis ini diantara warga kulit putih membuat angka harapan hidup orang kulit putih tidak naik secepat kelompok lain, menurut sebuah laporan pemerintah yang memperlihatkan bagaimana ancaman-ancaman yang berbeda mempengaruhi angka harapan hidup di AS.
Berdasarkan data sertifikat kematian, laporan baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit fokus pada apa yang terjadi pada angka harapan hidup orang kulit putih antara tahun 2000 dan 2014.
Upaya ini merupakan tanggapan terhadap riset baru-baru ini yang menunjukkan bahwa overdosis narkoba dan bunuh diri telah menyebabkan peningkatan angka kematian yang mengkhawatirkan di kalangan kulit putih paruh baya di Amerika. Laporan baru tersebut, yang tidak melakukan analisa sama untuk warga kulit hitam dan Hispanik, diunggah di Internet, Jumat (3/6).
Secara umum, angka harapan hidup orang kulit putih masih naik karena hal-hal lain membaik. Kematian akibat penyakit jantung, pembunuh nomor satu di negara itu, turun signifikan, dan hal itu saja menambah angka harapan hidup satu tahun.
Hampir satu tahun lagi ditambahkan karena menurunnya tingkat kematian akibat kanker, stroke dan tabrakan kendaraan bermotor, menurut para peneliti.
Namun narkoba dan alkohol mengurangi angka harapan hidup empat bulan, sementara bunuh diri mengurangi sekitar enam minggu, diikuti dengan dampak ketiga yaitu penyakit alzheimer, yang mengurangi angka harapan hidup sekitar tiga minggu.
Para ahli mengatakan ada beberapa alasan mengapa kematian akibat overdosis narkoba dan bunuh diri terjadi jauh lebih sering diantara kulit putih setengah baya dibandingkan kelompok-kelompok lain.
Mereka mengatakan warga kulit putih memiliki akses lebih mudah terhadap obat penghilang rasa sakit yang kuat, yang telah menjadi akar dari epidemi overdosis narkoba saat ini. Orang kulit putih juga lebih cepat memilih bunuh diri karena mereka seringkali tidak memiliki dukungan keluarga dan sosial seperti dalam komunitas kulit hitam dan Hispanik.
Meski kesenjangan itu semakin menipis, angka harapan hidup orang kulit putih masih lebih tinggi secara signifikan dibandingkan angka harapan hidup bagi kulit hitam.
Angka harapan hidup kulit putih adalah 79 tahun pada 2014, naik dari sekitar 77 ½ tahun 2000. Angka harapan hidup kulit hitam naik sedikit di atas 75 tahun dari 71 ½, sementara untuk Hispanik naik menjadi 82 tahun dari 79.
Namun awal minggu ini, CDC mengeluarkan laporan mengenai data awal mengenai kematian pada tahun 2015, yang menunjukkan bahwa angka kematian di AS naik sedikit — kenaikan pertama dalam satu dekade. Laporan itu tidak merinci per kelompok, namun tren kematian kulit putih kemungkinan besar adalah alasan utama. (voaindonesia.com, 5/6/2016)