Oleh: Ainun Dawaun Nufus (MHTI Kab. Kediri)
Optimisme hanya akan muncul dari keyakinan akan maiyyatullah (kebersamaan Allah) dalam setiap aktivitas. menjaga rasa maiyyatullah dengan selalu bersama teman-teman yang shalih. Sebab ia adalah panggilan Allah untuk menghidupkan hati agar tetap istiqamah dan selalu optimis di jalan dakwah. Untuk menghadirkan rasa optimisme di jalan dakwah, kita harus selalu menjaga agar rasa maiyyatullah, yaitu keyakinan bahwa Allah menyertai orang-orang yang berjuang dan membela agamanya.
Ahmad bin Harb rahimahullah berkata: “Aku telah beribadah kepada Allah selama lima puluh tahun. Namun aku tidak menemukan manisnya ibadah itu hingga aku meninggalkan tiga hal: aku meninggalkan ridha manusia hingga aku mampu berbicara (bebas menyampaikan) kebenaran (al-haq); aku meninggalkan persahabatan dengan orang-orang fasik hingga aku menemukan persahabatan dengan orang-orang shalih; aku meninggalkan manisnya dunia hingga aku menemukan manisnya akhirat.”
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda: “Kebaikan itu ada pada tiga hal. Sehingga apabila ketiganya ini ada pada seseorang, maka sempurnalah imannya: Orang yang apabila ia senang, maka kesenangannya itu tidak memasukkannya ke dalam kebatilan; orang yang apabila ia marah, maka kemarahannya itu tidak mengeluarkannya dari kebenaran; dan orang yang apabila ia mampu-membalas kejahatan (dendam), maka ia memaafkannya.”
Seseorang menyampaikan sebuah perkataan kepada Umar bin Abdul Aziz. Kemudian Umar berkata: “Anda ingin setan menghancurkan aku karena kebesaran kekuasaan. Aku hari ini sedang mendapatkan dari Anda apa yang akan Anda dapatkannya dari aku besok. Pergilah, semoga Allah merahmati Anda.” (Kitab Adab ad-Din wa ad-Dunya, Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi asy-Syafi’iy
Besarnya perasaan keyakinan bahwa Allah menyertai, melihat dan bersama orang-orang yang berjuang membela risalah-Nya, melahirkan optimisme yang besar. Dan dengan optimisme yang bersandar atas kebesaran dan ke Maha Kuasaan Allah inilah lahir kerja-kerja produktif, inovatif, dan istiqamah, sehingga jika seluruh mubaligh dan mubalighoh bersama-sama melakukan gerakan amal shalih untuk kemakmuran bumi Allah, maka akan datang dukungan dari-Nya, sebab Dialah pemilik bumi dan langit, bahkan seluruh penduduk bumi dan langit ikut berkhidmat bersama para pengemban dakwah atas keridhaan Allah terhadap amal shalih yang dikerjakan. Hal seperti ini yang kita saksikan dalam milestone sejarah para Nabi, Sahabat dan orang-orang shalih, betapa besarnya ta’yidullah (dukungan Allah) terhadap mereka.
Islam menyukai kekuatan dan tidak menyukai kelemahan apalagi kemalasan, sebab seseorang yang mempunyai cita-cita yang tinggi tentunya akan berusaha dan memaksimalkan kekuatannya untuk mencapai cita-cita tersebut. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam “mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah.
Ketika sahabat-sahabat mendapatkan tekanan yang begitu kuat di Mekkah sehingga ada di antara mereka yang menemui kematian, seperti keluarga Yasir, Khubaib bin Adiy, juga sahabat yang lain disiksa dengan siksaan yang begitu berat, termasuk sahabat Khabbab ibnul ‘Arab Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau ditindih dengan batu yang dipanaskan maka, beliau datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata : “ya.. Rasulullah, apakah kau tidak mendo’akan kemenangan bagi kita sekarang ini …. “ ketika itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sedang duduk bersandar di Ka’bah, begitu mendengar perkataan sahabat ini, beliau bukan malah kasihan terhadap sahabat-sahabat beliau yang mengalami intimidasi, tetapi tiba-tiba beliau bangkit dari duduknya dan wajah beliau merah, marah dan berkata “ sesungguhnya di antara umat sebelum kalian ada orang yang disisir dari besi sehingga terpisah dagingnya dengan tulang, ada orang yang digergaji dari kepalanya sampai bawah dan terbelah dua tubuhnya, namun mereka sama sekali tidak mundur dari agama mereka.” Demi Allah, sesungguhnya Dia akan menyempurnakan agama ini sampai akan berjalan seorang musafir dari Shan’a ke hadarul maut, dia tidak takut kecuali kepada Allah dan kepada srigala yang akan memakan dombanya. (HR. Bukhari).
Islam menganjurkan kita untuk mempunyai optimisme perjuangan yang tinggi dan tujuan yang besar. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “barang siapa yang minta kepada Allah untuk mati syahid dengan sebenar-benarnya, maka Allah akan menempatkan ia pada kedudukan para syuhada meskipun ia mati di atas ranjangnya”. (HR. Muslim).[]