Kitab Hizbut Tahrir, Kitab Terorisme ?

Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Shiddiq Al Jawi memprotes Yayasan Rumah Kita Bersama (Rumah KitaB) karena dalam daftar hadir bedah buku resmi Hizbut Tahrir Nidzamul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam) disebut kitab terorisme.

Shiddiq Al Jawi (kiri) dan Ahmad Hilmi (kanan)

“Saya mengeritik daftar hadir teman-teman ini penuh kebencian, karena daftar hadir yang saya tanda tangan itu Daftar Hadir Diskusi Kitab Terorisme Seri IV. Kitab Hizbut Tahrir berarti dikategorikan kitab teroris. Apa dasarnya menyebut kitab Hizbut Tahrir sebagai kitab teroris? Di mana letak keadilannya?” ujarnya sembari menegaskan walau membenci tetapi tetap harus tetap adil, Rabu (22/06/2016) sore di Aula The Wahid Institute, Taman Amir Hamzah, Matraman, Jakarta.

Karena kalau melihat UU anti terorisme, yang dikategorikan teroris itu harus memenuhi tiga unsur. Pertama, membuat takut orang. Kedua, menggunakan kekerasan, seperti bom. Ketiga, memiliki kepentingan politik. “Saya kira juga teman-teman dari Rumah KitaB sudah tahu, Hizbut Tahrir itu tidak menggunakan kekerasan dalam dakwahnya,” ujar Shiddiq.

Metode dakwah Hizbut Tahrir bisa diringkas dalam tiga kata sederhana. Pertama, fikriyah.”Fikriyah itu artinya Hizbut Tahrir bergerak secara pemikiran. Kita mengeritik demokrasi, kapitalisme,” jelasnya.Daftar Hadir Bedah Kitab Nidzamul Islam

Kedua, siyasiyah. “Bahwa Hizbut Tahrir itu kelompok yang menggunakan aktivitas-aktivitas politik. Kita mengeritik kebijakan-kebijakan pemerintah dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Ketiga, laa unfiyah, tidak menggunakan kekerasan. “Oleh karena itu ketika kitab Nizhamul Islam digolongkan sebagai kitab terorisme saya tidak sepakat. Tolong wartawan mencatat ini. Hizbut Tahrir tidak setuju dengan daftar hadir yang ada!” tegasnya.

Shiddiq pun berharap ini hanyalah kesalahan teknis. “Saya berharap ini hanya kesalahan teknis saja. Karena di undangan yang kami terima itu tidak ada menyebut diskusi kitab terorisme, kalau undangannya seperti itu, kami jelas tidak akan hadir,” akunya.

Dalam undangan yang diterima Hizbut Tahrir ditulis: Diskusi Kitab Klasik IV, Kitab Nidzam al Islam, Karya Syekh Taqiyyuddin An-Nabhani. Tapi di back-droup acara ditulis: Diskusi Kitab Radikalisme Seri IV, Nizham al-Islam; Taqiyuddin an-Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir. Dan dalam daftar hadir ditulis Daftar Hadir Diskusi Kitab Terorisme Seri IV.

Direktur Eksekutif Rumah KitaB Lies Marcoes Natsir yang duduk di kursi peserta angkat bicara: “Jadi betul kata Bapak, ada kesalahan teknis dalam daftar hadir itu. Tapi secara resmi digunakan secara akademik adalah kitab-kitab yang terkait dengan isu radikalisme.”

Selain Shiddiq,  hadir pula pembicara lain yakni Peneliti dan PO Rumah KitaB Ahmad Hilmi dan Direktur Program Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Ulil Abshar Abdala.[] Joko Prasetyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*