Pasien rumah sakit jiwa akan bertambah. Pemicunya adalah kegagalan meraih kursi wakil rakyat setelah kampanye dan pemilu legislatif 9 April 2009. Hal ini akibat kampanye bersifat membuang dana dan komposisi kursi wakil rakyat dengan calon legislator tidak sebanding.
Di DKI Jakarta terdapat 2.268 calon anggota DPRD provinsi untuk 94 kursi, 606 calon anggota DPR untuk 21 kursi, dan 41 calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk empat kursi saja.
Hal ini disampaikan Ketua Kelompok Kerja Calon Legislator Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta Sumarno, pembicara tunggal pada sosialisasi tahapan Pemilu 2009 bagi pemilih pemula, Senin (16/3) di Jakarta. ”Kampanye selama ini menjadi ajang membuang dana. Tidak sedikit caleg yang habis-habisan menjual harta benda untuk kampanye yang belum tentu dimenangkan,” katanya.
Sumarno mengatakan, ke depan, efisiensi dan efektivitas penggunaan dana kampanye perlu menjadi kajian yang mendalam agar tak sekadar menghambur-hamburkan dana di tengah situasi krisis seperti sekarang. Contoh penghematan dana terkait pemilu saat ini juga ditempuh pemerintah, antara lain dengan dihilangkannya ketentuan pembuatan kartu pemilih dan mulai digantikan dengan kertas undangan pemilih menjelang pemilu. Pemilih hanya menunjukkan kartu identitas saat menggunakan hak suaranya.
Ketua Kelompok Kerja Kampanye KPU DKI Jakarta Dahliah Umar menambahkan, kampanye pemilu sampai kini belum menemukan cara-cara efisien untuk menghemat dana. Pada kampanye, beban pengeluaran dana dari caleg meningkat.
”Jika dikatakan pascapemilu akan banyak RS jiwa bertambah pasien, besar kemungkinan itu terjadi,” kata Dahliah. (Koran Kompas, 17/03/09)
Demokrasi memang bikin orang terjungkir otaknya. Seseorang yang berusaha menjadi penikmat demokrasi akan berusaha dan berjuang demi mendapatkan kenikmatan itu, sekalipun harus menggadaikan aqidah dan semua harta yang mereka miliki untuk kemudian dijadikan pertaruhan dalam setiap pesta demokrasi. Bahkan tak jarang diantara mereka berani berhutang. Hakikatnya sebuah pertaruhan, tentu akan menciptakan kerugian bagi si kalah, si kalah akan mengalami depresi berat, selain karna seluruh hartanya lenyap, dia pun terjerat hutang…
Ketika kondisi ini telah menghampiri dia, ternyata belum cukup penderitaannya, aqidah yang telah digadaikannya telah membuat dia berfikir pendek, dia menjadi lupa adanya Allah sebagai penolong. sehingga ia tak dapat menemukan solusi yang sesuai dengan fitrahnya sebagai seorang muslim untuk masalah yang tengah dihadapinya…
Dan pada akhirnya, dia mengalami kegilaan, naudzubillah…