Verifikasi independen atas klaim yang dikeluarkan pemerintah atau aktivis sulit dilakukan karena pemerintah membatasi akses masuk ke kawasan tersebut.
Para aktivis pendukung Rohingya di Myanmar mengatakan, Rabu (16/11), lebih dari 100 anggota komunitas etnis Muslim itu tewas dalam aksi kontra pemberontakan yang digelar pemerintah baru-baru ini di negara bagian Rakhine.
Ko Ko Linn dari Organisasi Nasional Arakan Rohingya mengatakan, menurut sejumlah penduduk desa, sedikitnya 150 orang dibunuh pasukan keamanan sejak Sabtu. Verifikasi independen atas klaim yang dikeluarkan pemerintah atau aktivis sulit dilakukan karena pemerintah membatasi akses masuk ke kawasan tersebut.
“Alasan mengapa kantor-kantor berita internasional dan kelompok-kelompok bantuan tidak diizinkan masuk ke sana adalah karena militer berusaha menutup-nutupi apa yang mereka lakukan di sana, seperti pembunuhan dan lain-lain.” kata Ko Linn melalui telepon. “Mereka berbohong.”
Nay San Lwin, blogger yang berbasis di Eropa yang mengamati secara seksama perkembangan kasus Rohiongya sejak 2012, mengatakan, laporan-laporan dari jaringan aktivis di Rakhine mengatakan, lebih dari 100 mayat telah ditemukan penduduk desa, sebagian tertutup jerami atau terbakar.
Pemerintah, Selasa, mengakui tewasnya 69 penyerang dan 17 anggota pasukan keamanan. Militer tidak secara spesifik mengidentifikasi para penyerang itu namun sudah menjadi pengetahuan umum bahwa militer berpihak pada para penganut Budha di Rakhine yang menentang Rohingya. (voaindonesia.com, 16/11/2016)