Islam adalah agama yang memuliakan manusia, termasuk orang yang dalam perlindungan atau ahli dzimmah. Sejarah mencatat orang-orang kafir yang hidup di dalam sistem Islam merasakan perlakuan yang tak terlupakan.
Bahkan, hingga kini, perlakuan khilafah itu masih dikenang oleh penduduk Shaqliyah di Italia, dan wilayah-wilayah lain, di mana jejak kaum Muslim di sana sudah tidak tampak lagi.
Ahli dzimmah merasakan keadilan yang luar biasa hingga mereka lebih memilih Negara Islam, dan hidup bersama kaum Muslim, ketimbang mereka harus hidup di Barat, atau bekerja sama dengan mereka. Dalam Perang Salib, kaum Kristen Timur melakukan eksodus bersama kaum Muslim, dan mereka berperang bersama kaum Muslim melawan tentara Salib. Meski tentara Salib berusaha terus-menerus memengaruhi dan membujuk mereka agar melawan kaum Muslim.
Begitu juga orang-orang Yahudi Spanyol, lebih memilih hidup bersama kaum Muslim. Bahkan, ketika kaum Muslim kalah di Spanyol, dan lari dari sana, mereka pun ikut dengan kaum Muslim. Mereka ikut melarikan diri ke mana pun kaum Muslim pergi. Sebagaimana yang diakui kaum Yahudi Dunamah di Turki, mereka merasakan kehidupan yang adil di bawah naungan pemerintahan kaum Muslim.
Suatu hari, pedagang Yahudi mengadukan amirnya, Muhammad bin Abdurrahman kepada Qadhi Sulaiman bin Aswad, karena telah mengambil budak darinya, tanpa membayar harga yang seharusnya dia bayar, atau mengembalikannya. Qadhi pun mengancam sang Amir untuk pergi ke Cordoba, guna menyampaikan kepada orang tuanya, Amir ‘Abdurrahman al-Ausath 822-852 M, jika tetap tidak mau memberikan hak orang Yahudi tersebut. Sang Amir pun akhirnya memenuhi tuntutan Qadhi dan membayar harga budak tersebut.
Ketika orang Yahudi tidak takut menyampaikan kezaliman sang Amir ke mahkamah, padahal yang dihadapinya adalah Walinya sendiri, dan putra penguasa Andalusia, tak lain adalah bukti bahwa orang Yahudi tersebut jelas telah diperlakukan dengan baik dan adil.
Seorang sejarawan Latin, menuturkan propaganda yang telah dilakukan oleh kaum Muslim tahun 861 M ketika hendak menaklukkan Kota Barcelona. Sejarahwan tersebut menyatakan, bahwa orang-orang Yahudi telah membantu kaum Muslim memasuki kota tersebut. Ini membuktikan, bahwa orang-orang Yahudi yang hidup di bawah pemerintahan Kristen di wilayah utara Spanyol lebih memilih pemerintah kaum Muslim, ketimbang kaum Kristen.
Sebagian penulis Kristen telah menulis keunggulan Negara Islam, dan bagaimana kaum Kristen hidup di sana dengan adil, terhormat dan belum pernah ada yang bisa menyamainya. Seorang sejarahwan Inggris, Sir Thomas Arnold, dalam bukunya, ad-Da’wah ila al-Islam, telah menuturkan, “Kaum Muslim sebagai pemenang telah memperlakukan bangsa Arab Kristen dengan toleransi yang luar biasa sejak abad pertama hijriyah. Toleransi ini terus berlanjut pada abad-abad selanjutnya. Kita bisa menyimpulkan, bahwa kabilah-kabilah Kristen yang telah memeluk Islam telah memeluknya dengan suka rela, bukan karena paksaan. Bangsa Arab Kristen yang hidup di zaman kita, di tengah-tengah komunitas kaum Muslim adalah saksi atas toleransi ini.”
Seorang Orientalis Jerman menyatakan, “Bangsa Arab tidak pernah memaksa bangsa-bangsa yang dikalahkan untuk masuk Islam. Kaum Kristen, Zaratusta dan Yahudi, yang sebelum Islam mereka menghadapi Islam dengan sikap fanatisme agama yang luar biasa buruknya, ternyata mereka tetap ditolelir. Tidak ada sedikit pun halangan yang menghalangi mereka mempraktikan syiar agama mereka. Kaum Muslim membiarkan rumah-rumah ibadah mereka, asrama-asrama mereka, pendeta dan rahib mereka tanpa disebut dengan sebutan-sebutan yang hina. Bukankah ini bentuk toleransi yang luar biasa?” Di mana ada sejarah yang bisa menuturkan tindakan dan perlakukan seperti ini? Dan kapan? [kecuali Khilafah].”
Itulah gambaran yang luar biasa dalam Islam, betapa Islam adalah agama yang sangat toleran dan bisa mengayomi siapa saja. [] HAR
Sumber Tabloid MediaUmat edisi 184