Pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut kurs rupiah diukur Yuan Cina lebih relevan dibanding Dolar AS mendapatkan kritik dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“Apapun patokannya tidak akan mengangkat perekonomian negeri ini,” tegas Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Yahya Abdurrahman kepada mediaumat.com, Jum’at (9/12/2016).
Pasalnya, lanjut Yahya, persoalan utamanya bukanlah Dolar atau Yuan yang jadi patokan, tetapi penerapan sistem mata uang kertas (fiat money) sebagai ikutan dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang nyata-nyata rusak.
Ia pun memberikan solusi dengan menerapkan mata uang yang stabil yang diterapkan dalam sistem ekonomi dan pemerintahan Islam.
“Karena itu solusi mendasarnya: terapkan sistem mata uang dinar-dirham (emas-perak) dan sistem ekonomi Islam, tentu dalam institusi pemerintahan Islam (Khilafah),” pungkasnya. (mediaumat.com, 10/12/2016)