Konflik Aleppo: ‘Pesan Terakhir’ Penuh Keputusasaan dari Kota yang Dikepung

Seorang ibu tua dinaikkan ke atas gerobak bersama tumpukan barang di wilayah Aleppo, Suriah, 12 Desember 2016.

Seorang ibu tua dinaikkan ke atas gerobak bersama tumpukan barang di wilayah Aleppo, Suriah, 12 Desember 2016.

Sejumlah orang yang terjebak di Aleppo timur – wilayah yang lama dikuasai pemberontak – mengirimkan pesan-pesan penuh ketakutan tatkala wilayah itu digempur oleh tentara pemerintah Suriah.

Saat gempuran tentara pemerintah Suriah ditingkatkan, teriakan minta tolong dari orang-orang yang terjebak di sana terasa semakin putus asa.

Seorang aktivis bernama Lina menggunggah video di Twitter dan memohon, “manusia di seluruh dunia, jangan tidur! Anda bisa melakukan sesuatu, protes sekarang! Hentikan genosida”.

Lainnya, mengunggah pesan bernada pilu selagi bom berjatuhan di sekeliling mereka.

Seorang pria mengatakan ini adalah video terakhir yang dia unggah. “Kami lelah berbicara, kami letih berorasi. Tidak ada yang mendengar, tidak ada yang merespons. Kini datang bom., Di sini video berakhir.”

Sebuah bom meledak di dekat wilayahnya, sesaat sebelum video selesai.

Dan pada Selasa pagi, Monther Etaky menulis, “saya masih di sini, menghadapi genosida bersama sahabat-sahabat saya tanpa ada komentar apapun dari dunia.”

Dan kematian terus mengancam. “Saya harap saya bisa menyiarkan kematian kami untuk Anda,” katanya dengan pahit.

_92948136_aleppo-monthertweet

Bana Alabed, anak perempuan berusia tujuh tahun yang sejak lama berkicau di Twitter melalui akun ibunya, menulis pesan pilu Selasa pagi.

“Saya berbicara kepada dunia sekarang, langsung dari Allepo timur. Ini adalah momen terakhir saya, untuk hidup atau mati.”

Sebelumnya, dia mengatakan,”pesan terakhir. Orang-orang mati sejak malam kemarin. Saya terkejut bahwa saya bisa menulis pesan sekarang dan masih hidup.”

Dan beberapa jam sesudahnya, “Ayah saya terluka. Saya menangis.”

_92947390_aleppo-banatweet

Terlihat jelas dari sejumlah pesan, bahwa Aleppo dihujani serangan dalam intensitas yang paling hebat.

“Ini adalah neraka,” kata satu kicauan dari akun White Helmets – grup relawan Suriah yang melakukan kerja sosial di Aleppo timur. “… Semua jalan dan gedung-gedung runtuh dipenuhi dengan orang-orang mati.”

_92947394_aleppo-whitehelmetstweet

Deskripsi situasi di Aleppo dipenuhi dengan kalimat-kalimat yang menggambarkan ‘kiamat.’ Abdul Kafi Alhamado, guru bahasa Inggris di dalam wilayah yang masih dikuasai pemberontak di Aleppo mengatakan suasananya seperti ‘kiamat’ ketika pasukan pemerintah Suriah makin mendekat.

“Bom di mana-mana. Orang-orang berlarian, mereka tidak tahu ke mana, hanya berlari. Orang-orang terluka di jalanan. Tidak ada yang pergi membantu mereka,” katanya pada BBC News.

“Beberapa orang terjebak di reruntuhan, tidak ada yang bisa membantu. Mereka hanya meninggalkan mereka di bawah puing-puing hingga mereka mati – reruntuhan itu adalah kuburan mereka,” katanya.

Sebagian orang hanya bisa mengirimkan pesan ke BBC melalui ponsel.

Seorang ayah di kota itu menulis, “saya rasa ini adalah selamat tinggal. Terima kasih kepada mereka yang membela dan berdoa untuk kami. Tapi ini hampir berakhir, dan hanya tinggal beberapa jam saja sebelum mereka membunuh kami.”

Dan seorang ayah, yang sering berkomunikasi dengan BBC dalam beberapa tahun terakhir, menulis dalam Twitternya, “Pesan terakhir. Terima kasih untuk semuanya. Kita telah berbagi banyak momen. Ini adalah tweet terakhir dari seorang ayah yang emosional. Selamat tinggal, Aleppo.” (bbc.com, 14/12/2016)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*