Kita Hapal Juz ‘Amma? (Pelajaran Ketaatan dari Kuda Perang)

Coba simak firman Allah dalam Q.s. al-‘Adiyat:

(وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا * فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا * فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا * فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا * فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا * إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ * وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ * وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ * أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ* وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ * إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ)

Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. (Q.s. al-‘Adiyat: 1-11)

Tahukah Anda, apa makna al-‘Adiyat?
Tahukan Anda, apa makna Dhabha?
Tahukan Anda, apa makna al-Muriyati Qadha?
Tahukah Anda, apa makna al-Mughirat?
Tahukah Anda, makna Naq’a?
Begitu juga, tahukah Anda makna Kanud?

Kalau Anda belum tahu maknanya, tidak apa-apa, mari kita kaji bersama.

Al-‘Adiyat itu adalah kuda yang ditunggangi para ksatria dalam peperangan.

Dhabha itu artinya adalah suara nafas kuda, yang terengah-engah.

Fal Muriyati Qadha artinya kuda, ketika menghentakkan kaki dan sepatunya ke tanah dan batu sehingga menimbulkan percikan.

Fal Mughirati Shubha artinya kuda yang menyerang musuh, khususnya di waktu pagi buta (Subuh).

Naq’a artinya debu-debu yang ditimbulkan oleh deru langkah kaki kuda.

Kanud adalah orang yang menolak, tidak mau mengakui nikmat-nikmat Tuhan kita kepadanya.

Pertanyaannya kemudian, apa rahasia Allah bersumpah dengan kuda, ketika kuda-kuda itu marah dan menyerang musuh.. bersumpah dengan nafas-nafas kuda, dengan debu-debu yang dihasilkan oleh derap langkah kakinya?

Ketahuilah, kuda melakukan semuanya itu demi menyenangkan tuannya, kesatria yang menungganginya. Padahal, kuda-kuda itu sebenarnya tidak tahu apa-apa. Hanya saja, kuda-kuda sanggup melakukan apa saja yang diinginkan oleh tuannya. Karena tuannyalah yang memberinya makan, menggembala dan memperhatikannya. Ini merupakan bentuk balas budi kuda-kuda itu kepada tuannya.. Subhanallah..

Jadi sekarang kita tahu, apa maksud Allah mengingatkan kita tentang kuda-kuda itu? Allah seolah ingin mengatakan, kuda saja bisa patuh kepada tuan yang memberi makan, menggembala dan memperhatikannya, kenapa manusia tidak mau patuh kepada Allah, yang Maha Memberi, Mengurus dan Memperhatikan seluruh urusannya?

Karena itu, Allah tampar kita, “Inna al-Insana li Rabbihi la Kanud” (Sesungguhnya manusia itu benar-benar tidak mempunyai rasa terima kasih kepada Tuhannya).

Meski Allah telah memberi berbagai nikmat kepada kita, bahkan tak terhitung jumlahnya, tetap saja kita tak mau mengakuinya. Tidak puas dengan keadaan kita. Selalu saja murka dengah keputusan-Nya. Musibah pertama adalah tatkala kita menikam atau mempertanyaan kebijaksanaan dan keadilan Allah. Kecuali orang yang dikasihi oleh Allah SWT.

Itulah bedanya manusia dengan kuda. Sikap dan perlakuan keduanya terhadap tuannya.

Surat yang sangat pendek, tetapi benar-benar menyentuh hati nurani. Subhanallah. Betapa kurang ajarnya kita, bahkan sudah hinanya kita, ketika Allah membandingkan kita dengan kuda yang tak berakal dan tidak mempunyai hati nurani, tetapi mengerti balas budi. Sementara kita yang diberi akal dan hati nurani tidak tahu balas budi kepada Allah, Rabb, yang telah memberikan segala-galanya kepada kita.

Kita sering tak patuh kepada perintah-Nya, saat kita Dia perintah. Bukan saja tak patuh, malah kadang ada yang menista  perintah-Nya. Bahkan dengan bahasa yang sangat kurang ajar kepada-Nya. Titah-Nya dianggap dusta. Kabar-Nya dianggap ramalan.

Astaghfirullaha al-‘Adhim.
Semoga Allah ampuni kelalaian kita, dan mengembalikan kita ke jalan-Nya.

KH Hafidz Abdurrahman
(Khadim Majlis-Ma’had Syaraful Haramain)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*