Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Wayne Tillerson mengadopsi pendekatan konfrontatif terkait pengeluaran militer dalam pertemuan pertamanya dengan para menteri luar negeri NATO, bahkan ini adalah pertemuan yang harus dijadwal ulang hingga disetujui dan disepakati Tillerson.
Menurut Washington Post: “Dalam sambutannya pada pertemuan para menteri luar negeri NATO, Tillerson mengatakan bahwa ia ingin para pemimpin aliansi sepakat di KTT Mei untuk sampai pada rencana konkret pada akhir tahun ini untuk memenuhi komitmen dan kewajibannya kepada aliansi. Pertemuan pada hari Jum’at—yang jadwalnya berubah dengan cepat, setelah awalnya Tillerson mengumumkan untuk tidak menghadirinya agar ia dapat menghadiri pertemuan antara Trump dan Presiden China minggu depan—membawa kekhawatiran akan komitmen Amerika terhadap NATO setelah seruan Trump untuk meningkatkan pengeluaran di antara negara anggota lainnya.”
“Seperti perkataan Presiden Trump, bahwa tidak mungkin lagi bagi Amerika untuk mempertahankan anggaran proporsional belanja pertahanan di NATO.” Ini adalah apa yang dikatakan Tillerson kepada para menteri luar negeri. Ia juga menambahkan: “Semua sekutu harus meningkatkan pengeluaran untuk pertahanan.”
Sungguh upaya ini mendapat perlawanan dari Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel, yang mengatakan bahwa tekanan dari Washington tidak realistis dan didasarkan pada interpretasi yang salah dari target pengeluaran, dan ini tidak mengikat. Jerman adalah ekonomi terbesar NATO setelah Amerika, namun tertinggal jauh di belakang dalam pengeluaran pertahanan. Sesungguhnya pengalihan pertahanan Berlin dengan meningkatkan pengeluaran militernya adalah tidak ubahnya kunci bagi upaya Trump untuk mengalihkan lebih dari beban pertahanan Eropa bagi mitra Washington di NATO.”
Kaum kafir Barat dilanda konflik antara negara-negaranya, bahkan dalam setiap negara ada konflik yang sedang berlangsung. Sementara kaum Muslim memiliki kemampuan untuk menyatukan kekuatan di bawah bendera Islam. Sehingga, karena sebab inilah, negara Khilafah tetap menjadi negara adidaya dan negara yang berkuasa lebih dari seribu tahun. Dan negara Khilafah itu berhasil dijatuhkan hanya ketika kaum Muslim lemah dalam pemahaman dan penerapan mereka terhadap Islam secara benar (kantor berita HT, 6/4/2017).